YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY melangsungkan Stadium General Sekolah Ideologi Muhammadiyah. Acara berlangsung Senin (11/8) di Ruang Amphitarium Lantai 9 Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Hadir Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir sekaligus memberikan keynote speech. Laporan Direktur Sekolah Ideologi Muhammadiyah Hardi Santoso menyampaikan, antusiasme peserta sangat tinggi. "Untuk angkatan pertama ini, dari 82 yang mendaftar, kita ambil 33 orang," katanya.
Hardi menyebut, angkatan pertama ini, pihaknya berkomitmen untuk menerima satu kelas sementara waktu karena untuk menyiapkan sesuatu agar lebih baik. “Kami juga melakukan model adjustment test untuk mengukur komitmen dan ketahanan semua peserta, alhamdulillah telah terpilih 33 nama,” terangnya.
Sekolah Ideologi Muhammadiyah lahir dari amanah Muktamar ke-48 Muhammadiyah untuk memperkuat ideologi kader melalui kurikulum yang terstruktur. “Kami merancang sekolah ini dalam dua semester. Semester pertama fokus pada penguatan ideologi, sementara semester kedua mengarah pada pengembangan kepemimpinan organisasi dan profesionalisme,” ujarnya.
Proses persiapan sekolah ini dimulai sejak Oktober 2024 melalui serangkaian diskusi, kuliah umum, hingga uji publik pada April 2025. Kegiatan tersebut melibatkan pakar ideologi, tokoh organisasi, dan pimpinan Muhammadiyah di berbagai level.
Dalam kesempatan itu, Hardi membentangkan denyut nadi kegiatan Sekolah Ideologi Muhammadiyah. Perkuliahan di Sekolah Ideologi Muhammadiyah diselenggarakan dalam waktu 6 bulan dan terbagi menjadi 2 semester dengan pendekatan deep learning, menggunakan model pembelajaran luring dan berbagai metode yang menumbuhkan berpikir kritis, di antaranya: studi tokoh, role playing, dialectical inquiry, kontemplatif dan reflektif.
“Dalam dua semester, terdapat enam mata kuliah. Pada semester 1, mata kuliah yang dibawakan memiliki muatan ideologis seperti Risalah Islam Berkemajuan, Faham Islam dalam Muhammadiyah, dan Landasan Ideologi Muhammadiyah,” jelasnya.
Lalu, mata kuliah di semester 2 memuat pengembangan internalisasi organisasi, seperti Pengelolaan AUM Unggul dan Berkemajuan, Strategi Pembelajaran dan Pelayanan Optimal, Strategi Dakwah, serta ada dua mata kuliah pilihan, yakni Microteaching (bagi lembaga pendidikan) dan Best Practice (karir profesional).
“Juga ada Evaluasi melalui Ujian Tengah dan Akhir Semester, Penugasan pendalaman substansi/materi, serta Ujian Komprehensif dalam bentuk "muhasabah ideologi",” sambungnya.
Rektor UAD Yogyakarta Muchlas, mengungkapkan bahwa pencapaian tujuan besar Muhammadiyah tidak cukup hanya dengan berbuat baik, tetapi juga memerlukan komitmen kuat, pemikiran maju, serta kerja produktif yang terencana.
“Kegiatan ini menjadi sarana penting untuk membentuk kualitas kader dan mengawal gerakan Muhammadiyah di masa depan,” ungkapnya.
Sementara, Ikhwan Ahada, Ketua PWM DIY menekankan bahwa lulusan sekolah ini diharapkan tidak hanya memahami ideologi secara teoritis, tetapi juga menerapkannya dalam perilaku dan kepemimpinan. Sosok alumni diharapkan menjadi duta Islam berkemajuan, menarik simpati generasi muda, dan memperkuat ikatan Muhammadiyah maupun ‘Aisyiyah.
"Kita berharap para peserta mampu menjadi wajah Muhammadiyah yang mempesona, memperlihatkan Islam yang berkemajuan, dan membawa pesan persyarikatan ke tingkat internasional,” ucapnya.
Di sisi lain, Haedar mendukung adanya Sekolah Ideologi Muhammadiyah. "Menjadi penting dan sangat penting," tandasnya. (Anggi/Cris)