JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Bendahara Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Hilman Latief mengingatkan, Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Surakarta, Jawa Tengah menghasilkan keputusan tentang Risalah Islam Berkemajuan (RIB). Menurut Hilman, RIB ini diorientasikan sebagai rujukan bagi segenap pimpinan dan anggota Persyarikatan.
“Diharapkan dapat membaca, memahami, merenungkan, dan mengimplementasikan RIB,” tuturnya saat pembukaan Tanwir 1 Pemuda Muhammadiyah, Kamis (21/11) di Hotel Arya Duta Menteng, Gambir, Jakarta Pusat dengan mengusung tema “Kolaborasi Pemuda Negarawan untuk Indonesia Maju.”
Terkait RIB ini, Hilman mengerucutkan setidaknya menjadi empat hal penting. Pertama, Islam dan gerakan Islam sebagai gerakan dakwah. “Muhammadiyah adalah gerakan dakwah rahmatan lil ‘alamin,” katanya. Karena itu, prinsip keislaman yang telah dipahami oleh Muhammadiyah harus menjadi pegangan, khususnya bagi Pemuda Muhammadiyah.
Kedua, menjadikan Islam sebagai gerakan tajdid. Muhammadiyah didirikan dengan membawa spirit pembaruan. Yakni berupaya untuk mencari solusi-solusi baru terhadap persoalan-persoalan yang terus berkembang. Dan membawa pada transformasi ke arah yang berkemajuan dan mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
“Tajdid dalam bahasa kini adalah inovation. Kita inovatif mencari kebaruan, aktif mencari solusi-solusi baru tentang berbagai persoalan yang ada di masyarakat,” ujarnya.
Termasuk persoalan di bidang pendidikan, sosial, ekonomi, kesehatan dan segala bidang kehidupan masyarakat lainnya, tantangannya semakin berat. Apalagi untuk mencapai cita-cita Indonesia Emas 2045, juga bukan persoalan mudah.
Oleh karena itu, Hilman mengajak kepada Pemuda Muhammadiyah untuk berpartisipasi aktif dalam menghadapi tantangan tersebut. Yakni lewat spirit pembaruan dan inovasi di pelbagai bidang kehidupan.
“Peran pemuda dibutuhkan. Tapi lebih dari itu, inovasinya apa yang akan dibangun oleh kita semua. Saya memberikan harapan kepada Pemuda Muhammadiyah untuk bisa menampilkan gagasan baru dan langkah baru untuk mengakselerasi pembangunan di Tanah Air,” ucapnya.
Ketiga, Islam sebagai gerakan ilmu. Untuk mencapai tujuan pembangunan besar, membutuhkan strategis dan langkah. Kuncinya terletak pada penguasaan ilmu. “Ilmu adalah basis dari langkah kita (scientific approach),” katanya.
Hal itulah yang menginisiasi Muhammadiyah mendirikan ribuan sekolah dan ratusan perguruan tinggi, termasuk di dalamnya ada Aisyiyah. “Tentu proyeksinya adalah membangun sumber daya manusia yang kuat. Tanpa itu, proses akselerasi untuk mencapai pembangunan yang kita harapkan tentu akan berat,” tegasnya.
Keempat, Islam sebagai gerakan amal. KH Ahmad Dahlan dikenal Man of Action. “Tidak banyak bicara dan narasi,” tegasnya. Hilman mengajak, Pemuda Muhammadiyah agar kolektif dalam berkiprah membangun kekuatan umat yang berdampak luas dan mengedepankan amal nyata untuk kemajuan masyarakat.
“Mudah-mudahan Pemuda Muhammadiyah menjadi pelopor dalam gerakan kolektif ini,” tandasnya. (Cris)