Tapak Tilas Penerjemahan Al-Qur`an dalam Bahasa Inggris (1)
Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Bagi saya atau siapa saja yang juga memahami membaca Al-Qur`an berbahasa Inggris, maka penting untuk memahami terjemahan dan tafsirnya. Umumnya bagi pembaca bahasa Inggris, terjemahan dan tafsir menjadi pegangan utama. Biasanya Al-Qur`an dicetak dengan teks Arab asli di satu kolom halaman, terjemahannya di kolom lainnya, dan di bawahnya terdapat catatan kaki sebagai tafsir atas teks Al-Qur`an.
Tafsir yang lebih besar biasanya memiliki catatan kaki yang berlanjut ke halaman lain. Sebagai contoh, Tafsir al-Maududi memiliki penjelasan yang panjang sebelum mencapai halaman berikutnya yang berisi teks Arab. Fokus tulisan ini bukanlah tafsir itu sendiri melainkan terjemahan dan berbagai kecenderungan dalam terjemahan tersebut.
Salah satu terjemahan Al-Qur`an yang terkenal adalah karya Muhammad Marmaduke Pickthall, seorang warga Inggris yang memeluk Islam. Terjemahannya mengikuti gaya bahasa Inggris King James Bible. Gaya bahasa tersebut dianggap sebagai bahasa Inggris klasik yang terhormat dan berwibawa. Namun, bagi pembaca Inggris modern, gaya bahasa ini agak terasa kaku.
Meskipun demikian, Muhammad Marmaduke Pickthall menggunakan gaya terjemahan yang sangat literal. Hal ini sebetulnya bagus. Namun, seperti yang pernah saya tulis, penting untuk menghindari pemahaman harfiah terhadap seluruh isi Al-Qur`an berbahasa Arab. Namun ketika menerjemahkan, terkadang penting untuk mengetahui arti literalnya terlebih dahulu, sebelum kita mulai menerapkan pemahaman kita sendiri.
Dalam menerjemahkan, kita boleh jadi tidak menerapkan makna literal, tetapi bisa menggunakan arti kiasan atau metafora. Mengetahui arti literal tersebut penting, kecuali jika kita berhadapan dengan idiom atau ungkapan dalam bahasa Arab yang tentu saja tidak boleh diterjemahkan secara harfiah. Oleh karena itu, terjemahan Muhammad Marmaduke Pickthall patut dihargai sebagai sesuatu yang luar biasa.
Selanjutnya ada Abdullah Yusuf Ali, yang juga seorang warga Inggris yang memeluk Islam. Tafsirnya ditulis pada awal abad ke-20, diterima dengan baik di kalangan Muslim, dan beredar luas di seluruh dunia. Terjemahannya telah melalui banyak edisi. Bahkan di Arab Saudi, pernah diproduksi sebuah edisi, di mana beberapa catatan dan lainnya sedikit dimodifikasi. Beberapa terjemahan di sana-sini mungkin juga telah diubah, tetapi secara keseluruhan terjemahan ini telah beredar dan bertahan cukup lama.
Terjemahan Yusuf Ali sedikit lebih lugas, tidak seliteral terjemahan Muhammad Marmaduke Pickthall, sehingga lebih mudah dipahami. Terdapat catatan penjelasan atau fraseologi yang disisipkan di dalam teks terjemahan itu sendiri sebelum sampai ke catatan kaki. Dengan demikian, terjemahan menjadi sedikit lebih mudah dipahami. Ini mirip dengan terjemahan Alkitab yang dikenal dengan Amplified Bible, di mana bahasanya diperkuat dan diperluas. Abdullah Yusuf Ali melakukan sedikit perluasan seperti ini. Dalam tafsirnya, di bagian catatan kaki, dia memberikan beberapa penjelasan yang sangat bermanfaat. Sebagian besar penjelasan ini tidak terkait dengan sejarah, tetapi lebih banyak berupa nasihat. Penjelasan lebih rinci tentang ayat-ayat tersebut bertujuan untuk mendekatkan manusia kepada Allah dan menjauhkan mereka dari perbuatan jahat dan sebagainya.
Salah satu terjemahan favorit saya dengan catatan yang luas adalah karya Muhammad Asad. Terjemahan Muhammad Asad diberi judul "The Message of the Quran" (Pesan Al-Qur`an), agaknya ini untuk menunjukkan bahwa dia tidak menyatakan terjemahannya sebagai Al-Qur`an yang sebenarnya, tetapi hanya sebagai cara untuk menyampaikan pesan Al-Qur`an sebagaimana yang dia pahami sebagai penerjemah. Baik terjemahan maupun tafsirnya mengikuti aliran rasionalis dari Tafsir al-Baidhawi. Dia banyak mengandalkan al-Baidhawi, melaporkan apa yang dikatakan al-Baidhawi sebagai tafsir atas ayat tertentu dalam Tafsir al-Baidhawi.
Itulah tafsir Al-Qur`an berbahasa Arab. Kita bisa mendapatkan gambarannya dengan membaca terjemahan Muhammad Asad. Dalam catatan kakinya, Muhammad Asad memberikan banyak penjelasan yang bagus, menarik, dan masuk akal, dan ini baik dan sesuai untuk zaman modern kita. Inilah sebabnya terjemahannya semakin populer.
Ada juga terjemahan di anak benua Indo-Pakistan oleh Maulana Abdul Majid Daryabadi. Terjemahannya sangat bagus, biasanya dicetak dalam empat jilid, dengan teks Arab di atas dan terjemahan di bawahnya, bukan berdampingan. Beliau menggunakan kembali teks Arab seperti yang biasa ditemukan, dengan tulisan yang familiar bagi penghafal dan pembaca Al-Qur`an pada umumnya di anak benua Indo-Pakistan. Tafsir beliau juga sangat bermanfaat. Catatannya singkat namun informatif.
Terjemahan oleh Shabir Ahmed Usmani juga banyak menggunakan parafrase alih-alih terjemahan literal. Kita telah membahas mengenai sisipan Yusuf Ali untuk memperluas terjemahannya, Shabir Ahmed Usmani juga memiliki karakteristik ini, tetapi lebih menonjol pada parafrase dari teks Arab aslinya.
Selain itu, ada tafsir Al-Qur`an yang sangat penting, ditulis oleh Mufti Muhammad Shafi. Putranya, Mufti Taqi Usmani, telah menerjemahkan tafsir tersebut, dan dari tafsir itu beliau juga menyiapkan terjemahan Al-Qur`an sendiri. Ini juga terjemahan yang sangat penting. Tafsirnya secara khusus sangat bagus karena mengikuti gaya tafsir Al-Qur`an tradisional. Terjemahan tersebut mencerminkan sebagian dari tafsir tradisional itu, tetapi terjemahan Al-Qur`an itu sendiri juga memberi Anda gambaran tentang tafsir tradisional tersebut.