BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Dalam kegiatan Unpad Bersyukur di Grha Sanusi Hardjadinata Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Bandung, Ahad (10/9), Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi mengajak untuk senantiasa bersyukur dengan setiap kondisi yang terjadi. Lebih-lebih memasuki di era antroposen seperti sekarang ini, yakni era di mana aktivitas manusia yang memiliki pengaruh besar bagi alam semesta dan kehidupan.
“Kita sekarang begitu larut dalam dunia yang serba inderawi, dunia yang serba antroposen dan dunia yang serba mungkin iptek tetapi hanya bersifat nalar-instrumental,” ujarnya.
Haedar mencontohkan manusia tidak bisa lepas dari genggaman handphone. Alat ini memiliki segala macam yang dibutuhkan bagi manusia seperti berkomunikasi dan memperoleh pengetahuan dengan supercepat. Tanpa adanya alat kecil ini, ibarat ada yang tercerabut dalam kehidupan sehari-hari.
“Ini menandakan dunia antroposen, dunia di mana manusia menciptakan iptek dan segala sistem kehidupannya lalu dia berbalik menjadi diri kita budak dan alam pikiran yang kita bangun,” katanya.
Era ini yang kemudian oleh Filsuf Jerman Herbert Marcuse sebagai One-Dimensional Man. Marcuse menyebut bahwa manusia modern adalah manusia berdimensi satu di mana mampu menciptakan iptek, tetapi sebaliknya justru iptek yang memperbudak manusia. Iptek telah mengasingkan manusia dari kemanusiaannya.
“Inilah pentingnya kita bersyukur sekaligus juga muhasabah (kontemplasi) untuk memahami kembali bahwa hidup dan kehidupan manusia berada dalam sebuah sistem kosmologi yang terkoneksi, holistik, dan luas. Dimana iptek dan kehidupan inderawi hanya bagian dari semua kosmologi kehidupan yang mungkin perlu kita hayati kembal termasuk lewat forum yang berbahagia ini,” terangnya.
Guru Besar Ilmu Sosiologi UMY ini menyebut bersyukur bukan hanya sekadar instrument-keagamaan, tetapi hal itu menjadi bagian dari keseluruhan sikap hidup manusia yang saling terkoneksi dalam sikap hidup lainnya. Contohnya dalam memandang kehidupan, utamanya anugerah Tuhan di mana manusia harus senantiasa bersyukur atas segala pemberian dari-Nya.
“Makna (syukur) lebih sering diartikan sebagai berterima kasih (ekspresi) yang harus nampak dalam sikap hidup kita. Maka bersyukur maknanya dalam bahasa kita sehari-hari yakni berterima kasih atas anugerah yang kita peroleh,” jelasnya.
Menurutnya, anugerah pemberian Tuhan itu sangat berharga. Seperti memperoleh rezeki atas jerih paya yang di ikhitiarkan secara sungguh-sungguh. Selain itu, bentuk lain dari rezeki dapat makan dan minum walaupun hanya sederhana, tetapi ini merupakan anugerah Tuhan yang luar biasa.
“Maka kita layak untuk bersyukur (berterima kasih). Tapi tidak cukup bersyukur hanya sikap batin semata-mata, harus di ekspresikan baik dalam kata lebih-lebih dalam tindakan. Jadi aktualisasi syukur itu harus terekspresi dalam seluruh perbuatan dan sikap hidup yang baik,” ucapnya. (Cris)