PSIPP ITB AD Jakarta Kerja Sama DPD IMM Jawa Tengah Gelar Pekan Agama dan Perempuan
JAKARTA, Suara Muhammadiyah – “Pusat Studi Islam, Perempuan dan Pembangunan (PSIPP) yang ada di Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Ahmad Dahlan Jakarta. PSIPP berdiri tahun 2019 yang merupakan bagian dari cita-cita untuk membahas atau secara khusus menjadi pilar bagi penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Tentu saja tidak hanya di lingkungan kampus, tetapi di seluruh Indonesia.”
Itulah yang disampaikan Ketua PSIPP ITB Ahmad Dahlan Jakarta Yulianti Muthmainnah ketika memberikan sambutan dalam rangkaian acara Pekan Agama dan Perempuan yang mengangkat tema “Pemberdayaan Ekonomi terhadap Kelompok Rentan dan Penyintas Kekerasan Seksual,” pada Ahad (10/12). Acara ini dimaksudkan dalam rangka Peringatan Hari Ibu 2023 yang diselenggarakan oleh PSIPP ITB AD Jakarta bekerja sama dengan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Jawa Tengah secara hibrid: Universitas Muhammadiyah Semarang dan Zoom yang juga disiarkan melalui kanal YouTube PSIPP.
Lebih lanjut, Yulianti menyampaikan bahwa tema yang didiskusikan oleh DPD IMM Jawa Tengah relevan dengan gerakan yang dilakukan oleh PSIPP selama ini. Ia berharap pemerintah Jawa Tengah dapat bersinergi dengan berbagai kalangan untuk dapat menyalurkan dana zakat kepada korban.
“Mudah-mudahan Jawa Tengah bisa saling bersinergi dengan teman-teman IMM Jawa Tengah, Nasyiatul ‘Aisyiyah Jawa Tengah, ‘Aisyiyah Jawa Tengah dan sebagainya supaya dana zakat itu bisa terus disalurkan kepada para korban,” ucapnya.
Kepala Dinas Perempuan dan Anak Provinsi Jawa Tengah Retno Sudewi memberikan apresiasi terhadap kegiatan yang luar biasa ini. Tema yang diangkat menurut Retno, terasa kontekstual dalam rangka Peringatan Hari Ibu tahun 2023.
“Saya tentunya mengapresiasi kegiatan ini. Apalagi ini dalam rangka Peringatan Hari Ibu. Jadi, dalam rangka Peringatan Hari Ibu bagus sekali mengambil tema tentang kekerasan seksual. Persoalan kekerasan seksual itu kan mesti menjadi kepedulian dan tanggung jawab kita semua,” ujarnya.
Selain itu, ia juga membeberkan data-data kekerasan terhadap perempuan dan anak, khususnya di Jawa Tengah. Ia menyampaikan data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) tahun 2022 bahwa Jawa Tengah menduduki peringkat kedua terkait pelaporan tentang kekerasan. Oleh karena itu, Retno mengajak agar seluruh elemen dapat bersinergi, termasuk dari kampus untuk mengikis kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Adapun Erni Juliana dari PSIPP ITB AD Jakarta memaparkan secara rinci dua isu yang menjadi tema pokok diskusi ini, yaitu perempuan dan pemberdayaan ekonomi. Menurutnya, perempuan telah memainkan peranan penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bahkan sebelum Indonesia merdeka.
“Seperti kita tahu bahwa kegiatan Hari Ibu ini ditetapkan tanggal 22 Desember. Ini merupakan peristiwa penting terjadinya Kongres Perempuan Indonesia I yang ketika itu dilaksanakan pada tanggal 22-25 Desember 1928. Namun sebelum itu, ‘Aisyiyah, organisasi perempuan pertama di Indonesia telah lahir lebih dulu tahun 1917. Sehingga, cukup banyak para tokoh-tokoh perempuan dari Muhammadiyah yang ikut mewarnai pergerakan perempuan dari awal sebelum kemerdekaan, saat kemerdekaan, dan saat ini dalam rangka kita mengisi kemerdekaan,” kata Erni.
Ia melanjutkan bahwa berbicara soal pemberdayaan ekonomi terhadap kelompok rentan, khususnya dalam Islam, maka tak bisa lepas dari isu zakat. Dalam Islam, lanjutnya, telah disebutkan asnaf atau delapan golongan yang berhak menerima zakat. Erni menilai pentingnya memberikan pemaknaan atau perluasan makna terhadap asnaf tersebut dalam rangka merespons kondisi kontekstual masyarakat saat ini.
“PSIPP Ahmad Dahlan sudah mengajukan salah satu perluasan makna asnaf ini adalah untuk korban kekerasan perempuan dan anak,” bebernya.
“Bagi PSIPP Ahmad Dahlan ini penting. Karena, walaupun sudah cukup banyak lembaga zakat di Indonesia bahkan di Muhammadiyah sendiri ada LazisMU, isu perempuan belum menjadi mainstream dalam lembaga-lembaga zakat yang saat ini ada di Indonesia. Makanya PSIPP memandang perlu untuk terus-menerus mewawancanakannya, mengopinikannya atau agar bisa menjadi kebijakan publik.”
Sementara itu, Ria Eka Lestari membagikan pengalamannya dalam konteks pemberdayaan ekonomi terhadap kelompok rentan. Wakil Ketua Bidang Advokasi dan Kebijakan Publik PWNA Jawa Timur ini menilai bahwa zakat yang diberikan kepada korban kekerasan terhadap perempuan dan anak sangat membantu para korban agar bisa bangkit dan berdikari.
“Saat itu kami dipertemukan dengan Mbak Yuli Muthmainnah. Dan gerakan zakat untuk korban kekerasan perempuan dan anak ini dimaksudkan khusus untuk pemberdayaan ekonomi dan klien kami termasuk yang pernah merasakan itu,” imbuhnya. (Cris)