MAKASSAR, Suara Muhammadiyah - Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan, Mustari Bosra menekankan, Persyarikatan harus bergerak masif seperti di masa KH Ahmad Dahlan untuk mengubah mindset masyarakat. Kali ini, mindset yang harus diperbaiki adalah terkait ekonomi dan bisnis.
Menurut Guru Besar Ilmu Sejarah itu, mindset yang terbentuk di masyarakat Indonesia saat ini merupakan warisan kolonial. Penjajah Belanda saat itu membentuk pola pikir masyarakat untuk fokus beribadah dan sebagai pekerja.
"Jadi kita seakan-akan diharamkan untuk bergerak di bidang usaha dan bisnis, kita hanya jadi warga kelas tiga. Bisnis itu hanya untuk orang Eropa, China, dan Arab-India," kata Direktur PoltekMu Makassar itu.
Hal itu ia sampaikan dalam Digital Entrepeneur Training yang dihelat oleh Majelis Ekonomi, Bisnis, dan Pariwisata (MEBP) Pimpinan PWM Sulawesi Selatan pada Kamis, 22 Februari 2024 di Mini Hall Fakultas Ekonomi Bisnis Unismuh Makassar.
Ia melanjutkan, mental dan mindset itulah yag tertanam hingga kini. Warga Indonesia masih lebih bersemangat untuk menjadi ASN dibanding berwirausaha.
Muhammadiyah sebagai gerakan yang memiliki sejarah gemilang terkait perubahan pola pikir masyrakat harus melakukan hal yang sama terkait gerakan ekonomi dan bisnis.
Namun, kata dia, perubahan pola pikir itu juga harus dimulai dari internal Persyarikatan, warga dan pimpinan. Ia mencontohkan salah satu amal usaha bisnis yang sempat ditolak oleh pimpinan Persyarikatan tapi kini berhasil mendulang keuntungan milyaran.
"Kita harus menanamkan spirit dan mental wirausaha dalam diri kita. Kita tidak boleh takut merugi, karena itu hal yang biasa dalam berbisnis. Merugi itu untuk kita pelajari, bagaimana supaya bisa lebih maju. Berbisnis itu tidak boleh gampang menyerah, tidak boleh takut gagal," tegas dia.
Founder Kampus Dosen Jualan, Suryadin Laoddang mengaku setuju dengan pernyataan Mustari. Selama ia berbisnis dan mendampingi sejumlah wirausahawan sukses, ia meyakini bahwa modal utama dalam berbisnis adalah nekat.
Ia bahkan meyakini, pendapat bahwa untuk berbisnis harus sesuai passion adalah keliru. Hal itu dapat dilihat pada dirinya. Jika ia harus mengikuti passionnya, dirinya tidak akan menjadi pakar digital marketing seperti kini.
Laki-laki yang di masa kecilnya menjadi binaan Panti Asuhan Darussalam Sengkang, Wajo itu juga mendukung jika spirit berwirausaha di Muhammadiyah digelorakan. Ia bahkan memastikan, timnya di kampus.
Suryadin menekankan, dirinya bersama tim Kampus Dosen Jualan siap untuk mendampingi wirausaha Muhammadiyah terkait digital marketing. "Banyak tim kami yang juga warga Muhammadiyah, saya sudah perintahkan untuk turun gunung. Alhamdulillah, di forum ini mereka semua berkumpul untuk membagikan ilmunya," kata disambut tepuk tangan.
Dalam pelatihan digital marketing itu, Suryadin dan tim melatih para peserta untuk memanfaatkan media sosial dan Google untuk meningkatkan pendapatannya. Tim Kampus Dosen Jualan melatih peserta untuk menggunakan Wa Business dan Google Maps.
Suryadin bahkan melatih para peserta perihal trik menggaet pengikut dan pembeli di Instagram sampai teknik untuk membuat konten yang menarik pengunjung bahkan pembeli. (diko)