YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Irwan Akib mengisahkan para tokoh Muhammadiyah pada zaman dahulu punya pemikiran yang kosmopolitan. Yakni mencanangkan berdirinya lembaga pendidikan, khususnya universitas dibawah kepemimpinan KH Hisyam tahun 1920. Lewat kerja kerasnya, mulai tahun 1963 secara resmi Muhammadiyah mendirikan perguruan tinggi pertamanya di Padang Panjang.
"Para pendahulu kita punya pikiran yang jauh. Kita tidak bisa membayangkan tahun itu bagaimana kekurangan-kekurangannya. Tapi beliau punya impian untuk mendirikan perguruan tinggi yang megah," ujarnya Rabu (18/12) saat Pengajian Refleksi Akhir Tahun Semarak Milad ke-64 UAD di Masjid Islamic Center Kompleks UAD.
Seiring berjalannya waktu, perguruan tinggi saat ini mesti berbenah dan berubah di tengah perkembangan zaman semakin kompleks. Perguruan tinggi harus berdaya saing untuk menghasilkan kualitas sumber daya manusia terbaik dan membawa perubahan bagi bangsa.
"Kalau kita ingin berdaya saing (berlomba-lomba dalam kebaikan, fastabiqul Khairat) maka memang tidak bisa tidak berjalan sendirian. Butuh kebersamaan, kerja sama, dan kolaborasi yang baik dari internal maupun eksternal," sebutnya.
Dalam usaha untuk mewujudkan hal tersebut, Irwan meminta untuk memperkuat kolaborasi. Kuncinya menata dan menyatukan hati pimpinan. Dari situ kemudian, lahir spirit untuk bekerja sama sesuai dengan kemampuan menjadikan perguruan tinggi yang berdaya saing juga berkemajuan.
"Kita terkadang bekerja sama, tetapi jiwa kita tidak bersama. Jadi yang perlu disatukan dulu hati kita. Pimpinan harus menyatukan hatinya. Kalau hatinya sudah menyatu kemudian kita punya program, Insyallah akan berjalan dengan baik," tuturnya.
Irwan merepresentasikan perguruan tinggi laksana sebuah pohon. Jika pohon itu dirawat dengan baik, maka akan menikmati buahnya secara bersama-sama. Karena itu, Irwan mengajak untuk merawat serta menjaga spirit kebersamaan dan memupuknya dengan kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.
"Mari kita menyatukan hati kita memajukan perguruan tinggi kita (khususnya UAD ini) yang Insyaallah akan memberikan kontribusi bagi Persyarikatan, umat, dan bangsa," ajaknya.
Selain berdaya saing, perguruan tinggi mesti berinovasi. Irwan menegaskan, inovasi meniscayakan lahirnya produk-produk yang baru dengan diiringi oleh kreativitas. Karena itu, Irwan memotivasi bagi para mahasiswa agar mengasah diri untuk melahirkan kreativitas sebagai medium menciptakan produk-produk yang nantinya dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas.
"Muhammadiyah sebagai gerakan Tajdid (pembaruan). Kita melahirkan produk-produk yang memang baru. Tentu inovasi diiringi dengan kreativitas. Dan ini biasanya menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga produk-produk yang dilahirkan bisa memberikan manfaat dengan proses hilirisasi," sebutnya. (Cris)