PETANI MILENIAL DAN KETAHANAN PANGAN

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
51
Foto Istimewa

Foto Istimewa

PETANI MILENIAL DAN KETAHANAN PANGAN

Ancaman krisis pangan global bukan lagi sebatas isapan jempol. World Food Programme (WFP) merilis sekitar 309 juta jiwa mengalami kelaparan kronis yang tersebar di 71 negara. Minimnya ketersediaan pangan memang disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah dampak dari perubahan iklim ekstrem sehingga hasil pertanian tidak cukup untuk menghidupi populasi masyarakat dunia saat ini. Maka dibutuhkan usaha ekstrem untuk menyiapkan sumber daya manusia di bidang pertanian yang memiliki wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta skill dan jaringan, sehingga produksi bahan pangan yang berkelanjutan dapat meminimalisir ancaman krisis pangan di masa depan.

Indonesia sebagai negara agraris terbesar di kawasan Asia Tenggara, disusul Thailand, Vietnam, dan Filipina yang mampu memproduksi beras dalam skala besar. Thailand menjadi lumbung padi terbesar di Asia. Begitu juga Vietnam yang mengalami surplus produksi beras. Jika Indonesia sebagai negara agraris terbesar di Kawasan Asia Tenggara, tetapi sedikit aneh karena negara dengan status lumbung padi dan negara surplus beras justru dimiliki Thailand dan Vietnam. Dan realitas politik di negeri ini dalam dasawarsa terakhir yang katanya tidak akan impor beras, namun faktanya ternyata lain. Realitas politik inilah yang selalu merugikan petani di negeri ini.

Realitas politik, terutama lewat kebijakan-kebijakan yang tidak pernah mendukung para petani di Indonesia, telah menciptakan dampak baru yang tidak kalah memprihatinkan. Yakni, status petani yang selalu distigma negatif: bodoh, kotor, dan miskin. Dianggap bodoh karena profesi petani dinilai tidak membutuhkan wawasan pengetahuan yang tinggi karena pekerjaan ini hanyalah warisan dari para orang tua terdahulu. Dinilai kotor karena memang mengolah lahan pertanian selalu bersentuhan dengan tanah atau lumpur dan kotoran (pupuk organik). Selalu miskin karena kebijakan-kebijakan politik pemerintah tidak pernah mendukung kesejahteraan para petani, misalnya dengan impor beras, gandum, kedelai, pupuk, dan lain-lain.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) 2022, dari 135,3 juta penduduk Indonesia yang bekerja, sebesar 29,96% bekerja di sektor pertanian. Angka dalam prosentase ini menginformasikan bahwa jumlah petani di Indonesia pada 2022 mencapai 40,64 juta orang. Sebuah kekuatan sumber daya manusia yang cukup besar, tetapi belum mampu mengantarkan negara ini mencapai status surplus pangan.

Selengkapnya dapat membeli Majalah Suara Muhammadiyah digital di sini Majalah SM Digital Edisi 19/2024


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Editorial

Derap Muhammadiyah Berkemajuan Oleh Prof Dr H Haedar Nashir, M.Si. Setiap kunjungan dan diundang k....

Suara Muhammadiyah

26 October 2023

Editorial

Gerak Kepemimpinan Muhammadiyah Oleh Prof Dr H Haedar Nashir, M.Si. Alhamdulillah Muktamar ke-48 M....

Suara Muhammadiyah

16 February 2024

Editorial

DILEMA ROHINGYA ANTARA KEMANUSIAAN DAN KEAMANAN Kapal demi kapal yang membawa warga Rohingya telah ....

Suara Muhammadiyah

23 February 2024

Editorial

MASA DEPAN ISLAM INDONESIA Beberapa tahun terakhir ini muncul semacam keyakinan kalau Islam Indones....

Suara Muhammadiyah

15 February 2024

Editorial

SURVIVAL SEKOLAH MUHAMMADIYAH Sekolah menengah pertama Yumoto di Prefektur Fukushima adalah salah s....

Suara Muhammadiyah

29 June 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah