Pengasuhan Generasi Strawberry

Publish

17 August 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
509
Istimewa

Istimewa

Pengasuhan Generasi Strawberry

Oleh: Eko Priyo Agus Nugroho, M.Pd, Majelis Pembinaan Kader DIY

Di tengah derasnya arus informasi dan perkembangan teknologi, muncul sebuah istilah yang cukup menarik perhatian, yaitu "Generasi Strawbery". Generasi ini merujuk pada anak-anak dan remaja yang dianggap cenderung lemah dan rapuh dalam menghadapi tantangan kehidupan, sering kali disebabkan oleh kurangnya kemandirian dan ketahanan mental. 

Generasi strawbery cenderung memiliki sifat sering putus asa, rasa malas yang tinggi, plin-plan dan ingin sukses secara instan.  Menyelami fenomena ini, penting bagi kita untuk memahami akar permasalahan yang ada dan mencari solusi yang tepat guna memperkuat generasi muda ke depannya. 

Ada beberapa faktor yang memengaruhi terbentuknya Generasi Strawbery. Pertama-tama, kita perlu memperhatikan peranan lingkungan keluarga. Keluarga merupakan lembaga pertama dan utama di mana nilai-nilai, sikap, dan kemandirian ditanamkan. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda,
“Dan diriwayatkan dari Abu Hurairah juga, bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: tidak ada seorang manusia yang terlahir kecuali dia terlahir atas fitrah (kesucian seperti tabula rasa, kertas yang belum ditulis apapun, masih putih). Maka kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi.” (HR. Bukhari-Muslim)

Dalam hadits ini, tersurat pelajaran besar betapa orang tua akan sangat mempengaruhi anaknya. Fitrah setiap anak yang lahir adalah bertauhid, mengesakan Allah. Artinya setiap anak yang lahir adalah beriman. Mengapa ada anak yang berbelok, tidak lagi lurus keimanannya, itu karena orang tuanya.

Namun, dengan tren urbanisasi dan perubahan pola hidup, interaksi antar anggota keluarga seringkali terganggu. Kurangnya waktu berkualitas bersama dapat menyebabkan kurangnya pemahaman dan dukungan, yang pada gilirannya dapat menghambat perkembangan emosional dan kemandirian anak.

Selanjutnya, self diagnosis terlalu dini tanpa melibatkan pihak yang ahli. Seperti mencocokan informasi yang ada di media sosial dengan yang dirinya rasakan. Akibatnya, anak muda zaman sekarang cenderung dengan mudahnya merasa bahwa mereka tertekan, stres, dan bahkan depresi tanpa melakukan serangkaian pemeriksaan psikologi terlebih dahulu. Pengaruh media sosial dan teknologi pada anak-anak dan remaja saat ini tumbuh dalam era di mana teknologi sangat merajalela. 

Meskipun teknologi membawa banyak manfaat, penggunaan yang berlebihan dan kurang pengawasan dapat menyebabkan isolasi sosial, kecanduan, dan masalah kesehatan mental lainnya. Semua itu karena mereka menghadapi permasalahan yang dirasakan berat, sehingga mereka banyak yang lari dari kenyataan. Padahal perlu diyakini bahwa Allah tidak akan memberikan ujian melebihi kapasitas hambaNya. Firman Allah dalam Qs. Al-Baqarah [2] ayat 286 berikut, Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”.

Dalam Islam sebenarnya tidak ada generasi strawbery yang ada adalah pemuda yang tangguh seperti yang diceritakan oleh Allah didalam Qur’an surat Al Kahfi ayat 13,“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (QS. Al-Kahfi [18]: 13)    

Islam menaruh perhatian besar kepada para pemuda. Pemuda merupakan agent of change, penerus estafet perjuangan dan kepemimpinan dunia. Maka dalam Islam eksistensi pemuda sangat penting. Pemuda Islam adalah pemuda yang tangguh serta sistem tangguh yang memfasilitasi tumbuh kembang generasi menjadi pemuda yang kuat serta taat, yang tak hanya berorientasi keduniaan semata, namun bervisi jauh ke depan, yaitu kebahagiaan di kehidupan akhirat. 

Karena sesungguhnya usia muda kelak akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah. Dalam Kitab Ash-Shahihah no. 946, Imam At-Tirmidzi meriwayatkan hadis Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam terkait masa muda yang akan ditanya oleh Allah kelak di hari perhitungan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Tidak akan bergeser kaki manusia di hari kiamat dari sisi Rabbnya sehingga ditanya tentang lima hal: tentang umurnya dalam apa ia gunakan, tentang masa mudanya dalam apa ia habiskan, tentang hartanya darimana ia peroleh dan dalam apa ia belanjakan, dan tentang apa yang ia amalkan dari yang ia ketahui (ilmu)”

Jika kita membaca Sirah Nabawiyah maka akan kita dapatkan kisah-kisah para pemuda pemberani dan tangguh yang memeluk dan memperjuangkan Islam, tak jarang mereka adalah para tuan muda dari keturunan terpandang kaumnya. Namun mereka tak menjadi manja, mereka teguh memperjuangkan kebenaran meskipun harus meninggalkan gelimangan harta dari keluarganya, dengan keimanan yang kokoh serta tekad baja, mereka menjelma menjadi kesatria-kesatria Islam, dan menjadi para pemimpin umat dari kalangan pemuda. 

