YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – IMM Bulaksumur-Karangmalang (BSKM) bersama LP3ES dan HMI Bulaksumur menyelenggarakan refleksi 25 tahun Reformasi pada Jumat (15/9) lalu dengan diskusi dan bedah Jurnal Prisma Vol. 42 Edisi 25 Tahun Reformasi di Bento Kopi Kayen.
Dalam kegiatan tersebut terdapat 3 sesi yakni bedah jurnal secara umum dan refleksi reformasi dan gerakan Islam oleh Ismail Al-Alam (Editor Harian Indoprogress), kemudian bedah artikel oleh Tri Nur Chasanah (IMM BSKM), Nadiya Hasna Amrina (FORMMA UGM-UNY) dan Dika Ayu Wulandari (HMI Bulaksumur) dan terakhir refleksi reformasi dan kejahatan HAM masa lalu oleh Harry Wibowo (Pemred Jurnal Prisma).
Reformasi diperingati dan dikenang sebagai momen yang mengubah ‘nasib’ bangsa Indonesia. Momen reformasi dianggap sebagai suatu kemenangan rakyat untuk melakukan demokratisasi struktur politik nasional yang telah lama dikuasai segelintir orang. Selain struktur politik nasional, keadaan sosial juga berubah sedemikian rupa menuju kebebasan berekspresi, berserikat dan berpendapat di ruang publik. Perubahan mendasar ini menyebabkan momen bersejarah reformasi 98 ini terus dikenang.
Akan tetapi, 25 Tahun berselang, cita-cita kebebasan, kemajuan dan demokratisasi justru menunjukkan geliat “jauh api dari panggang”. Indeks demokrasi nasional yang sempat merangkak naik, tapi tetap saja masih dinilai lemah. Indeks persepsi korupsi (IPK) Indonesia tercatat sebesar 34 poin dari skala 0-100 pada 2022 yang juga turun 4 poin dari tahun sebelumnya. Kekerasan negara juga terjadi dalam banyak kasus perampasan lahan dan konflik agraria, salah satunya yang saat ini membara di pulau Rempang.
Dalam kegiatan tersebut, IMM BSKM dan HMI Bulaksumur diberi buku kumpulan lengkap karya Bung Hatta oleh LP3ES. Buku ini merupakan ikhtiar panjang dari pengumpulan karya Bung Hatta yang tersebar di dalam maupun luar negeri.
Pengumpulan, penerjemahan, penyusunan, penyuntingan dan penerbitan kumpulan tulisan menjadi buku itu berjalan sejak tahun 1995. Sampai dengan saat ini, Tim Redaksi LP3ES telah berhasil menerbitkan 431 tulisan Bung Hatta dalam delapan buku dari 12 buku yang direncanakan.
Pemberian buku kumpulan lengkap karya Bung Hatta ini secara simbolis diharapkan menjadi pemantik lahirnya diskusi-diskusi dan pengembangan pemikiran Bung Hatta yang dinilai saat ini masih sangat relevan untuk membangun bangsa dengan cita-cita reformasi. Syamsu Rizal, perwakilan LP3ES yang hadir dalam kegiatan tersebut mengungkapkan bahwa Bung Hatta adalah contoh teladan anak muda yang mulai berkarya bahkan dari usia 16 tahun.
“Harapannya ke depan LP3ES bisa bekerjasama dengan kawan-kawan IMM & HMI dan komunitas lainnya untuk menyelenggarakan Sekolah Pemikiran Bung Hatta. Agar pemikiran beliau kembali bersemi lagi, mulai Yogyakarta”, ujar Rizal. (Sulc/Cris)