SLEMAN, Suara Muhammadiyah - Muhammadiyah adalah organisasi dan gerakan dakwah. Dakwah Muhammadiyah ini dilakukan dalam ranah keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan. Dalam Pengajian Ramadan 1445 H Pimpinan Pusat 'Aisyiyah yang berlangsung pada Sabtu (23/3/24), Syafiq A. Mughni, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyebutkan pengalaman-pengalaman dakwah kemanusiaan semesta yang sudah dilakukan Muhammadiyah. Antara lain resolusi konflik di kasus Filipina Selatan dan Myanmar. Humanitarian relief untuk kasus Palestina dan Myanmar. Kolaborasi interfaith dalam kasus humanitarian forum maupun di Indonesia. Juga pemberdayaan komunitas seperti yang dilakukan di Palestina.
Berbagai kiprah dakwah kemanusiaan Muhammadiyah ini juga sudah diakui di ranah global salah satunya dengan Muhammadiyah mendapatkan penghargaan Zayed Award for Human Fraternity pada awal tahun 2024.
Dalam Pengajian Ramadan yang dilaksanakan di Convention Hall Masjid Walidah Dahlan UNISA Yogyakarta ini Syafiq memaparkan enam prinsip dakwah kemanusiaan yang dilakukan oleh Muhammadiyah.
Pertama, dakwah kemanusiaan disebut Syafiq merupakan mandat bagi seluruh manusia. Kedua, kemuliaan manusia. "Manusia adalah makhluk yang mulia maka dakwah kemanusiaan penting dilakukan untuk mempertahankan harkat marbat manusia, untuk memulihkan kemuliaan manusia ketika mengalami masalah," ujarnya.
Ketiga, keragaman agama, suku, bangsa, budaya. Keragaman ini disebut Syafiq adalah arena dimana Muhammadiyah berdakwah. "Maka posisi dakwah adalah dengan terjun di arena itu semua dan bergerak melakukan transformasi. Di tengah-tengah keragaman inilah kita harus menyadari tidak bisa berpikir hitam putih, tetapi ada nuansa yang beragam dimana kita terjun kesana."
Keempat, hubungan antarbangsa. "Prinsip hubungan antar bangsa di mana tugas Muhammadiyah sekarang tidak hanya cukup berada di batas kota tertentu, bukan hanya besifat nasional, tetapi menjadi fenomena global karena ada tuntutan kesana sehingga dalam berdakwah kita tidak lagi disekat perbedaan."
Kelima, hubungan antar agama dan kepercayaan. Dimana kerjasama dilakukan bukan hanya antar agama tetapi juga dengan kelompok kepercayaan yang ada. Keenam, kerjasama dalam kebajikan dan takwa. "Disinlah kancah kita melakukan dakwah kemanusiaan secara global."
Kerja-kerja dakwah kemanusiaan yang dilakukan baik oleh Muhammadiyah maupun 'Aisyiyah ini disebut Syafiq adalah perkerjaan yang sangat mulia dan kita perlu memperkuat kemampuan dan skil kita sehingga bisa melakukan tugas dakwah kemanusiaan semesta dengan lebih baik.
Misi Islam Rahmatan Lil Alamin
Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengungkapkan Islam otentik adalah Islam Rahmatan Lil Alamin yang tidak menjadi jargon saja tetapi ada penjabarannya dalam Al-Qur'an yang relevan sampai kiamat nanti.
Visi Islam Rahmatan Lil Alamin (IRLA) disampaikan bahwa telah diisyaratkan dalam al-Fatihah, 1: 7 yang mengisyaratkan hasil dari menempuh shirath mustaqim. Shirath adalah at-thariqul wadlihus sahlu, jalan yang jelas lagi mudah dan al-mustaqim berarti as-sawiyyu, terdekat tercepat mencapai apa yang dituju. "Apa yang dituju itu adalah an-Ni’mah, al-halah al-hasanah, keadaan baik semua bidang kehidupan."
Menurut Hamim jika semua bidang kehidupan dalam keadaan yang baik maka dapat terwujud hayah thayibah, seluruh bidang kehidupan umat islam akan menjadi baik keadaanya. Untuk mewujudkan hayah thayibah tersebut maka Islam mengemban misinya tersendiri. "Misi IRLA adalah memberi kabar gembira dan peringatan dalam masyarakat tentang segala yang harus diwaspadai dalam mewujudkan hayah thayyibah."
Dalam al-Qur’an, Hamim menyebutkan bahwa ada gambaran tentang angin yang disebut sebagai busyr (kabar gembira) dan mubasysyir (pemberi kabar gembira) dengan manfaatnya yang besar (al-Furqan, 25: 48); ar-Rum, 30: 46 dan 48; Fathir, 35: 9; dan al-Jatsiyah, 45: 5). Gambaran ini menunjukkan bagaimana misi memberi kabar gembira yang diemban IRLA seharusnya dilaksanakan umat.
Misi islam yang pertama adalah meneduh-sejukkan kehidupan sehingga terwujud stabilitas dalam bidang kehidupan sehingga bisa diwujudkan keadaan baik.
Kedua, menyuburkan kebaikan. "Dalam kehidupan umat manusia jangan sampai kebaikan kok mahal atau terlalu mewah sehingga tidak subur kebaikan di masyarakat. dan sayangnya kita Islam mayoritas tetapi kebaikan tidak subur."
Ketiga, membuahkan. Islam rahmatan lil alamin membuahkan hayah thayibah menjadi pribadi yang hebat. "Gambaran Quran untuk pribadi yang hebat memang luar biasa yakni pribadi rahmat."
Keempat, mengharumkan. Angin mengharumkan dengan membawa bau harum yang ada di satu tempat berpindah ke tempat lain. "IRLA dengan risalahnya mengharumkan nama orang-orang beriman. Nama mereka tidak hanya dikenal di kalangan kaum seiman, tapi juga di kalangan umat beragama lain, bahkan sampai mendunia."
Di samping itu misi IRLA juga diisyaratkan dalam Ali Imran, 3: 139 yang menegaskan bahwa kaum Muslimin adalah umat yang tertinggi; dan dalam hadis populer riwayat ad-Daraquthni dari sahabat ‘Aidz bin ‘Amr (juga Umar bin Khathab) yang menegaskan bahwa Islam adalah agama yang unggul dan tidak diungguli (al-Islam ya’lu wa la yu’la ‘alaih). "Berdasarkan ayat dan hadis ini dan dengan memperhatikan tujuan di atas, dapat dirumuskan bahwa visi IRLA adalah terwujudnya umat yang unggul dalam mewujudkan hidup sejahtera sesejahtera-sejahteranya, damai sedamai-damainya dan bahagia sebahagia-bahagianya (hayah thayyibah) bagi semua di dunia dan akhirat." (Suri)