Tiga Alasan Ijazah Muallimin Dulu Itu Ampuh
Oleh Mu’arif
Ampuh alias sakti! Itulah kesan sepintas penulis ketika mengetahui nilai atau keutamaan di balik secarik kertas seukuran double folio yang bertuliskan “SJAHADAH” (Ijazah) yang dikeluarkan oleh Madrasah Mu’allimin (Kweekschool) Muhammadiyah pada tahun 1930. Mengapa ampuh atau sakti? Beginilah ceritaya.
**
Pusat Data, Penelitian, dan Jurnal Suara Muhammadiyah memiliki copy ijazah yang dikeluarkan oleh Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta yang dulu masih bernama Kweekschool.
Dari segi fisik, ijazah Muallimin atau Kweekschool ukurannya tidak normal jika dibanding format ijazah zaman sekarang. Itu karena ukurannya double folio atau dua kali lipat dari ijazah zaman sekarang. Kertas yang digunakan adalah jenis HVS 80 gram, karena telah termakan usia, warna putih berubah jadi kekuningan. Di tepi kertas ijazah terdapat ornament khas membentuk seperti bingkai layaknya kertas resmi.
Pada bagian kop ijazah tertulis penggalan Surat Al-Mujadalah ayat 11: “ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ “ kemudian terdapat tulisan besar menggunakan huruf Arab: “المدرسة المحدية .“ Di bawah tulisan “al-Madrasah al-Muhammadiyah” terdapat kutipan Surat At-Taubah ayat 122: “فَلَوْلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَآئِفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوا۟ فِى ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُوا۟ قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوٓا۟ إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ .“ Di bawahnya terdapat tulisan latin menggunakan huruf kapital: SJAHADAH. Berikutnya adalah identitas kelulusan atas nama M. Bazar bin M. Ma’roef yang dinyatakan lulus pada bulan Januari 1930.
Ijazah tersebut dikeluarkan pada tanggal 1 Maret 1930 ditandatangani oleh Kepala Sekolah, Ketua Majelis Pengajaran dan Pendidikan, Sekretaris, dan pemegang ijazah. Pada bagian bawah ijazah terdapat nomor register 148 tanggal 5 Maret 1930. Yang menarik di dalam dokumen ini, nama Kepala Sekolah dan Ketua Majelis Pengajaran dan Pendidikan tidak disebutkan secara tertulis, tetapi cukup menggunakan tanda tangan masing-masing. Apabila dicermati secara seksama, tanda tangan Kepala Sekolah menggunakan huruf Arab tanpa syakal yang dapat dibaca “Muhammad Hajid.” Sedangkan tanda tangan Ketua Majelis Pengajaran dan Pendidikan ditulis menggunakan huruf Latin yang dapat dibaca “Hisyam.”
**
Syahadah atau Ijazah tersebut di atas adalah Syahadah (Ijazah) Madrasah Muallimin tahun 1930 atas nama Muhammad Bazar putra Haji Ma’ruf. Muhammad Bazar adalah adik kandung Prof. KH. Farid Ma’ruf, tokoh Muhammadiyah yang menjadi Menteri urusan sosial RI. Kami dari Tim Pusat Data Penelitian dan Jurnal Suara Muhammadiyah mendapatkan dokumentasi ini dari salah satu putra Bazar Ma’ruf.
Setelah melakukan kajian dan perbandingan untuk menguak informasi di balik secarik kertas berharga tersebut, kami berhasil menemukan beberapa informasi penting: pertama, Ijazah Muallimin tidak laku jika dipakai untuk mencari pekerjaan di instansi pemerintah, demikian menurut sumber informasi H.Mh. Mawardi (1977). Sebab, menurut sumber H. Mh. Mawardi, Madrasah Muallimin memang tidak mengikuti sistem dan kurikulum pemerintah kolonial (independent). Dengan status sebagai Lembaga Pendidikan kader di bawah binaan langsung HB Muhammadiyah, Muallimin seperti Lembaga Pendidikan kader elit di Muhammadiyah.
Kedua, meskipun Ijazah Muallimin tidak laku untuk cari kerja, tetapi di internal Muhammadiyah dinilai sangat ampuh karena warga Muhammadiyah sangat bangga jika anak-anak mereka berhasil menempuh studi di Muallimin. Mereka jadi kader elit yang militant, siap dibenum ke mana saja, seperti ANAK PANAH yang dilesatkan dari busurnya (Manar Mas, 1994). Data-data yang berhasil kami kumpulkan, rata-rata alumni Muallimin yang jadi ANAK PANAH berhasil menjadi tokoh di suatu daerah, ini sejalan dengan sumber informasi Manar Mas dalam artikelnya, “Muallimin dan Problema Otomatisasi Fungsi Alumninya,” Suara Muhammadiyah, no. 22 Th. ke-79/1994).
Ketiga, di balik nama besar Madrasah Muallimin, berdasarkan dokumen HB Muhammadiyah 1932 (البيان من المركز العام للجمعية المحمدية باندونسيا), Madrasah Muallimin adalah 1 di antara 688 sekolah Muhammadiyah yang tidak menerima/menolak subsidi dari pemerintah kolonial Belanda. Artinya, pengelolaan madrasah ini bersifat independent atau mandiri sejak semula.
**
Ketiga informasi penting di balik secarik kertas bernama Syahadah yang dikeluarkan oleh Madrasah Muallimin Muhammadiyah pada masa pra-kemerdekaan Indonesia ini cukup untuk memberi penilaian bahwa ijazah tersebut ampuh alias sakti. Memang ijazah ini tidak laku jika dipakai untuk mencari pekerjaan di instansi pemerintah (kolonial). Tetapi di internal warga Muhammadiyah sendiri, mereka berbondong-bondong, berlomba-lomba menyekolahkan anak-anak mereka agar dapat masuk ke sekolah elit ini. Dan setelah lulus, para abiturien mendapat tanggung jawab besar sebagai anak panah yang selalu siap ditempatkan di manapun di seluruh Indonesia, berjuang dan berdakwah, menggeliatkan gerakan Muhammadiyah.
Alangkah ampuhnya dan betapa saktinya Ijazah Muallimin tempo dulu!