Small is Beautiful: Cerita Komunitas Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
68
Hening Parlan

Hening Parlan

Oleh: Hening Parlan

Tahun 2020, di tengah pandemi, saya menyampaikan teori ABCD kepada Ibu-ibu LLH Pimpinan Pusat Aisyiyah di sebuah pertemuan on line. Setelah itu kami melakukan system belajar bareng bagaimana memahami teori ini. Sebuah teori yang saya dapatkan setelah belajar bersama Inspirit, yang dipimpin oleh mas Dani Moenggoro. Ini bukan teori yang muluk-muluk dengan bahasa ndakik-ndakik yang hanya dipahami segelintir orang, melainkan sederhana, membumi, dan bisa diaplikasikan di mana saja. 

ABCD—Asset-Based Community Development—adalah jurus yang menghargai komunitas dengan segala dialektika dan warna-warni sebagai kekuatan. Saat itu, di masa masker dan cuci tangan menjadi rutinitas harian, kami duduk bersama secara daring menganalisis diri, menganalisis komunitas, mencatat poin-poin mana yang bisa dikerjakan bersama.

Gembira dan berdampak

Gembira, sebab kami tahu Ibu-ibu Aisyiyah memiliki segudang pekerjaan. Banyak dari mereka adalah pegawai kantor, dosen, pengusaha UMKM, atau guru, sementara Aisyiyah pun memanggil untuk dijaga amanahnya. Bila tidak dikerjakan dengan gembira, semua akan terasa sebagai beban, dan kita tidak ingin pelayanan di Aisyiyah menjadi beban.

Berdampak, sebab apa yang kita lakukan tak boleh berhenti di ruang rapat atau diskusi daring. Kita ingin setiap langkah menjadi nyata, menyentuh kehidupan warga, dan menjadi catatan amal baik, bukan hanya catatan notulen rapat yang terlupakan. Kita ingin ibu-ibu pengajian dan ranting merasakan perubahan di kampungnya, dari urusan sampah rumah tangga hingga penguatan ekonomi berbasis komunitas.

Inti dari semua ini sederhana: kekuatan sejati ada pada mereka, orang-orang di dalam komunitas. Itulah kekayaan, itulah kekuatan.

Saya sering mengatakan bahwa ibu-ibu pengajian yang setiap pagi mengumpulkan uang sedekah subuh Rp 2.000 dan bapak–bapak di mengurusi masjid adalah powerfull. Mereka memikirkan apa yang akan dimakan hari ini, dari mana uang sekolah anak, bagaimana menyemarakkan ranting, bagaimana membangun menyemarakkan majelis taklim dan masjid, bagaimana membantu tetangga yang sakit. Mereka adalah profesor-profesor komunitas yang layak kita hormati.

Lalu bagaimana agar berdampak? Dana-dana kecil yang terkumpul, keringat yang bercucuran, kerudung yang lepek setelah seharian berkeliling kampung, itulah yang menciptakan dampak nyata. Mereka membuat gerakan menanam cabai di polibag, membuat bank sampah sederhana, membagikan sayur kepada tetangga yang kesulitan, membuka warung sedekah dengan modal urunan kecil, membantu AUM bertahan agar tetap bisa membayar listrik di tengah pandemi. Mereka adalah wujud nyata kekuatan “small is beautiful”.

Dari Schumacher untuk Muhammadiyah – ‘Aisyiyah

Ketika membaca karya E.F. Schumacher, Small is Beautiful: A Study of Economics As If People Mattered, saya merasa buku ini seperti menegaskan jalan yang telah Muhammadiyah - Aisyiyah tempuh. Schumacher menolak gagasan bahwa yang besar selalu lebih baik. Ia mengajarkan bahwa solusi-solusi kecil, lokal, sederhana, dan manusiawi adalah kekuatan sejati yang menjaga keseimbangan bumi dan martabat manusia.

Dalam Small is Beautiful, Schumacher menekankan teknologi tepat guna dan ekonomi berbasis komunitas, yang menjadi landasan dalam pembangunan berkelanjutan dan pemberdayaan masyarakat. Bukankah inilah yang telah dilakukan oleh ibu-ibu Aisyiyah dan kader–kader Muhammaidyah di berbagai daerah.

Green Aisyiyah adalah salah satu contohnya. Di beberapa wilayah, Green Aisyiyah menginisiasi penanaman pohon di halaman masjid dan sekolah, membuat kebun sayur bersama di lahan sempit, mengembangkan eco-brick dari sampah plastik rumah tangga, hingga edukasi daur ulang minyak jelantah untuk sabun. Mereka tidak menunggu proyek besar datang, tidak menunggu anggaran milyaran rupiah, melainkan memulainya dengan small steps namun konsisten, melibatkan jamaah, dan berjejaring dengan komunitas lain.

Di Ponorogo, ibu-ibu Green Aisyiyah membuat program Sedekah Sayur dari kebun kolektif untuk keluarga dhuafa. Di Yogyakarta, mereka mengajak anak-anak TPA untuk belajar memilah sampah, mendaur ulang plastik menjadi pot tanaman, dan membiasakan membawa botol minum sendiri. Di daerah-daerah rawan bencana, Green Aisyiyah mendorong pembuatan sumur resapan sederhana untuk menjaga ketersediaan air bersih dan mencegah banjir.

