Setiap Anak Punya Kelebihan Masing-masing dan Menjadi Sang Juara
Oleh: Rumini Zulfikar, Penasehat PRM Troketon
Setiap anak punya kecerdasan, bakat, atau keterampilan yang berbeda-beda karena setiap anak mempunyai karakter dan daya tangkap yang bermacam-macam. Kemampuan dalam menyerap juga berbeda-beda karena setiap anak punya keistimewaan sendiri. Maka, orang tua tidak boleh berkata "kamu bodoh" pada sang anak.
Alkisah, ada seorang ayah mengirim pesan menanyakan pada anaknya.
Seorang Ayah: Mas, apakah Budhe yang ambil rapor sudah pulang, Mas?
Sang Anak: Sudah, Bi.
Ayah: Bagaimana, Mas, hasil rapornya semester ini?
Sang Anak: Biasa, Bi. Ranking 27, Bi.
Ayah: Alhamdulillah.
Sang Anak: Alhamdulillah.
Ayah: Tingkatkan dan semangat ya, Mas.
Sang Anak: Siap, Bi.
Percakapan antara seorang ayah dengan anak yang mengalami penurunan peringkat akademik menunjukkan bahwa sang ayah tidak marah dan tidak membentak anaknya.
Setiap akhir semester, anak-anak kita yang sudah bersekolah akan menerima sebuah laporan dari hasil ujian selama satu semester, terutama pada semester genap atau kenaikan kelas atau kelulusan. Bagi orang tua, apabila melihat hasil rapor yang nilainya bagus, maka akan senang dan bergembira ria. Namun, jika hasil rapor anak nilainya buruk, kadang ada yang marah dan si anak akan mendapatkan dampratan (kena kemarahan) dari orang tua. Bahkan, ada yang mengatai "Kamu bodoh", "Kamu tidak becus", atau umpatan-umpatan yang bisa membuat anak menjadi takut dan trauma. Hal tersebut akan mempengaruhi masa depan anak itu sendiri.
Kalau kita mendalami betul potensi dan kemampuan si anak, maka kita akan tahu bahwa anak kita mempunyai kelebihan atau kecerdasan pada bidang tertentu. Dari beberapa literatur, diketahui bahwa ada sembilan kecerdasan pada anak-anak kita. Tinggal anak kita termasuk kategori yang mana dari kesembilan kecerdasan tersebut.
Pertama, kecerdasan linguistik, yaitu kecerdasan dalam berbicara dan menulis. Tipe pekerjaan yang cocok adalah jurnalis, penyair, pengacara, diplomat. Kedua, kecerdasan matematis atau logika, yaitu kecerdasan dalam hal angka dan logika serta berpikir pola sebab dan akibat. Tipe pekerjaan yang cocok adalah guru, akuntan, dosen, programmer. Ketiga, kecerdasan spasial (visual), yaitu kecerdasan kepekaan tajam untuk visual, warna, garis, bentuk, sketsa. Tipe pekerjaan yang cocok adalah fotografer, desainer, arsitek.
Keempat, kecerdasan kinetik jasmani, yaitu kecerdasan mengekspresikan gagasan dan perasaan. Tipe pekerjaan yang cocok adalah penari, pengrajin, pemain bola, atlet. Kelima, kecerdasan musikal, yaitu kecerdasan mengekspresikan dan menikmati bentuk musik. Tipe pekerjaan yang cocok adalah penyanyi, pencipta lagu. Keenam, kecerdasan interpersonal, yaitu kecerdasan dalam mengerti dan peka terhadap perasaan, intensi, dan motivasi orang lain. Tipe pekerjaan yang cocok adalah pengusaha, networker, motivator, negosiator, atau guru.
Ketujuh, kecerdasan intrapersonal, yaitu kecerdasan untuk mampu introspeksi diri sendiri dan bertindak secara adaptif. Tipe pekerjaan yang cocok adalah konselor, psikolog, ulama, guru, atau dosen. Kedelapan, kecerdasan naturalis, yaitu kemampuan memahami dan menikmati alam serta menggunakannya secara produktif serta mengembangkan pengetahuan. Tipe pekerjaan yang cocok adalah petani, nelayan, pemburu. Kesembilan, kecerdasan spiritual, yaitu kemampuan anak untuk menyelaraskan kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ).
Setiap apa yang kita lakukan semuanya perlu proses yang sangat panjang, baik mental maupun spiritual. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat An-Najm ayat 39-41 sebagai berikut:
وَاَنْ لَّيْسَ لِلْاِنْسَانِ اِلَّا مَا سَعٰىۙ - ٣٩
وَاَنَّ سَعْيَهٗ سَوْفَ يُرٰىۖ - ٤٠
ثُمَّ يُجْزٰىهُ الْجَزَاۤءَ الْاَوْفٰىۙ - ٤١
Artinya: "Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya, dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna," (QS. An-Najm: 39-41).
Hikmah dan Intisari: Setiap usaha atau ikhtiar yang sungguh-sungguh dalam hal apapun akan mempengaruhi hasil. Proses tersebut akan lebih memberi kesan tersendiri. Setelah itu, semuanya akan menerima hasil yang memuaskan jika semuanya dilakukan dengan benar-benar. Sebaliknya, akan mengecewakan jika tidak. Dan itulah balasan yang setimpal.