YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Dr apt Salmah Orbayinah, MKes., menegaskan bahwa pembangunan Gedung Taman Kanak-Kanak ‘Aisyiyah Bustanul Athfal (TK ABA) Notoprajan bukanlah sekadar proyek fisik, melainkan langkah strategis dalam membangun peradaban. Semangat tersebut lahir dari kesadaran bahwa pendidikan karakter harus dimulai sejak usia dini, yang menjadi fokus utama ‘Aisyiyah selama ini.
Hal itu disampaikan Salmah saat menghadiri prosesi peletakan batu pertama pembangunan Gedung TK ABA Notoprajan, Ngampilan, Yogyakarta, pada Minggu (16/11). Ia menekankan bahwa pembangunan fasilitas pendidikan adalah ikhtiar sosial-keagamaan untuk membentuk karakter generasi masa depan, bukan sekadar memperluas akses belajar.
“Pendidikan usia dini adalah amanah dan investasi peradaban. TK ini harus ramah anak, inklusif, dan mampu melahirkan pemimpin masa depan yang amanah dan berwawasan luas,” tegasnya.
Menurut Salmah, pembangunan ini selaras dengan misi dakwah ‘Aisyiyah sejak awal berdiri: menyediakan pendidikan inklusif untuk semua, membangun karakter anak, serta menyiapkan generasi yang unggul dan beradab. Hal tersebut mempertegas posisi ‘Aisyiyah sebagai lembaga pendidikan sekaligus agent of change di tengah masyarakat.
Salmah, yang juga dosen Program Profesi Apoteker Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), turut menyoroti tuntutan zaman yang mengharuskan lembaga pendidikan bersikap adaptif. Ia menekankan pentingnya penguatan kapasitas guru dalam menghadapi era teknologi dan informasi, termasuk pelatihan dasar coding dan pemahaman kecerdasan buatan.
“Guru dan tenaga pendidik harus terus mengasah diri agar tidak tertinggal dan mampu mendampingi anak-anak dengan pendekatan yang sesuai perkembangan zaman,” ujarnya.
Dengan lebih dari 23 ribu TK yang tersebar di seluruh Indonesia, ‘Aisyiyah memiliki modal besar untuk menghadirkan pendidikan anak usia dini yang unggul, inklusif, dan berdaya saing global. Salmah juga mendorong para pendidik dan pengurus memanfaatkan peluang pendanaan serta kebijakan pemerintah, termasuk program Wajib Belajar 13 Tahun yang kini memasukkan pendidikan prasekolah sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional.
TK ABA Notoprajan sendiri merupakan lembaga pendidikan yang berdiri sejak 1935 dan sempat berhenti beroperasi. Ketahanan lembaga berbasis masyarakat ini kembali teruji dengan dibangunnya gedung baru melalui kolaborasi Lazismu UMY, alumni, dan Pimpinan Ranting ‘Aisyiyah Notoprajan. Gedung baru tersebut ditargetkan selesai dalam satu tahun dengan total anggaran Rp 1,2 miliar.
“Kita bukan sekadar membangun fisik bangunan. Kita sedang membangun karakter, memperkuat fondasi generasi, dan mengembangkan model pendidikan yang responsif terhadap perubahan zaman,” pungkas Salmah.
Dalam prosesi peletakan batu pertama pembangunan Gedung Baru Taman Kanak-Kanak ‘Aisyiyah Bustanul Athfal (TK ABA) Notoprajan, Ngampilan, Yogyakarta, Penasehat Pembangunan Gedung TK ABA Notoprajan, sekaligus Guru Besar UMY, Prof. Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P., IPM., ASEAN Eng., menyampaikan refleksi mendalam mengenai urgensi mengembalikan hakikat pendidikan sebagai proses pembentukan manusia seutuhnya.
Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) bidang Ilmu Tanah tersebut menyoroti bahwa di era digital saat ini, pendidikan kerap terjebak pada pencapaian akademik semata, sementara dimensi karakter, adab, dan akhlak cenderung terpinggirkan.
“Baik Muhammadiyah maupun ‘Aisyiyah itu tidak hanya membangun sekolah, tapi membangun manusia. Pendidikan itu amal jariyah. Apa yang kita lakukan hari ini harus melahirkan generasi berkarakter yang mencintai kebenaran dan berakhlak mulia,” ujar Gunawan saat memberikan sambutan, Minggu (16/11).
Ia menegaskan bahwa pendidikan dalam gerakan Muhammadiyah bukan sekadar proses transmisi pengetahuan, tetapi bagian dari dakwah tauhid yang melekat dalam pembentukan karakter umat. Dalam ideologi Muhammadiyah, pendidikan bukan hanya aktivitas berbasis kelas dan kurikulum, melainkan sarana menanamkan nilai Al-Qur’an dan Sunnah sebagai fondasi hidup.
Di tengah capaian tersebut, Gunawan juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi sosial dan pendidikan saat ini. Ia menyoroti gejala merosotnya penghormatan kepada guru, melemahnya akhlak anak-anak, serta dominasi teknologi yang mengubah pola pikir dan perilaku anak sejak usia dini.
“Anak-anak kita sekarang akrab dengan gawai, tapi jauh dari adab. Guru tak lagi menjadi pusat pembelajaran, bahkan sering dianggap remeh. Orang tua pun mulai kehilangan peran dalam pendidikan karakter,” ujarnya.
Karena itu, Gunawan menyambut pembangunan gedung TK ABA Notoprajan sebagai bentuk intervensi struktural untuk mengembalikan fungsi pendidikan sebagai benteng karakter bangsa. Ia memberikan apresiasi kepada guru-guru ‘Aisyiyah dan tenaga pendidik Muhammadiyah yang tetap istiqamah mengemban amanah dakwah melalui pendidikan, meski di tengah berbagai keterbatasan.
Menurutnya, pada usia dini anak harus dikenalkan pada nilai disiplin, etika bertutur, ketulusan, dan kejujuran. Pendidikan tidak boleh berhenti pada kemampuan membaca dan berhitung, tetapi harus membentuk manusia yang beretika dan menempatkan agama sebagai ruh dari pendidikan.
“Pendidikan bukan sekadar transfer ilmu, tetapi juga pembentukan peradaban. TK ABA milik ‘Aisyiyah ini harus menjadi tempat pertama anak-anak mengenal akhlak, kedisiplinan, dan ketauhidan,” pungkas Gunawan yang juga merupakan alumnus dari TK ABA Notoprajan. (Vivi)