Seperti sahabat Mush'ab bin Umair yang tak gentar dengan pemboikotan keluarganya dengan memblokir semua asetnya, tak takut jatuh miskin demi Islam meski harus menanggalkan kekayaannya, ada juga sahabat Ali bin Abi Thalib r.a, beliau memeluk Islam pada usia sepuluh tahun. Beliau begitu berani menggantikan tempat Rasulullah ketika dikepung oleh kaum Quraisy untuk dibunuh dalam peristiwa hijrah. 

Dalam Perang Badar Ali bin Abi Thalib ra berhasil mengalahkan Syaibah bin Abi Rabi'ah dalam perang tanding, yang semakin memompa semangat pasukan muslim, bahkan kemenangan ini menjadi titik tolak kemenangan pertama dalam sejarah Islam.

Lalu, apa solusinya dalam pengasuhan?

Diperlukan peran aktif dari keluarga. Allah Subhanahu wata’ala berfirman daidalam Qur’an Surat At Tahrim ayat 6,“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Orang tua perlu menyadari pentingnya memberikan waktu dan perhatian yang cukup kepada anak-anak mereka. Komunikasi yang terbuka, pemberian contoh yang baik, dan memberikan ruang bagi anak untuk berkembang secara mandiri merupakan langkah-langkah penting dalam memperkuat kemandirian anak. 

Zaman memang terus berubah. Cara hidup manusia di masa lalu pasti berbeda dengan cara hidup manusia di masa kini. Begitu pula, cara hidup manusia di masa depan sudah tentu akan berbeda dengan cara hidup manusia di masa sekarang.

Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra pernah memberikan nasihat perihal bagaimana mendidik anak keturunan kita: “Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya. Karena, mereka hidup bukan di zamanmu.” Seringkali orang tua menerapkan pola pendidikan yang salah kepada anaknya. Seperti memanjakan anak, menebus waktu kebersamaan dengan menuruti semua keinginannya, atau kurang memperhatikan pola pendidikan untuk melatih kemandirian anak. 
 
Dari banyak faktor yang mempengaruhi pola pembentukan karakter anak tadi, Al-Qur’an memberi panduan kepada kita bagaimana mendidik anak dan mendidik generasi yaitu dengan mempertahankan kondisi fitrah kepada diri setiap anak yang dilahirkan dengan berpedoman pada tuntunan agama. Sebagaimana perintah Allah Subahanahu wata’ala  dalam Al Quran, Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus, tapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.“ (QS Ar-Rum: ayat 30)

Dalam menghadapi tantangan Generasi Strawbery, diperlukan kerja sama dari berbagai pihak. Hanya dengan upaya bersama, kita dapat menciptakan lingkungan yang memungkinkan anak-anak dan remaja untuk tumbuh dan berkembang menjadi generasi yang tangguh dan mandiri di masa depan.

Dengan cara-cara tadi di atas, semoga anak-anak kita yang awalnya merupakan bagian dari generasi strawberry, bisa tumbuh menjadi generasi khoiru Ummah. Yakni generasi umat terbaik yang akan memimpin peradaban mulia di antara umat manusia lainnya. 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Guru Hebat, Menginspirasi dan Bermutu  Oleh: Hendra Apriyadi, M.Pd, Dosen Pendidikan Bahasa da....

Suara Muhammadiyah

6 November 2024

Wawasan

Pandangan Masyarakat Sekitar “Kisruh” Muhammadiyah Vs BSI Oleh: Muhammad Akhyar Adnan, ....

Suara Muhammadiyah

10 July 2024

Wawasan

Surat ‘Eceng Gondok’ kepada Bung Hatta: Catatan Demokrasi dari Desa Oleh: Rizkul Hamkan....

Suara Muhammadiyah

19 December 2024

Wawasan

Jelang Munas Satu Abad: Menyongsong Transformasi Kedua Majelis Tarjih (5) Oleh: Mu’arif Jika....

Suara Muhammadiyah

30 January 2024

Wawasan

Menebar Benih Ikan Menanam Pohon untuk Kehidupan Perayaan 111 Milad Muhammadiyah Oleh : Ahsan Jame....

Suara Muhammadiyah

18 December 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah