YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Kajian menjelang berbuka puasa ke-14 pada hari Jumat (14/03) di Masjid Islamic Center UAD menghadirkan tema menarik tentang Stunting dan Penyakit Tidak Menular (PTM) dalam Konteks Keislaman. Materi ini disampaikan oleh Yuniar Wardani, PhD. Ia merupakan anggota Majelis Pembinaan Kesehatan Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah sekaligus Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan (UAD).
Kajian ini diawali dengan membahas isu kesehatan yang sangat relevan, khususnya bagi ibu-ibu yang berperan dalam tumbuh kembang anak. Stunting menjadi Tantangan Besar bagi Masa Depan, stunting merupakan masalah kesehatan yang telah lama menjadi perhatian, bahkan sebelum tahun 2015. Yuniar menjelaskan bahwa stunting bukan sekedar masalah berat badan bayi yang kurang dari 2,5 kg atau kelahiran prematur. Lebih dari itu, stunting berdampak pada kegagalan tumbuh kembang anak dalam 1000 hari pertama kehidupan, periode emas yang menentukan masa depan kesehatan dan kecerdasannya.
“Banyak upaya telah dilakukan untuk menurunkan prevalensi stunting, tetapi tantangannya sangat besar. Maka, penting bagi kita melihatnya dari perspektif Islam, di mana anak adalah amanah yang harus dijaga dengan baik oleh orang tua,” ujarnya.
Pentingnya Gizi Halal dan Thayyib Dalam Islam, pemenuhan gizi bukan hanya soal kuantitas, tetapi juga kualitas. Yuniar menekankan bahwa makanan halal dan thayyib sangat berperan dalam mencegah stunting. Penelitian yang dilakukan dalam dua tahun terakhir menunjukkan bahwa makanan yang terjamin kehalalannya memiliki dampak positif dalam menurunkan risiko stunting.
“Ketika ibu hamil mengalami mual atau kesulitan makan, asupan nutrisi tetap harus dijaga. Begitu pula dengan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama dan dilanjutkan hingga dua tahun dengan makanan pendamping yang sehat,” jelasnya.
Yuniar juga menyoroti penyakit tidak menular (PTM), seperti diabetes dan hipertensi, yang sering dikaitkan dengan pola makan dan gaya hidup. Yuniar mengingatkan bahwa pola makan berlebihan saat berbuka puasa, seperti konsumsi makanan manis berlebihan dan kurangnya asupan air putih, dapat berdampak buruk pada kesehatan.
“Banyak yang tidak menyadari bahwa pola makan yang buruk bisa memicu berbagai penyakit. Rasulullah sudah mencontohkan bagaimana mengatur pola makan yang sehat. Jika kita mengikuti sunnah, maka kesehatan kita juga akan lebih baik,” tambahnya.
Dukungan Keluarga dalam Pencegahan Stunting dan PTM, Yuniar juga menggarisbawahi pentingnya peran ayah dalam mendukung ibu selama kehamilan dan menyusui. “Perubahan peran dari remaja menjadi istri, lalu ibu, sering kali menimbulkan tekanan psikologis. Tanpa dukungan suami, risiko gangguan kesehatan mental seperti baby blues akan semakin besar,” paparnya.
Lebih lanjut, ia menyoroti kurangnya kesadaran remaja dalam menjaga kesehatan reproduksi. Salah satu contohnya adalah minimnya kepedulian dalam mengonsumsi tablet tambah darah untuk mencegah anemia, yang berdampak langsung pada kesehatan ibu hamil dan risiko stunting pada bayi yang lahir.
Dalam kajian ini, Yuniar juga mengajak umat Islam untuk lebih peduli terhadap kondisi sosial di sekitarnya. Banyak masyarakat yang masih kesulitan memenuhi kebutuhan gizi dasar, terutama di daerah pinggiran. “Bagaimana mungkin kita bisa memastikan gizi ibu hamil terpenuhi jika untuk makan sehari-hari saja mereka kesulitan?” tanyanya.
Selain faktor ekonomi, pola hidup modern juga menjadi tantangan. Anak-anak yang terlalu lama bermain gawai sering lupa waktu makan, sementara remaja lebih memilih makanan cepat saji daripada makanan bergizi seperti sayuran dan protein sehat.
Dalam pemaparan yang inspiratif ini, Yuniar menegaskan pentingnya peran ibu dalam menjaga kesehatan anak-anak mereka, terutama dalam pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama dan dilanjutkan hingga usia dua tahun. "Seorang ibu memiliki anugerah yang luar biasa. ASI adalah makanan terbaik bagi bayi, gratis, dan penuh manfaat. Jadi, manfaatkanlah dengan sebaik-baiknya," ujarnya.
Selain itu, Yuniar juga menyoroti pentingnya pemantauan antropometri sebagai langkah pencegahan terhadap berbagai risiko kesehatan, baik pada anak-anak maupun remaja. Ia menjelaskan bahwa pemantauan berat badan, tinggi badan, serta lingkar perut dapat membantu mendeteksi obesitas dan risiko penyakit tidak menular. "Bapak dan Ibu, jika ada rezeki lebih, belilah timbangan. Pantau berat badan kita sendiri dan keluarga secara rutin. Jangan sampai kita abai dan baru menyadari saat sudah terkena penyakit," tuturnya.
Lebih lanjut, Yuniar juga menekankan dampak negatif dari pola hidup yang kurang sehat. Ia mengingatkan bahwa penyakit tidak menular seperti stroke, diabetes, hipertensi, dan jantung koroner semakin banyak terjadi akibat gaya hidup yang kurang terkontrol. "Jangan sampai kita menyesal di kemudian hari. Gaya hidup adalah sesuatu yang bisa kita kendalikan. Mulailah dari sekarang!" katanya tegas.
Dalam kesempatan tersebut, Yuniar juga mengajak para jamaah untuk lebih memperhatikan pola makan mereka. "Tidak ada lagi konsep 4 sehat 5 sempurna, sekarang yang benar adalah isi piringku. Pastikan gizi seimbang dan jangan berlebihan," jelasnya.
Selain menjaga pola makan, ia juga menekankan bahaya rokok, terutama bagi anggota keluarga yang tidak merokok tetapi tetap terpapar asap. "Saya baru melakukan penelitian dan hasilnya mengejutkan. Dari 100 ibu hamil yang saya teliti, tidak satu pun yang merokok, tetapi seluruhnya terpapar asap rokok dari lingkungan sekitar," ungkapnya.
Tak hanya itu, Yuniar juga menyinggung pentingnya pemeriksaan kesehatan secara berkala sebagai langkah deteksi dini penyakit. "Ada program pemeriksaan kesehatan gratis yang bisa dimanfaatkan. Jangan tunda, lakukan skrining agar kita bisa mencegah penyakit sejak dini," sarannya.
Sebagai penutup, ia mengajak para jamaah untuk berperan aktif dalam menjaga kesehatan keluarga dan lingkungan sekitar. "Islam sangat menekankan pentingnya kesehatan. Dengan menjaga tubuh tetap sehat, kita bisa lebih optimal dalam beribadah dan berkontribusi bagi masyarakat," pungkasnya. (Giti)