JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Meski Al-Quran menyebut umat Islam sebagai umat terbaik. Bukan berarti hal tersebut dapat terwujud dengan sendirinya. Bukan sesuatu yang secara otomatis akan terjadi. Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syafiq A. Mughni menyebut bahwa predikat tersebut masih berada dalam takaran teologis atau normatif, yang dalam bahasa sederhana bersifat imajinatif. Sesuatu yang dianggap ideal dalam perilaku, tindakan, maupun pemikiran.
Sehingga perlu adanya usaha, tindakan nyata, serta kesungguhan dari umat Islam untuk mewujudkan predikat tersebut. Ini menunjukkan bahwa menjadi umat terbaik membutuhkan waktu, proses, serta perjuangan yang tak mudah.
“Melihat kenyataan hari ini tidak selalu menggambarkan bahwa umat Islam ini sebagai umat terbaik meski Al-Quran menyebutnya demikian,” ujarnya dalam diskusi publik Seruan Ahlul Qiblah dan Ikhtiar Menguatkan Dialog Intra Islam (21/6).
Menurut Mughni, ada dua hal cukup penting dalam ikhtiar menuju status sebagai umat terbaik. Pertama, penguasaan ilmu pengetahuan. Soal ini, ia berandai-andai. Jika umat Islam menguasai ilmu pengetahuan, dapat dipastikan behwa jalan menuju umat terbaik akan sangat terbuka lebar.
Dalam kondisi yang sangat kompleks seperti saat ini. Situasi dunia terus bergerak maju. Melalui ilmu pengetahuan, bangsa-bangsa di dunia terus mengalami perkembangan yang pesat. Setiap saat muncul inovasi dan penemuan baru. Teori-teori baru pun terus berkembang.
Kemudian yang patut menjadi pertanyaan serius adalah, siapa yang saat ini memegang tampuk penguasa ilmu pengetahuan. Sejarah pun telah memperlihatkan bahwa ilmu pengetahuan adalah barometer penting untuk status umat terbaik.
Kedua, mengenai moral dan akhlak. Antara ilmu pengetahuan dengan akhlak, tak selalu berjalan paralel. Moral baginya sangat fluktuatif. Artinya, bisa jadi masyarakat dengan pengetahuan rendah memiliki akhlak yang luhur. Begitupun sebaliknya, masyarakat yang memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi justru bermoral bejat dan biadab.
“Maka dari itulah, kunci dari kemajuan sebuah bangsa tidak dapat dilepaskan dari dua hal ini yaitu ilmu pengetahuan dan akhlak,” tegasnya.
Mughni mengutip sebuah syair dari Ahmad Syauqi. Syair tersebut berbunyi, “Sesungguhnya kejayaan umat bergantung pada akhlaknya. Jika akhlaknya hancur, maka hancur pula bangsa tersebut.” Oleh sebab itu umat Islam harus memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan maju, menguasai teknologi, serta memiliki akhlak yang luhur untuk menghindar dari kehancuran.
“Dalam situasi seperti sekarang ini sangat penting bagi kita terus berdialog. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan kita. Sehingga umat Islam semakin hari menjadi umat yang beradab, berakhlak, dan umat yang memberikan manfaat bagi seluruh umat manusia,” ujarnya saat berada satu panel diskusi dengan Zainul Majdi (Mantan Gubernur NTB) dan Alissa Wahid (putri Almarhum Gus Dur). (diko)