YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Dalam upaya melahirkan generasi baru dan melestarikan budaya Indonesia terutama di Yogyakarta Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) mengadakan Gelar Seni di Embung Giwangan, Jumat (8/11).
GSMS merupakan program yang dijalankan Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam bentuk program seniman memberikan pembelajaran kesenian, nilai Budaya kepada masyarakat luas.
Ketua GSMS, Dr Didik Wardaya, SE., MPd mengatakan meningkatnya era digitalisasi sekarang membuat anak-anak sekarang cenderung memaku dengan gawainya. Hal ini menjadi perhatian khusus yang dikhawatirkan membuat budaya dan kesenian Indonesia luntur perlahan.
“Jangan sampai pelajar-pelajar kita tercerabut dari akar budaya karena terlalu sibuk dengan media sosial, yang mungkin dalam penggunaanya belum seperti yang kita harapkan,” ujarnya.
Berbagai sekolah di Yogyakarta turut meramaikan acara ini dengan menggelar Stand Wirausaha Belia SMK DIY, salah satunya SMK Muhammadiyah 1 Yogyakarta (Muhiyo) yang menawarkan jasa cuci sepatu, beberapa produk clothing, dan beberapa custom bag.
Ariyanti, SPd, salah satu guru Muhiyo yang mendampingi stand Muhiyo mengatakan sistem penjualan produk dan jasa bisa melalui online dan datang ke rumah industri.
“Kalau desain kaos dan tas, itu pesan. Tapi kita ada beberapa sampel yang sudah ready dan dipamerkan. Kalau memang konsumen menginginkan itu bisa dibeli. Kalau yang jasa cuci sepatu tempatnya di rumah siswa itu, tapi anak punya brosur dan media iklannya. Jadi bisa datang ke rumah atau delivery order,” ungkapnya.
Di samping itu, Ari mengungkapkan siswa dapat banyak pembelajaran untuk kewirausahaan. Hal ini sesuai dengan filosofi SMK "Bekerja Melanjutkan Pendidikan dan Wirausaha (BMW)."
“Dalam kegiatan ini, tentu semakin menumbuhkan kewirausahaan mereka, dan sebenarnya mereka sudah punya bisnis sendiri sebelumnya. Pameran ini bisa mengenalkan produk-produk mereka ke pengunjung, dan ini bisa menjadi media promosi juga untuk bisnis mereka,” tuturnya.
Tak asal menawarkan produk dan jasa, Ari mengatakan siswa memanfaatkan peluang dari target pasar mereka, yakni pelajar dan pekerja.
“Kami memanfaatkan peluang yang ada, jadi anak-anak sekarang dalam fashion lebih memilih, dari gaya hidup mereka bisa kita ambil peluang. Kalau yang cuci sepatu kaitannya dengan anak-anak jaman sekarang yang kadang suka malas dan kesibukannya mereka. Target pasar kita pelajar dan pekerja yang mungkin tidak punya banyak waktu,” ungkapnya. (Fab/Lika)