Refleksi Pilpres (2)

Publish

24 February 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
539
Doc. Istimewa

Doc. Istimewa

Oleh: Mohammad Fakhrudin
Warga Muhammadiyah Tinggal di Magelang Kota

JABATAN

Jabatan itu amanah 
manakala diperoleh melalui jalan Allah
diawali dengan niat ibadah
dilaksanakan senantiasa dengan bismillah

Sungguh jadi ironi 
manakala jabatan dicari
apalagi dengan cara keji: membohongi hati nurani
menjual harga diri, memfitnah teman sendiri

Sungguh jadi lelucon murahan
manakala jabatan diperebutkan apalagi dengan kekerasan
mengaku beriman, tetapi berkawan dengan  preman 
menghalalkan segala jalan demi tercapainya tujuan
Kebenaran dan kemunkaran pun dicampuradukkan  

Jabatan itu ujian 
menuju kemuliaan atau kehinaan
Mulia jika Quran Hadis dijadikan pedoman
Inilah insan mulia yang lulus ujian
Hina jika keduanya ditinggalkan
Inilah manusia hina yang gagal ujian

Jabatan itu pilihan: 
memberi sebanyak-sebanyaknya 
atau menerima lebih dari haknya
menegakkan kebenaran, tetapi dibenci 
atau mengkhianati nurani, tetapi dipuji

***

Di dalam “Refleksi Pilpres 2024" (1) telah dikutip butir ketiga Pernyataan Pers Muhammadiyah. Agar pikiran dan hati kita lebih "tertata" dalam membaca "Refleksi Pilpres 2024 (2) ini, butir ketiga itu disajikan kembali sebagai rujukan sehingga dapat bersikap dan bertindak secara tepat.

"Mengimbau semua pihak, khususnya partai politik dan para calon anggota legislatif, serta para  calon presiden- calon wakil presiden dan para pendukungnya, agar bersabar menanti hasil akhir pemilu yang akan disampaikan secara resmi oleh KPU. Semua pihak hendaknya tidak terburu-buru mengambil kesimpulan hasil pemilu berdasarkan Quick Count yang disampaikan oleh lembaga survei."

Telah dikemukakan pula di dalam "Refleksi Pilpres 2024" (1) bahwa kita harus bertanggung atas segala amal perbuatan kita. Tentu termasuk di dalamnya adalah tindakan memilih presiden dan wakilnya.  

Usia Akhir dan Amal Akhir

Sebagai muslim, kita beriman bahwa usia manusia berada dalam genggaman kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an surat al-An’am (6): 2. 

هُوَ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ طِيْنٍ ثُمَّ قَضٰۤى اَجَلًا ۗ وَاَ جَلٌ مُّسَمًّى عِنْدَهٗ ثُمَّ اَنْـتُمْ تَمْتَرُوْنَ

"Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian Dia menetapkan ajal (kematianmu), dan batas waktu tertentu yang hanya diketahui oleh-Nya. Namun, kamu masih meragukannya."

Mati tidak dapat dimajukan atau ditunda sesaat pun sebagaimana di dijelaskan di dalam firman-Nya, antara lain, di dalam surat al-A’raf (7): 34

وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌ ۚ فَاِ ذَا جَآءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَئ۟خِرُوْنَ سَا عَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ

"Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun."

Oleh karena itu, ada di antara muslim yang usianya berbatas akhir 14 Februari 2024. Mungkin di antara mereka ada yang memperoleh tugas (sebagai apa pun) di dalam pilpres dan meninggal sebelum selesai melaksanakan tugas. Mungkin ada pula yang meninggal setelah melaksanakan tugas. Jika mereka amanah, berarti dia diberi akhir usia yang baik dan akhir amal yang baik juga.

Bagaimana kita sebagai pemilih? Jangan-jangan di antara kita ada yang memilih presiden dan wakilnya yang kualitas ketakwaannya sangat rendah dan didukung oleh sebagian besar orang-orang yang kualitas ketakwaannya sangat rendah juga, padahal syarat memperoleh keberkahan yang melimpah adalah takwa sebagaimana dijanjikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam Al-Qur’an surat al-A’raf (7): 179 yang telah dikutip pada “Refleksi Pilpres” 2024 (1). Jika tiba-tiba meninggal, apakah tidak termasuk akhir usia dan akhir amal yang buruk? Na’uzubillah!

TUA PUN TAK PASTI

Serasa setiap saat usia bertambah
Sesungguhnya kematian makin dekat

Ada orang bilang
Tua itu pasti
dewasa itu pilihan
Yang sebenarnya terjadi
tua pun tak pasti
Yang pasti adalah mati

Mati tak pernah kompromi
dengan siapa pun
kapan pun
di mana pun
dan bagaimana pun

Mati tak selalu melalui 
tua atau sakit dulu
dapat datang ketika
      menyanyi atau mengaji
      bermaksiat atau beribadat
      nyinyir atau zikir
      marah atau ramah
melawan kezaliman
dan menegakkan kebenaran
atau membiarkan bahkan melakukan kezaliman dan kemunkaran
tobat dan ampunan didapat
atau tambah jahat dan dapat laknat

Entah usia tinggal berapa
              tahun
              bulan
              bekan
              hari
              jam
              menit
              detik
dalam genggaman kekuasaan Allah

Doa dan Ikhtiar

Akhir usia yang baik dan akhir amal  yang baik adalah dua dari tiga doa sebagaimana dituntunkan oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam, antara lain, 

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ خَيْرَ عُمْرِي آخِرَهُ، وَخَيْرَ عَمَلِي خَوَاتِيمَهُ، وَخَيْرَ أَيَّامِي يَوْمَ أَلْقَاكَ فِيهِ

"Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik umurku pada penghujungnya dan sebaik-baik amalku (juga) pada penghujungnya dan sebaik-baik hari-hariku adalah dari pertemuan dengan-Mu."

Di dalam buku Bacaan Sholat dan Doa-Doa Harian susunan Aan (pengasuh Pondok Pesantren Muhammadiyah Tempuran, Magelang)  dijelaskan bahwa doa tersebut terdapat di dalam Hamisy Musnad Ahmad Jilid 2, halaman 117, baris 8-12 dan Ibnu Abi Syaibah Jilid 9, halaman 532-533, nomor hadis 30107.  

Dalam hubungannya dengan pilpres, muslim diberi tuntunan berdoa, antara lain, 

اللَّهُمَّلَاتُسَلِّطْعَلَيْنَا-بِذُنُوْبِنَا-مَنْلَايَخَافُكَوَلَايَرْحَمُناَ

"Ya Allah, ya, Tuhan kami, janganlah Engkau kuasakan (jadikan pemimpin) atas kami--karena dosa-dosa kami--orang yang tidak takut kepada-Mu dan tidak mempunyai belas kasihan kepada kami."

Muslim diwajibkan berdoa  disertai ikhtiar. Nah, bagaimana ikhtiar kita? Mendengarkan dan membaca fatwa ulama? Ya! Namun, di antara mereka ada yang berfatwa: ambil uangnya, jangan pilih orangnya! Ada yang berfatwa: jangan ambil uangnya, dan jangan pilih orangnya! Ada lagi: uang itu bisa jadi uang pembeli kebenaran!  Mengapa tidak diambil? Kebenaran memang mahal harganya! 

Idealnya musim mengikuti fatwa ulama yang mencerahkan: tegas sebagai pembeda antara yang hak dan yang haram, bukan fatwa yang remang-remang; bukan fatwa yang mengaburkan dan meresahkan. Ulama yang akhlaknya satu kata dengan perbuatan

Ikhtiar berikutnya? Mendengarkan dan membaca pendapat cendekiawan. Di antara mereka ada yang sebelum pilpres sudah memprediksi paslon tertentu yang menang satu putaran dengan perolehan suara di atas 57%. Ada pula yang memprediksi secara meyakinkan bahwa paslon tertentu pasti kalah karena dirintangi.

Ada pula cendekiawan yang wawasan keindonesiaan dan kereligiusannya mencerahkan pikiran dan hati. Mereka berintegritas tinggi dan bermoral terpuji. Mereka sadar akan tanggung jawabnya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Oleh karena itu, mereka dapat melihat mana yang benar dan mana yang salah. Semestinya, cendekiawan yang demikian yang kita dengar, baca, dan ikuti pendapatnya!

Sementara itu, di sekolah dan di kampus ada guru dan dosen yang berintegritas tinggi dan bermoral terpuji sehingga membuka pikiran dan hati anak didiknya menjadi cerdas secara utuh: intelektual, emosi, sosial, dan spiritual. Namun, ada juga di antara mereka yang lebih takut kepada manusia daripada takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Akibatnya, mereka menggiring anak didiknya agar memilih paslon tertentu demi tetap dapat bekerja.   

Bagaimana warga masyarakat penerima bansos atau bantuan lainnya? Bagaimana pula ASN?


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Gerakan IMM dalam Lintasan Peradaban (2) Oleh: Hilma Fanniar Rohman, Dosen Perbankan Syariah, Unive....

Suara Muhammadiyah

10 May 2024

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Dalam Islam kita merasa sebagai bagian dari umat (ummah) yang satu tetapi berag....

Suara Muhammadiyah

29 September 2023

Wawasan

Praktik Moderasi Muhammadiyah melalui Media Online Oleh: Said Romadlan, Dosen Ilmu Komunikasi Uhamk....

Suara Muhammadiyah

5 September 2024

Wawasan

Ikhtiar Awal Menuju Keluarga Sakinah (23) Oleh: Mohammad Fakhrudin (warga Muhammadiyah tinggal di M....

Suara Muhammadiyah

11 February 2024

Wawasan

Pendidikan Melupakan dan Gagal Membangun Potensi Dahsyat Manusia Oleh: Agusliadi Massere Indonesia....

Suara Muhammadiyah

25 September 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah