BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Sekretaris Program Studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung Achmad Miftah Faridl menyampaikan apresiasi atas kedatangan dan partisipasi PT Baja Perkasa Sentosa (BPS) dalam kegiatan Campus Tour 2024 yang berlangsung dengan khidmat pada Rabu (04/12/2024).
Achmad mengungkapkan, acara ini memberikan wawasan berharga bagi mahasiswa Teknik Industri, terutama terkait industri baja di Indonesia, mulai dari kebutuhan material, proses bisnis, hingga berbagai tantangan yang dihadapi sektor tersebut.
”Respons positif juga terlihat dalam kerja sama pasca kegiatan. PT BPS telah menyatakan kesediaannya untuk mendukung dunia pendidikan, seperti menerima mahasiswa magang, menjadi objek penelitian, hingga memfasilitasi kunjungan industri ke lokasi perusahaan mereka,” kata Achmad.
Acara ini mengusung tema “Steel Manufacturing Industry, Reinforcement Bar Production, and Circular Economy Practices for Sustainable Future” yang bertujuan memberikan wawasan mendalam kepada mahasiswa mengenai industri baja. Kegiatan ini menjadi momen penting bagi para peserta untuk mengeksplorasi peluang karier, memahami inovasi terkini, serta memperluas pengetahuan di bidang teknik dan manufaktur.
Dalam sesi pemaparan, Brand Representative PT Baja Perkasa Sentosa (BPS) Fakhry Shafly mengungkapkan bahwa baja telah dimanfaatkan sebanyak 1.756 juta ton dalam berbagai aspek kehidupan manusia dengan sektor konstruksi menjadi pengguna utama.
Fakhry menjelaskan bahwa baja memiliki peran krusial di berbagai sektor, baik dalam skala besar maupun kecil. Dari total penggunaannya, lebih dari 50 persen diserap oleh sektor konstruksi, sementara sisanya dimanfaatkan dalam bidang transportasi dan industri lainnya.
”Sektor konstruksi merupakan pengguna baja terbesar,” ujar Fakhry. Ia menambahkan bahwa jenis baja yang paling umum digunakan dalam dunia konstruksi adalah baja tulangan yang terbagi menjadi dua jenis, yaitu baja polos dan baja ulir. ”Kedua jenis baja ini memiliki fungsi yang spesifik sesuai kebutuhan konstruksi,” jelas Fakhry.
Meskipun proses produksi baja polos dan baja ulir memiliki kesamaan, Fakhry Shafly menjelaskan bahwa kedua jenis baja ini digunakan untuk keperluan yang berbeda di lapangan. ”Baja ulir berfungsi sebagai kerangka utama dalam konstruksi, sedangkan baja polos biasanya digunakan sebagai elemen pendukung atau pelengkap kerangka utama,” terang Fakhry.
Ekonomi sirkular
Selain itu, Fakhry menyoroti pentingnya konsep ekonomi sirkular dalam industri baja. Ia menekankan bahwa pendekatan ini menjadi kerangka kerja utama untuk meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan tanpa harus terjun langsung ke industri tersebut. ”Ekonomi sirkular menyediakan panduan komprehensif dalam memahami proses produksi baja secara menyeluruh,” ujar Fakhry.
Pendekatan ini, lanjut Fakhry, sangat efektif dalam mengurangi limbah yang dihasilkan selama proses produksi. ”Ekonomi sirkular tidak hanya berorientasi pada hasil akhir berupa produk baja, tetapi menitikberatkan pada proses produksi yang lebih bersih, efisien, dan memperhatikan pengelolaan limbah secara optimal,” tambah Fakhry.
Dalam praktiknya, industri baja biasanya menerapkan prinsip 3R, yaitu reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), dan recycle (mendaur ulang). ”Di PT Baja Perkasa Sentosa, kami memanfaatkan limbah baja atau scrap sebagai bahan baku utama untuk diolah kembali menjadi produk baja berkualitas,” tandas Fakhry.***(FK)