YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Menggantikan Pahri, Ketua Tim Diksuspala dan Penjamin Mutu Nasional Sekolah/Madrasah Muhammadiyah yang berhalangan hadir, Heriyanti menyampaikan laporan bahwa sekolah dapat dikategorikan ke dalam 3 kelompok. Di antaranya sekolah sehat, sekolah rawat jalan, dan sekolah rawat inap. Menurut Co Pilot Tim Diksuspala PP Muhammadiyah dalam laporannya menyebutkan, ada sekitar 38% sekolah dikategorikan sebagai sekolah rawat inap.
"Sekolah rawat inap adalah sekolah yang memiliki jumlah siswa di bawah seratus,” ujarnya. “Bahkan ada beberapa sekolah yang hanya mendapatkan tiga dan sembilan siswa saja,” tambahnya.
Senada, selain mengapresiasi kegiatan ini Wakil Ketua PWM Yogyakarta Gita Danu Pranata menyampaikan harapannya pada kota pendidikan yang sekaligus kota lahirnya Muhammadiyah itu. “Saya berharap nantinya di DIY nanti tidak ada lagi sekolah rawat inap, apalagi rawat inap,” terangnya memecah keheningan.
Menanggapi hal tersebut, Hardi Santoso anggota Majelis Pendidikan Dasar, Menengah dan Pendidikan Non-Formal Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengungkapkan bahwa setiap pemimpin sekolah harus memiliki pemikiran strategis dalam penyelesaian masalah.
“Bapak Ibu semua sebagai Kepala Sekolah tidak bisa hanya dengan satu prosedural akan tetapi sering kali langkah-langkah taktis juga penting untuk diperhatikan,” pesannya.
Dirinya menegaskan bahwa Ia dan beberapa pihak sedang merancang satu instrumen untuk mewujudkan sekolah unggul, tentang bagaimana strategi-strategi untuk mewujudkan itu yang merupakan amanah muktamar.
“Sekolah kita tidak bisa selamanya auto pilot meskipun sudah menjadi sekolah unggul karena jumlah siswa dan prestasi-prestasinya, tetapi kita juga harus paham bahwa dunia ini terus berubah,” ungkapnya.
Jika kita merujuk pada konsep Patrick Griffin, “Orang-orang yang akan survive di abad 21 adalah orang yang punya 4C yaitu, Communication, Collaboration, Critical Thinking dan juga Creativity,” ujarnya. (pandu/hafidz)