YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Takbiran keliling telah menjadi tradisi umat Islam di Indonesia, terutama dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri. Momen ini sangat ditunggu-tunggu, karena mengekspresikan kegembiraan dan kemeriahan. Termasuk, menyaksikan penampilan peserta yang mendominasi anak-anak, remaja, dan angkatan muda seraya pekik takbir yang dikumandangkan.
Dalam hal ini, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY sangat mengharapkan kegiatan takbiran keliling yang dikemas dengan perlombaan tersebut, dapat berjalan dengan sukses dan baik. Pada saat bersamaan, menghimbau agar dalam implementasinya, pertama, menjaga ketertiban dan kondusivitas lingkungan sekitar.
“Kalau takbir keliling ini biasanya selalu memenuhi jalan raya, tetapi tetap diusahakan memberi jalan kepada pejalan yang dalam kondisi darurat. Sehingga koordinasi kepada pihak keamanan, dalam menjaga kondusivitas jangan terjadi kekerasan, tawuran, ini hal yang paling pokok,” terang Wakil Ketua PWM DIY Iwan Setiawan saat Silaturahmi Ramadan 1446 H di Ruang Sidang Utama Kantor PWM DIY, Jumat (28/3).
Kedua, dalam syiar takbir keliling, suara takbir tetap menjadi syiar utama dalam takbir keliling. Meski ada maskot, kostum, dan gerakan yang dikemas sedemikian rupa, namun, Iwan meminta agar substansi takbir tidak tereduksi oleh unsur-unsur hiburan.
“Syiar utama dari takbir keliling adalah suara takbir yang dikumandangkan. Kami mengharapkan ketika pelaksanaan lomba takbir keliling ini yang dikedepankan adalah nilai takbirnya. Berkaitan dengan takbir yang syahdu, merdu, atau sesuai dengan lafadz,” ujarnya.
Ketiga, waktu pelaksanaan. Iwan menginstruksikan agar pelaksanaan takbiran keliling jangan sampai dini hari. Hal ini untuk menghindari potensi gangguan ketertiban dan memastikan keamanan serta kenyamanan bagi seluruh peserta dan masyarakat sekitar.
“Banyak kejadian panitia dan peserta takbir keliling, selesai dini hari, sehingga pagi harinya bangun kesiangan dan tidak ikut shalat Id. Maka, kami mengharapkan pada waktu pelaksanaan takbiran keliling ini diselesaikan sebelum dini hari,” tegasnya.
Keempat, dalam takbiran keliling memuat unsur seni dan budaya. Hal itu merupakan bagian dari olah rasa, karsa, dan karya manusia untuk merasakan keindahan.
“Sehingga dalam pelaksanaan takbir keliling berkaitan seni dan budaya harus sesuai tuntunan Islam dan menuju kepada Allah SwT. Berkaitan takbir keliling tetap menjaga aurat laki-laki dan perempuan, maskot yang tidak menjurus kepada kesyirikan, dan dengan biaya itu tidak berlebihan,” pesannya. (Cris)