Wamenlu RI: Politik Luar Negeri Indonesia Harus Percaya Diri

Publish

22 August 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
397
Foto Istimewa

Foto Istimewa

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Wakil Menteri Luar Negeri RI, Arif Havas Oegroseno, S.H., LL.M., menegaskan bahwa politik luar negeri Indonesia tidak boleh berjalan di tempat. Menurutnya, Indonesia harus berani menampilkan diri sebagai kekuatan kawasan yang diperhitungkan di kancah global, sekaligus tetap setia pada prinsip “bebas aktif” yang diwariskan sejak awal kemerdekaan.

Pesan tersebut ia sampaikan dalam kuliah umum Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang digelar di Student Dormitory UMY, Jumat (22/8). Di hadapan mahasiswa, Havas memaparkan sejumlah poin penting yang menjadi fondasi diplomasi Indonesia ke depan.

Ia menekankan bahwa sejak 1945, politik luar negeri Indonesia berpijak pada prinsip “bebas aktif”: Bebas menentukan sikap sesuai kepentingan nasional, serta aktif memperjuangkan perdamaian dunia. Prinsip ini, menurutnya, tidak pernah kehilangan relevansi.

“Bebas aktif bukan berarti netral pasif. Justru kita harus berani bicara, hadir, dan terlibat dalam penyelesaian konflik,” tegasnya.

Havas menjelaskan, posisi geografis Indonesia yang strategis, di persimpangan dua benua dan dua samudra, membuat bangsa ini tidak bisa menutup diri dari dinamika global. “Kapal lewat kita, pesawat lewat kita, bahkan polusi pun lewat kita. Artinya, kita tidak bisa hanya berpikir ke dalam negeri,” ujarnya.

Karena itu, Indonesia perlu memproyeksikan diri sebagai kekuatan kawasan. Diplomasi yang dijalankan Presiden ke berbagai negara, lanjutnya, adalah bukti nyata bagaimana Indonesia berusaha membangun jejaring, kekuatan, dan pengaruh yang semakin diakui dunia.

“Begitu juga tamu-tamu negara yang datang ke Indonesia. Itu menunjukkan bahwa kita tidak hanya hadir, tetapi juga didatangi, artinya kita dihargai. Inilah wujud proyeksi kekuatan yang harus kita teruskan sesuai amanat konstitusi,” imbuhnya.

Havas kemudian menganalogikan politik luar negeri Indonesia seperti burung Garuda. Cakar kakinya menancap di tanah air, dadanya berada di ASEAN, sayap kiri merentang ke Asia Selatan, Timur Tengah, dan Eropa, sayap kanan ke Pasifik dan Amerika Serikat, sementara kepalanya menatap ke Asia Timur.

“Garuda itu tegak, kokoh, dan percaya diri. Diplomasi kita pun harus begitu: berani terbang tinggi, tapi tetap membawa nilai-nilai yang kita yakini,” katanya.

Dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa dan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia, tegas Havas, sudah semestinya tampil percaya diri sebagai negara demokrasi besar di dunia. 

“Inti dari foreign policy kita tetap sama, DNA-nya adalah bebas aktif. Yang kita lakukan hari ini adalah mendefinisikan kepentingan nasional kita, lalu memperjuangkannya,” pungkasnya. (Mut)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

BENGKULU, Suara Muhammadiyah - Sebanyak lima dosen Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB) berhasil ....

Suara Muhammadiyah

18 November 2025

Berita

BANJARMASIN, Suara Muhammadiyah – Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) ke-17 Badan Eksekutif M....

Suara Muhammadiyah

22 June 2025

Berita

JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Di tengah era global yang sangat dinamis dan penuh tantangan, Nasyiatu....

Suara Muhammadiyah

1 June 2025

Berita

SEMARANG, Suara Muhammadiyah - Kapolda Jawa Tengah yang baru saja dilantik, Ribut Hari Wibowo, ....

Suara Muhammadiyah

2 September 2024

Berita

JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pembukaan Tanwir 1 Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pemuda Muhammadiy....

Suara Muhammadiyah

21 November 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah