LANGKAT, Suara Muhammadiyah - Upaya menembus wilayah terisolir pascabanjir bandang di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, bukan perkara mudah. Tim Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) harus berjalan kaki sejauh satu kilometer demi memberikan layanan kesehatan bagi para penyintas.
Kondisi ini dialami tim kesehatan Muhammadiyah dari RS Muhammadiyah Lamongan, RSU Muhammadiyah Sumut, bersama relawan MDMC Kabupaten Langkat saat menuju Kelurahan Harapan Jaya, Kecamatan Sei Pan, Sabtu (13/12/2025). Sebanyak 16 relawan diterjunkan untuk kegiatan bakti sosial kesehatan di wilayah tersebut.
Sehari sebelumnya, jalur menuju lokasi disebut aman dilalui kendaraan roda empat. Namun kenyataan di lapangan berbeda. Longsor membuat akses berlumpur dan sulit dilewati. Dua ambulans yang membawa relawan tidak semuanya mampu melintas. Satu ambulans terpaksa berhenti, dan para penumpangnya melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki.
Medan berlumpur dengan kedalaman sekitar 30 sentimeter membuat langkah para relawan kian berat. Selain licin, mereka juga harus membawa peralatan medis selama perjalanan.
Relawan MDMC Langkat, Risa Febrianti, mengaku kelelahan namun tetap menikmati pengalaman pertamanya turun langsung dalam respons bencana. “Capek sih iya, tapi menyenangkan kok, bisa jalan sama-sama dan bantu orang,” tuturnya.
Sementara itu, navigator MDMC Jawa Timur, Zainal Suwandi, langsung turun dari kendaraan untuk mengarahkan ambulans melewati jalur paling aman. Pengalaman panjangnya dalam respons bencana membuatnya sigap membaca kondisi medan. “Karena sudah sering melewati jalur seperti ini, maka saya langsung turun mengarahkan driver untuk melewati jalur yang aman,” ujarnya.
Setibanya di permukiman warga, Zainal tak hanya memastikan tim tiba dengan selamat. Ia juga mencari rumah yang memiliki ketersediaan air bersih agar relawan bisa membersihkan diri sebelum memberikan layanan kesehatan. “Pelayanan harus prima, walau capek dan kotor kita harus sebisa mungkin berpenampilan yang anggun, agar warga care dengan kita,” jelasnya.
Di tengah keterbatasan akses dan medan berat, langkah para relawan MDMC menjadi potret dedikasi kemanusiaan yang terus bergerak, meski harus ditempuh dengan berjalan kaki.