Di Magelang, ranting – ranting Muhammaidyah mengusahakan pengelollan sampah mandiri, di Masjid Muharam, Brajan Bantul, masjid menggunakan energi tenaga surya, dan ratusan langkah–langkah kecil nan sunyi yang tak terpublikasi. Semua kegiatan ini tampak kecil, sederhana, dan lokal.

Namun Schumacher berkata, “Small is beautiful,” sebab dalam yang kecil, ada nilai keterhubungan, ada keberlanjutan, dan ada keadilan ekologis.

Langkah Kecil

Dalam Small is Beautiful, Schumacher mengkritik ekonomi modern yang hanya mengejar pertumbuhan dan keuntungan tanpa batas, seringkali mengorbankan lingkungan dan keadilan sosial. Muhammadiyah - Aisyiyah, harus tegas mengusahakan langkah-langkah kecilnya, menawarkan alternatif: pembangunan yang memperhatikan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan.

Gerakan bank sampah ranting Aisyiyah–Muhamamdiyah di beberapa daerah telah mengurangi ratusan kilogram sampah setiap bulannya dari lingkungan, sekaligus mengedukasi anak-anak untuk peduli pada kebersihan. Mereka juga melibatkan pemulung dan ibu-ibu rumah tangga, menjadikan sampah sebagai sumber pendapatan tambahan untuk kebutuhan sekolah anak atau belanja dapur.

Di beberapa cabang, Aisyiyah bekerja sama dengan mahasiswa Muhammadiyah dalam membuat urban farming sederhana dengan teknologi irigasi tetes dari botol bekas. Di tempat lain, ibu-ibu Aisyiyah membuat eco-enzyme dari sisa kulit buah untuk cairan pembersih rumah tangga, menggantikan pembersih kimia yang merusak air.

Semua kegiatan ini tidak terlihat “hebat” secara kasat mata, tidak menjadi berita besar, namun mereka adalah perlawanan nyata terhadap krisis iklim dan kerusakan lingkungan. Mereka adalah implementasi Small is Beautiful di tengah kampung-kampung kita.

Kekuatan ada pada yang kecil dan berkesinambungan

Schumacher mengajarkan bahwa dalam ekonomi dan pembangunan, yang kecil dan sesuai kebutuhan adalah jalan terbaik bagi kelangsungan hidup manusia dan bumi. Banyak komunitas telah membuktikan hal ini dalam setiap langkahnya: gerakan ibu-ibu dengan sedekah subuh, kebun kolektif, bank sampah ranting, warung sedekah, hingga penanaman pohon satu per satu.

Teori ABCD yang kita jalankan bersama ibu-ibu Aisyiyah adalah jalan untuk menghargai potensi komunitas, memaksimalkan kekuatan yang ada, dan tidak menunggu datangnya bantuan dari luar untuk bergerak. Dengan gembira dan berdampak, mereka menghidupkan masjid, sekolah, dan kampung, menjadi ruang ramah bagi bumi, perempuan, anak-anak, dan masa depan.

Karena itu, saat kita melihat ibu-ibu dan bapak–bapak Muhammaidyah dan Aisyiyah yang sedang membawa karung sampah botol plastik dengan sepeda motor, memegang bibit cabai untuk dibagikan, atau memegang catatan keuangan hasil penjualan sampah untuk sedekah sekolah anak-anak dhuafa, ingatlah satu hal: Mereka sedang menjalankan “Small is Beautiful” dengan iman, ketekunan, dan cinta yang membumi.

Maka tugas kita adalah mendokumentasikan, mendukung, dan memperluas langkah kecil ini agar menjadi kekuatan besar untuk masa depan bumi dan generasi kita. Sebab langkah kecil yang dilakukan bersama, dengan hati gembira dan keinginan untuk berdampak, adalah kekuatan yang tak terkalahkan. 

 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Islam adalah agama terbesar ke-2 di muka bumi, namun pengikutnya hanya mewakili....

Suara Muhammadiyah

25 September 2023

Wawasan

Galpão da Cidadania dan Fikih Almaun Muhammadiyah Oleh: Syamsul Anwar, Ketua PP Muhammadiyah....

Suara Muhammadiyah

5 November 2024

Wawasan

Anak Saleh (28) Oleh: Mohammad Fakhrudin "Anak saleh bukan barang instan. Dia diperoleh melalui pr....

Suara Muhammadiyah

30 January 2025

Wawasan

Tidak Mendukung Kemaksiatan adalah Kenikmatan Beragama Oleh : Haidir Fitra Siagian, alumnus Jurusan....

Suara Muhammadiyah

1 June 2024

Wawasan

Ibu Single Parent dalam Mendidik Anak Mandiri  Oleh: Leonita Siwiyanti Peran ibu single pare....

Suara Muhammadiyah

26 April 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah