Pentingnya Spiritualitas Ihsani di Era Disrupsi

Publish

25 September 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
134
Doc. Istimewa

Doc. Istimewa

BANDUNG, Suara Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Aisyiyah Jawa Barat menyelenggarakan Gerakan Subuh Mengaji pada Senin (25/9). Pada kajian kali ini mengangkat tema “Gerakan Spiritualitas Ihsani Muhammadiyah di Era Disrupsi” yang disampaikan oleh Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Ustadz Fathurrahman Kamal Lc., MSi melalui zoom meeting.

Dalam kajiannya, Ia menyampaikan beberapa hal. Pertama, ia menjabarkan berbagai masalah yang dihadapi umat saat ini. “Rasa-rasanya hari ini banyak orang merasa lebih mulia daripada Rasulullah SAW. Selain itu, kita kehilangan ruhiyah dan sifat yang bersifat ihsan dalam menjalankan agama serta keseharian kita,” ucapnya.

Dari sini, ia mengaitkan ayat yang menjadi inspirasi KH Ahmad Dahlan. “Ada satu ayat yang menginspirasi Ahmad Dahlan yaitu tentang manusia yang menjadikan hawa nafsu sebagai Tuhannya. Ini bermakna dalam menjalankan agamanya atas dasar syahwat. Ketika terjadi perbedaan pendapat, kita berlebihan dalam memberikan respon bahkan terhadap fakta sekalipun. Bahkan beberapa dari kita sampai mengeluarkan kata-kata yang tidak sepatutnya diucapkan seperti mengafirkan dan menyesatkan,” ujarnya.

Oleh karena itu, kita harus selalu waspada dengan lisan seperti yang diamanatkan Nabi Muhammad SAW. “Rasulullah mengibaratkan lisan sebagai sebuah teko. Tidaklah teko itu mengeluarkan kecuali isinya. Rasulullah juga menyampaikan dalam menjalani kehidupan keseharian kita, seluruh organ kita merujuk kepada lisan. Sesungguhnya kita tergantung ucapan yang dikeluarkan. Jika berkata lurus, kita pun ikut lurus, begitupun sebaliknya,” tambahnya.

Selain itu, Ia juga menyoroti permasalahan lain terkait ilmu sebagai kegersangan. “Memang betul teknologi digital dan perkembangan informasi membuat orang begitu mudah berinteraksi dengan Al-Qur’an, Hadist, bahkan ucapan bijak dari sahabat hingga ulama. Tetapi persoalannya adalah ilmu itu tidak membekas dalam fakta kehidupan. Ini menunjukan bahwa segala akses termasuk ilmu dimudahkan oleh Allah SWT, tapi dicabut diberkahannya. Dengan kata lain, ilmu hanya sebatas ucapan tapi tidak pada aksi nyata,” pungkasnya.

Berdasarkan hal ini, Ustadz Rahman menjelaskan salah satu alasannya adalah mengabaikan sifat fundamental manusia. “Hal ini menjadi persoalan bahwa narasi dakwah yang ada melupakan satu hal penting yaitu karomatul insan atau kemuliaan manusia. Terlepas dari agama apapun, secara fundamental manusia memiliki kehormatan yang hakiki yang dijamin Allah SWT dalam Al-Qur’an. Itu yang hilang,” imbuhnya.

Lebih lanjut, beliau menjelaskan peran Muhammadiyah melihat masalah ini. “Muhammadiyah sejak Muktamar 2005 sudah menarasikan dalam dokumen penting dalam Muhammadiyah Jelang Satu Abad, salah satunya isinya adalah era disrupsi atau keterjungkirbalikan makna seperti paradoks kehidupan dan cara berpikir yang instrumental,” ucapnya. Ia juga menambahkan Muhammadiyah melihat bahwa manusia menjalani hidupnya seperti tanpa nilai, termasuk dalam beragama. 

Ustadz Rahman juga membeberkan masalah lain yakni manusia tak lagi memiliki dimensi ruhani. “Manusia menghadapi satu persoalan serius yaitu kehilangan dimensi spiritual. Manusia pada akhirnya tidak memandang kehidupan sebagai sebuah hal yang sakral dan suci, padahal kehidupan kita semua Lillahi Ta’ala. Kehilangan inilah yang menyebabkan kita maupun generasi sekarang mengalami disorientasi dalam kehidupan,” tuturnya.

Oleh karena itu, Muhammadiyah memberi solusi sebagai bentuk tabayyun. “Kami bekerja sama dengan Umri untuk mengangkat dakwah bernuansa spiritualitas dan gerakan ihsani baik pada level individu, keluarga, dan masyarakat. Bisa memberikan contoh yang baik, antara lisan dan perbuatan berbanding lurus, dan tidak mengkafirkan atau menistakan yang non-muslim,” imbuhnya.

Sebagai penutup, beliau menekankan untuk hidup selalu berlandaskan Al-Qur’an seperti halnya KH Ahmad Dahlan. “Ahmad Dahlan mengajarkan kita untuk menjadikan Al-Qur’an bukan sesuatu yang mati tanpa daya, tetapi sesuatu yang hidup dan menghidupkan. Jadi jika ingin menjadikan Al-Qur’an hidup dalam kehidupan, jangan hanya diletakkan di dalam kepala tapi juga didalam hati dan qalbu dan diterapkan dalam keseharian,” tutupnya. (Kiky)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

PALANGKARAYA, Suara Muhammadiyah - Musyawarah Wilayah Ikatan Guru ‘Aisyiyah Bustanul Athfal (I....

Suara Muhammadiyah

16 December 2023

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – “Salah satu amalan ringan, jika orang yang suka kalkula....

Suara Muhammadiyah

18 March 2024

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Tanggal 14 Februari 2024, bangsa Indonesia menyelenggarakan pemilih....

Suara Muhammadiyah

3 February 2024

Berita

MEDAN, Suara Muhammadiyah –  Rahmansyah Sibarahi SH MH diamanahkan menjadi nakhoda baru P....

Suara Muhammadiyah

29 July 2024

Berita

MEDAN, Suara Muhammadiyah - LazisMu dan Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Medan menggelar kegiatan berba....

Suara Muhammadiyah

4 April 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah