PEKALONGAN, Suara Muhammadiyah - Senyap tapi pasti, sudah lebih dari satu abad Muhammadiyah membuktikkan pengkhidmatannya dalam mengurusi anak yatim dan miskin di Indonesia. Kini, pilar dakwah Muhammadiyah di bidang pelayanan social ini bahkan telah melembaga dalam lebih dari seribu Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak atau Panti Asuhan Muhammadiyah. Namun demikian, dakwah dakwah ini dinilai terlalu sempit jika hanya terkonsentrasi mengurusi panti asuhan.
Pelayanan sosial untuk kaum marginal, kaum dhuafa, terutama fakir miskin dan anak yatim telah menjadi pilar utama yang dibangun Muhammadiyah sejak fase formatifnya. Hingga akhir tahun 2023, tercatat ada 1.012 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) atau panti suhan yang telah didirikan dan diurusi Muhammadiyah.
Melayani anak yatim dan miskin juga menjadi bagian penting dari semangat Al-Maun yang diajarkan dan dicontohkan langsung Kiai Ahmad Dahlan, sebuah gerakan pembebasan kaum dhuafa ini dari ketertindasannya. Tak cukup menyantuni, tetapi mengurus dan melayani mereka hingga memberikan akses pada Pendidikan dan Kesehatan yang memungkinkan mereka berdaya.
Maka berdirilah rumah Yatim dan miskin sejak dekade kedua abad 20 hingga poliklinik, setelah sebelumnya Kiai Dahlan mendirikan sekolah yang mengadopsi sistem modern namun tetap mengisinya dengan muatan Islam.
Namun demikian, ruang dakwah panti asuhan dinilai terlalu sempit dan Muhammadiyah telah lebih dari 1 abad mengurusi anak yatim dan miskin.
Ketua Majlis Pelayanan Kesejahteraan Sosial (MPKS) PP Muhammadiyah, Dr. Mariman Darto, menyoroti masalah ini saat mengisi Pengajian Pimpinan dan Penyerahan Sertifikat Pelatihan Pemulasaran Jenazah yang digelar MPKS Bersama MTDK PDM Kota Pekalongan di Kampus 2 FEB UMPP Kota Pekalongan, Sabtu 1 Februari 2025.
Dr. Mariman yang juga menjabat Staf Ahli Menteri Bidang Manajemen Talenta Kemendikdasmen ini menyatakan, ruang dakwah Muhammadyah menjadi stagnan kalau hanya mengurusi panti asuhan. Hal itu karena jangkauan dakwah dari panti asuhan ini terbatas.
Menurut Dr. Mariman, soalan ini telah lama menjadi perhatian Muhammadiyah. Karena itu, sesuai hasil Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Solo, ada pergeseran gerakan dakwh Muhammadiyah dari yang sebelumnya bercorak institusionalisasi kepada dakwah yang muai menyasar segmen keluarga dan komunitas.
"Sebab pengasuhan terbaik bagi anak yatim dan miskin adalah keluarga. Untuk itulah, Pusat Asuhan Keluarga Muhammadiyah didirikan MPKS bersama Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR)," demikian kata Dr. Mariman.
Terlebih, jumlah anak yatim di Indonesia mengacu data BPS tahun 2022 mencapai 4,02 juta jiwa. Mirisnya, dari jumlah tersebut baru sekitar 45.000 Yatim yang mendapatkan pengasuhan dengan layak. Sementara lebih dari 3,9 juta justru masih diasuh oleh keluarga miskin.
Permasalahan tersebut menurut Dr. Mariman akan mempersulit upaya memutus mata rantai kemiskinan. Karena itu, Muhammadiyah harus mengambil peran yang lebih luas untuk menjangkau mereka, salah satunya ke depan melalui Pusat Asuhan Keluarga Muhammadiyah.
Upaya tersebut juga relevan di tengah tingginya gejala komersialisasi anak Yatim. Jika Muhammadiyah tak melakukan upaya pembebasan, maka kita semua terkena dosa jamaahnya, tandas Mariman.
Kecuali itu, pergeseran dakwah Muhammadiyah ke keluarga dan komunitas ini juga bisa meluas-jangkaukan gerak Muhammadiyah untuk mengurusi kelompok rentan dan marginal lainnya, dari mulai Wanita pekerja seks (WPS), kelompok waria, lansia, anak punk, penyandang disabilitas dan komunitas lainnya.
Pengajian pimpinan bertema "Peran Sosial Muhammadiyah melalui MPKS dalam Memberikan Kemakmuran untuk Semua" ini dihadiri unsur Pleno PDM Kota Pekalongan beserta UPP, PCM se Kota Pekalongan, serta Ortom Daerah.
Mewakili PDM, Ustadz Supriyanto menyatakan bahwa dakwah Muhammadiyah mencakup banyak bidang, baik keagamaan, Pendidikan, Kesehatan, pelayanan sosial, hingga ekonomi. Bahkan teologi Al-Maun yang diperkenalkan sejak awal oleh Kiai AHmad Dahlan menegaskan perlunya Muhammadiyah mengambil peran dakwah di bidang sosial ini.
"Tapi bidang-bidang ini tidak terpisah, tidak boleh dikotomis. Jadi kalua Muhammadiyah adalah Gerakan dakwah, maka bidang apapun yang digelutinya harus ada muatan dan misi dakwahnya," ungkap Supriyanto.
Menariknya, lanjut Ustadz Supriyanto, berbagai pilar yang dibangun Muhammadiyah itu justru bertolak dari pemahaman atas agama. Seperti halnya Surah Al-Maun yang melahirkan Panti Asuhan Muhammadiyah.
"Dan Panti Asuhan Muhammadiyah ini adalah salah satu warisan penting yang dibangun Muhammadiyah sebelum Indonesia lahir. Jadi peran panti asuhan ini tetap harus dijaga, meski dakwah pelayanan sosial lainnya juga perlu menjangkau segmen yang lebih luas," jelas Ustadz Supriyanto. (sef)