Tingginya Keimanan, Nabi Ibrahim Menyingkap Kebenaran di Tengah Belenggu Kesesatan

Publish

22 July 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
276
Dr KH Muhammad Saad Ibrahim, MA

Dr KH Muhammad Saad Ibrahim, MA

PONOROGO, Suara Muhammadiyah – Nabi Ibrahim merupakan nabi pilihan Allah yang dijuluki Ulul Azmi, yakni gelar yang diberikan untuk Nabi dan Rasul yang memiliki ketabahan dan kesabaran luar biasa dalam menjalankan tugas kenabian.

Dalam sejarahnya, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Muhammad Saad Ibrahim menyebut, Nabi Ibrahim menetap di Palestina bersama istrinya yang bernama Sarah dan anaknya yang bernama Ishak.

“Lalu istri beliau yang kedua Hajar, itu tinggal di Makkah. Jarak antara Kota Makkah dengan Palestina, kalau penerbangan kira-kira hampir 1000 kilometer,” ujarnya saat Pengajian Ahad Pagi Al Manar di Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Jawa Timur, Ahad (20/7).

Kepribadian Nabi Ibrahim, singkap Saad, merupakan pribadi yang sangat gigih dan berani dalam menjalankan dakwah. Lebih-lebih, dalam menghancurkan berhala milik sesembahan Raja Namrud, raja jahat, bengis, pongah, dan zalim.

“Beliau menghancurkan berhala dengan kapak, kecuali satu—berhala yang paling besar. Berhala besar tidak dihancurkan, lalu menggantungkan kapak yang digunakan untuk menghancurkan berhala-berhala kecil itu di tangan patung besar tersebut,” terangnya.

Di situlah Raja Namrud sangat gusar, lalu mencari siapa pelakunya. Akhrinya kemudian, persangkaan jatuh kepada pemuda, Nabi Ibrahim. Di sini Nabi Ibrahim menjawab tuduhan penghancuran itu, “Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya. Maka tanyakanlah kepada berhala itu jika dia dapat berbicara.”

“Intinya kemudian Nabi Ibrahim mengatakan, “La ya wong begitu kok kalian sembah. Mereka yang hancur tidak bisa membela diri. Bahkan yang terbesar pun juga tidak bisa menolong di situ, lalu kok kalian sembah,” cerita Saad.

Namun, matinya akal jernih dan terpojok atas kebenaran autentik, kaum yang menuduh itu tidak terima, kendati rasional. “Kadang-kadang, orang itu mendahulukan emosinya, mengabaikan logika-logikanya,” tegasnya. Lalu Nabi Ibrahim dibakar secara hidup-hidup. “Tapi, Allah selamatkan Nabi Ibrahim dari kobaran api itu,” sambungnya.

Di situlah manifestasi sifat tawakal Nabi Ibrahim. Ia mendapat pertolongan Allah dengan diselamatkan dari kobaran api. “Wahai api, jadilah kalian itu dingin dan tidak membahayakan untuk Nabi Ibrahim,” tuturnya.

Lantas, api itu menjadi dingin atas titah Allah. Bahkan, pakaian yang dikenakannya tetap utuh—tidak hangus terbakar. “Inilah Nabi Ibrahim,” ucap Saad, yang menjadi teladan utama atau uswatun hasanah bagi umat Islam kini dan di masa depan. (Cris/Anggi/Nurvi)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

MAKASSAR, Suara Muhammadiyah – Dalam suasana yang penuh keakraban dan semangat kebersamaa....

Suara Muhammadiyah

7 December 2023

Berita

BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Wakil Rektor I Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung Hendar Riya....

Suara Muhammadiyah

2 December 2024

Berita

PURWOKERTO, Suara Muhammadiyah - Language Development Centre (LDC) Universitas Muhammadiyah Pur....

Suara Muhammadiyah

15 February 2024

Berita

JAKARTA, Suara Muhammadiyah - SMK Muhammadiyah 4 Jakarta mengadakan Gelar Seni dan Budaya P5 (Projek....

Suara Muhammadiyah

14 December 2023

Berita

ASAHAN, Suara Muhammadiyah - PCM kisaran timur setiap tahun selalu tak pernah henti dalam Memberi Un....

Suara Muhammadiyah

22 March 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah