YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Dalam menanggapi ketidakstabilan situasi politik di Afghanistan sejak satu tahun terakhir, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) tetap menjaga hubungan baik antar negara yang sudah berlangsung selama sekitar enam puluh tahun. Dukungan yang diberikan oleh pemerintah Indonesia pun termasuk diantaranya adalah di sektor pendidikan, salah satunya melalui pemberian beasiswa bagi mahasiswa Afghanistan oleh Kemenlu untuk berkuliah di Indonesia.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menjadi salah satu perguruan tinggi tujuan dan dipilih langsung oleh Kemenlu menerima kedatangan tujuh mahasiswa Afghanistan tersebut pada Senin (11/12) di Ruang Sidang Utama Gedung AR Fachrudin A.
Gatot H. Gunawan, Ph.D. selaku PLH Direktur dari Direktorat Asia Selatan dan Tengah di Kemenlu mengatakan walaupun Indonesia belum mengakui pemerintahan Afghanistan yang baru, Kemenlu tetap menaruh perhatian khusus terhadap terciptanya perdamaian di negara tersebut. Menurutnya, aksesibilitas pendidikan terutama bagi wanita di Afghanistan semakin sulit. Isu tersebut dibahas secara khusus oleh Kemenlu melalui konferensi internasional di Bali pada Desember 2022.
“Dalam International Conference on Afghan Women’s Education, kami mengajak negara-negara untuk membantu Afghanistan di sektor pendidikan terutama untuk wanita. Dan program pemberian beasiswa kepada mahasiswa Afghanistan ini merupakan bentuk kongkrit setelah diadakannya konferensi tersebut. Pemerintah Indonesia selalu berkomitmen untuk memerikan dukungan selama proses perdamaian masih berlangsung di Afghanistan, termasuk bantuan dalam kemanusiaan,” ujar Gatot.
Dengan berinvestasi kepada kualitas pendidikan yang baik melalui pemberian beasiswa, Gatot percaya bahwa upaya ini akan memerikan dampak positif bagi indeks pembangunan manusia Afghanistan di masa depan. Ia juga menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasinya kepada UMY atas kerjasama dan dedikasi yang diberikan. Beasiswa ini juga merupakan hasil kerjasama dengan PT. Adaro Energy Indonesia, atas dasar program Corporate Social Responsibility bernama “Adaro Nyalakan Ilmu”.
“Kami di Kemenlu memandang bahwa UMY merupakan salah satu perguruan tinggi yang sudah siap dalam menerima mahasiswa asing, terbukti dengan adanya ratusan mahasiswa asing yang berkuliah di UMY dengan fasilitasnya yang luar biasa. Dan mengingat mayoritas masyarakat Afghanistan yang beragama Islam, maka jika ingin belajar dan merasakan moderasi Islam saya rasa UMY salah satu tempat yang cocok. Selain UMY, ada tiga mahasiswa Afghanistan lain yang diterma di Universitas Islam Internasional Indonesia,” imbuh Gatot.
Tujuh mahasiswa Afghanistan yang berada di UMY diterima di beberapa program studi pascasarjana, diantaranya adalah Magister Manajemen, Magister HI, dan Magister Administrasi Rumah Sakit. Faris Al-Fadhat, M.A., Ph.D. selaku Wakil Rektor UMY Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan AIK mengatakan jika UMY menyambut baik kedatangan seluruh mahasiswa dari Afghanistan.
“Mahasiswa baru selalu memberikan harapan dan energi baru bagi kami, karena kami berusaha untuk menyediakan banyak aktifitas bagi mahasiswa di kampus. Kami harap semua yang kami berikan dapat menjadikan seluruh mahasiswa merasa nyaman dan berada di rumah sendiri. Saya percaya bahwa mahasiswa Afghanistan yang berada di UMY dapat menemukan dan berinteraksi dengan banyak mahasiswa dari berbagai negara lainnya termasuk Indonesia,” ujar Faris. Ia juga berharap agar seluruh mahasiswa baru dari Afghanistan dapat menemukan banyak peluang untuk memperluas jaringan dengan masyarakat internasional, khususnya yang ada di Indonesia. (ID)