YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Bangsa Indonesia akan merayakan kemerdekaan yang ke-79 pada Sabtu (17/8) mendatang. Dalam memperingati momen ini, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr H Abdul Mu’ti, MEd mengajak kepada segenap warga bangsa untuk bersyukur atas persembahan anugerah yang diberikan oleh Tuhan tersebut.
“Kita semua bersyukur atas kemerdekaan bangsa Indonesia. Dan Alhamdulillah sejak kita merdeka tahun 1945 dan di usia kemerdekaan ke-79 ini, kita tetap menjadi negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, mudah-mudahan juga segera menjadi negara yang adil dan makmur,” ujarnya saat membuka Pengajian Bulanan PP Muhammadiyah, Jumat (9/8).
Hal tersebut berkelindan dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alenia 2. Yaitu "Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur."
“Jadi eksplisit sekali di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 itu bagaimana kaitan antara kemerdekaan dengan keadilan dan kemakmuran. Kita bersyukur Indonesia masih menjadi negara kesatuan yang Alhamdulillah secara teritorial masih utuh,” jelasnya.
Mu’ti mengatakan, tidak sedikit banyak negara tercerai-berai menjadi beberapa negara tidak lama setelah merdeka. Contohnya seperti Negara India menjadi empat negara, yaitu Pakistan, Bangladesh, dan Sri Lanka. Tidak hanya itu, Negara Yugoslavia tatkala terjadi balkanisme terpecah menjadi beberapa negara.
“Banyak negara yang ketika mereka berjibaku bersama-sama berjuang untuk kemerdekaan. Tapi setelah merdeka kemudian terrpecah menjadi negara dengan berbagai macam problematika. Karena itu, kita bersyukur bahwa Indonesia negara kesatuan yang tetap bersatu dan utuh,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Mu’ti mengungkapkan banyak tokoh Muhammadiyah yang menjadi tokoh nasional, bahkan di antaranya merupakan bapak pendiri bangsa (Founding Fathers). Antara lain Soekarno, Abdul Kahar Muzakir, KH Mas Mansoer, Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimedjo, Juanda Kartawijaya, dan lain-lain. Tokoh tersebut sejak awal telah berkiprah begitu rupa mewujudkan kemerdekaan, termasuk menyusun Pancasila dan UUD 1945.
“Ada tanggung jawab kebangsaan yang sangat tinggi dari Muhammadiyah untuk Indonesia. Muhammadiyah tentu sebagai organisasi dan gerakan dakwah memiliki komitmen dan tanggung jawab untuk bagaimana cita-cita kemerdekaan dapat terwujud,” tuturnya.
Upaya untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan itu, sambung Mu’ti, tidak hanya sekadar terkait posisi politik, tetapi kalau mengkaji dari beberapa ayat Al-Qur’an, memiliki tanggung jawab untuk menciptakan kemakmuran sebagai manifestasi khalifah di muka bumi.
“Kalau kita baca di dalam beberapa ayat Al-Qur’an memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memanfaatkan kekayaan alam yang kita miliki. Dan bagaimana kita membangun kehidupan yang makmur di muka bumi. Tugas khalifah inilah yang melekat di dalam setiap diri kita sebagai umat Islam dan warga Persyarikatan Muhammadiyah,” tegasnya.
Hadir sebagai pembicara Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah Prof Dr Bambang Setiaji, MSi, Rektor UM Malang Prof Dr Nazaruddin Malik, SE., MSi, dan Guru Besar Universitas Teknologi Muhammadiyah Jakarta Prof Dr Lela Nurlaela Wati, SE., MM. (Cris)