Teka-Teki Uzair: Menelusuri Makna Ayat Al-Qur'an dan Menjawab Tuduhan Kritikus

Publish

8 August 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
37
Dok Istimewa

Dok Istimewa

Teka-Teki Uzair: Menelusuri Makna Ayat Al-Qur'an dan Menjawab Tuduhan Kritikus

Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas 

Kali ini saya akan mengupas Surah At-Tawbah, ayat 30, yang artinya: "Orang-orang Yahudi berkata, “Uzair putra Allah,” dan orang-orang Nasrani berkata, “Al-Masih putra Allah.” Itulah ucapan mereka dengan mulut-mulut mereka. Mereka meniru ucapan orang-orang yang kufur sebelumnya. Allah melaknat mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?" 

Selama berabad-abad, ayat ini telah menjadi teka-teki yang membingungkan bagi para penafsir Al-Qur'an. Tantangan utamanya terletak pada upaya untuk mengidentifikasi kelompok Yahudi mana yang benar-benar memegang keyakinan bahwa Ezra adalah anak Allah. Sejak era penafsir klasik seperti Al-Thabari, para ulama telah mencatat bahwa keyakinan ini kemungkinan besar hanya dianut oleh segelintir kecil Yahudi, bahkan mungkin hanya oleh satu atau dua individu, dan bukan merupakan pandangan yang dipegang secara luas. Bahkan pada masanya, Al-Thabari sendiri tidak dapat menemukan orang Yahudi yang menganut keyakinan ini.

Diskusi ini menemukan poin krusial pada nama yang digunakan dalam teks aslinya. Meskipun banyak terjemahan, terutama dalam bahasa Inggris, menggunakan nama "Ezra," teks asli Al-Qur'an secara spesifik menyebut "Uzair." Perbedaan ini sangat signifikan. "Uzair" bisa jadi merupakan bentuk kecil dari "Ezra," yang berarti "Ezra kecil," atau bahkan merujuk pada sosok lain yang sama sekali berbeda dalam sejarah. Ketidakjelasan nama ini membuat permasalahan menjadi semakin kompleks dan menarik untuk dikaji lebih dalam.

Para kritikus Islam sering memanfaatkan ayat ini untuk menuduh Nabi Muhammad melakukan kesalahan. Mereka berargumen bahwa Nabi mencampuradukkan informasi yang ia dengar dari orang-orang Yahudi dan Nasrani. Logika mereka sederhana: karena tidak ada Yahudi yang percaya Ezra adalah anak Allah, maka Nabi pasti salah, dan ini menjadikan Al-Qur'an tidak dapat dipercaya. Namun, argumen ini runtuh karena didasarkan pada asumsi yang tidak berdasar bahwa "Uzair" dan "Ezra" adalah satu sosok yang sama. Keterbatasan pemahaman ini justru menunjukkan bahwa ada lapisan makna yang lebih dalam yang perlu diungkap.

Beberapa ulama dan sarjana Muslim telah berusaha keras untuk mengurai misteri ini, melampaui interpretasi tradisional. Mereka memulai dengan mencari petunjuk historis tentang siapa sosok yang mungkin dijuluki "Ezra kecil" atau nama serupa. Pencarian ini membawa mereka ke literatur yang kurang dikenal, yaitu kitab-kitab apokrif yang dikenal sebagai "Ezra Pertama" hingga "Ezra Keempat," atau juga disebut "Persamaan Ezra."

Dalam kitab-kitab ini, sosok Ezra digambarkan tidak hanya sebagai nabi, tetapi juga sebagai figur kosmik yang sangat penting, yang mendapatkan wahyu langsung dari Tuhan dalam sebuah pengalaman mistis. Penggambaran yang luar biasa ini, meskipun tidak secara eksplisit menyatakan Ezra sebagai "anak Allah," memberikan dasar bagi beberapa orang untuk menafsirkan statusnya dengan cara yang sangat tinggi, mendekati konsep ilahi. Dengan kata lain, reverence atau penghormatan yang luar biasa terhadap Ezra dalam literatur ini bisa saja menjadi akar dari keyakinan yang disinggung dalam Al-Qur'an.

Selain kitab-kitab apokrif, petunjuk lain ditemukan dalam tradisi Yahudi tentang sosok Metatron. Metatron adalah malaikat agung yang memiliki peran unik dan sangat penting. Menurut beberapa tradisi mistis Yahudi, Metatron adalah perantara utama antara Tuhan dan umat manusia, dan digambarkan sebagai sosok yang begitu agung dan dekat dengan Tuhan sehingga ia sering disebut sebagai "Pangeran Wajah Tuhan."

Karena kedekatannya yang luar biasa dengan Tuhan, tidak mustahil jika sebagian orang menganggapnya sebagai perantara ilahi atau bahkan memberinya status yang mendekati "anak Allah." Hal ini didukung oleh fakta historis bahwa dalam sejarah "Ahli Kitab," tidak jarang ditemukan kasus di mana sosok-sosok perantara, baik nabi maupun malaikat, diberi status semi-ilahi oleh beberapa kelompok atau individu. Dengan demikian, ayat Al-Qur'an ini bisa jadi merujuk pada keyakinan yang spesifik dan terpinggirkan tentang Metatron atau sosok serupa, yang tidak tercatat dalam tradisi Yahudi arus utama.

Berdasarkan semua temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa ayat ini bukanlah sebuah kesalahan atau kekeliruan yang dibuat oleh Nabi Muhammad. Sebaliknya, ayat ini menunjukkan pengetahuan yang sangat mendalam dan terperinci tentang kitab-kitab suci serta tradisi lisan yang ada pada masa itu. Al-Qur'an, alih-alih mencampuradukkan atau mengarang informasi, justru menyajikan sebuah fakta historis yang spesifik, meskipun mungkin tidak dikenal oleh sebagian besar umat Muslim dan Yahudi saat ini. Ayat ini mengajak kita untuk melakukan penyelidikan sejarah lebih lanjut, bukan untuk meragukan keasliannya.

Maka dari itu, isu utama yang muncul dari perdebatan ini adalah masalah terjemahan. Menerjemahkan nama "Uzair" menjadi "Ezra" adalah sebuah kesalahan fatal. Tindakan ini secara tidak langsung memberi dukungan pada argumen para kritikus yang menuduh adanya kekeliruan dalam Al-Qur'an. Dengan menggunakan nama "Ezra," terjemahan tersebut seolah membenarkan klaim bahwa Al-Qur'an merujuk pada sosok Ezra yang dikenal luas, padahal tidak ada bukti bahwa seluruh umat Yahudi menganggapnya sebagai anak Allah.

Sebaliknya, pendekatan yang lebih tepat adalah mempertahankan nama asli "Uzair" dalam terjemahan. Meskipun banyak terjemahan Muslim yang sudah terlanjur menggunakan "Ezra," beberapa terjemahan yang lebih cermat telah memilih untuk mempertahankan nama "Uzair" tanpa diterjemahkan. Hal ini dianggap sebagai langkah yang lebih jujur dan ilmiah karena identitas pasti dari sosok yang dimaksud masih menjadi bahan perdebatan dan penelitian. Dengan demikian, kita dapat menghindari kesalahpahaman dan mendorong pencarian makna yang lebih dalam tanpa jatuh ke dalam jebakan argumentasi para kritikus.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Menanggapi Kasus Produk Babi Bersertifikat Halal: Peran Penguatan Muhammadiyah Oleh: Vritta Amroini....

Suara Muhammadiyah

22 April 2025

Wawasan

Merawat Kemabruran Haji Oleh: Mohammad Fakhrudin Bagi setiap muslim, cita-cita dapat menunaikan li....

Suara Muhammadiyah

12 July 2024

Wawasan

Oleh: Bobi Hidayat Beranjak dari kota jogiakarta yang terkenal dengan kota Pendidikan, sempat singg....

Suara Muhammadiyah

7 September 2023

Wawasan

Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal ‘Gusjigang’ Oleh: Wakhidah Noor A....

Suara Muhammadiyah

23 July 2023

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Di dunia kita yang semakin sibu....

Suara Muhammadiyah

7 June 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah