MAKASSAR, Suara Muhammadiyah - Rumah kembali menjadi tema utama khutbah Jumat yang disampaikan Imam Dr. Amin Hady, tokoh Muslim Australia berdarah Jawa Indonesia, di Masjid Al Markas Al Islami Jend. M. Yusuf, Makassar. Di hadapan ribuan jamaah, beliau menekankan bahwa rumah bukan hanya tempat tinggal fisik, melainkan fondasi penting dalam pembentukan karakter dan pusat spiritualitas umat Muslim.
“Idul Adha bukan hanya soal perayaan dan kurban. Ia adalah pengingat bahwa rumah tangga adalah tempat pertama Ibrahim menjalankan perintah Allah, dan tempat Ismail belajar arti ketaatan,” kata Imam Amin membuka khutbah. “Keteladanan keluarga Nabi Ibrahim menunjukkan betapa pentingnya rumah yang memiliki posisi sentral dalam pembentukan iman dan peradaban.”
Melanjutkan, bahwa dalam Islam, hari raya adalah momen evaluasi diri, muhasabah, sekaligus resolusi untuk menjadi pribadi yang lebih baik. “Hari ini harus lebih baik dari kemarin, dan esok lebih baik dari hari ini,” ujarnya kata penasihat KKSS Sydney ini.
Lebih lanjut Penasihat Keagamaan untuk Australian Federation of Islamic Councils ini, juga menyoroti pentingnya rumah sebagai tempat penanaman nilai hablun minallah (hubungan dengan Allah) dan hablun minannas (hubungan dengan sesama). “Solat, takbir, dan kurban dimulai dari rumah. Maka, rumah harus menjadi ruang utama pembelajaran Islam, bukan hanya sekadar tempat persinggahan.”
Dalam bagian kedua khutbah, juga menyinggung perkembangan dunia Islam secara global, termasuk di Barat. “Islam hari ini tumbuh dengan cepat. Di Inggris, Amerika, dan Australia, Islam bukan hanya kekuatan moral, tapi telah menjadi political force yang didengar,” tegas Wakil Ketua Bersama dalam Dialog Nasional Yahudi, Muslim, dan Kristen (JMC) ini.
Beliau mencontohkan bagaimana komunitas Muslim di Australia melalui lembaga seperti AFIC dan ANIC berhasil mempengaruhi kebijakan luar negeri, termasuk dalam isu Palestina. “Umat Islam tidak lagi menjadi objek, tapi harus tampil sebagai pelaku, sebagai fa’il, bukan maf’ul bih,” ujarnya.
Mengakhiri khutbah, Imam Amin mengajak jamaah untuk kembali menjadikan rumah sebagai sumber energi rohani dan kekuatan sosial. “Kalau masjid adalah pusat ibadah kolektif, maka rumah adalah madrasah kehidupan pertama dan utama,” tegas Doktor University of New South Wales, Sydney, Australia ini.
Usai khutbah, Ketua Harian Masjid Al Markas Al Islami, Prof. Mustari Mustafa, menyampaikan apresiasi atas kehadiran dan pesan yang dibawakan Imam Amin. “Kami merasa terhormat menerima tokoh Muslim dari Australia. Ini memperkuat semangat internasionalisasi dakwah dan keterbukaan Masjid Al Markas,” katanya.
Ia menambahkan bahwa masjid ini selalu terbuka untuk tokoh Muslim nasional dan internasional. “Sebelum ini, Imam Syamsi Ali dari New York juga telah menyampaikan khutbah di sini. Kami berharap ini menjadi ruang perjumpaan pemikiran Islam dari berbagai penjuru dunia,” kata Guru Besar Filsafat Islam UIN Alauddin Makassar ini.
Masjid Al Markas Al Islami yang menjadi tempat berlangsungnya khutbah ini merupakan salah satu masjid terbesar di Indonesia bagian timur. Diresmikan pada Januari 1996 dan mampu menampung hingga 10.000 jamaah, masjid ini memiliki arsitektur unik yang memadukan inspirasi dari Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan unsur lokal Sulawesi Selatan. Gagasan pembangunan masjid ini lahir dari pengalaman spiritual Jenderal (Purn.) Muhammad Jusuf saat berhaji, dan dirancang oleh arsitek masjid ternama Ir. Ahmad Nu’man.*