MALANG, Suara Muhammadiyah - Menghadapi era yang serba cepat, IMM tidak bisa bergerak sendiri. Sebesar apa pun IMM, organisasi poros mahasiswa di bawah Muhammadiyah ini tidak akan mampu menyelesaikan persoalan bangsa tanpa spirit kebersamaan. Sehingga dibutuhkan semangat kolaboratif dan sistem berjejaring yang luas. Poin penting ini disampaikan langsung Ketua Umum DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Riyan Betra Delza saat memberikan sambutan dalam acara pembukaan Tanwir IMM XXXIII di DOME Universitas Muhammadiyah Malang (29/10).
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Agung Danarto dalam amanatnya berpesan, sudah saatnya bagi seluruh kader IMM untuk berdiaspora. Terjun ke berbagai medan pengabdian kehidupan masyarakat dan kebangsaan. Memberikan dampak positif kepada lingkungan sosial di mana pun mereka berada.
“Sehingga karenanya, kader-kader IMM yang memiliki bidang ilmu yang beraneka ragam, pelajarilah bidang ilmu itu dengan semaksimal mungkin, dengan sebaik mungkin. Tapi ingat, ilmu bukan hanya untuk ilmu, ilmu bukan hanya untuk kepentingan pribadi, ilmu bukan hanya untuk kepentingan kelompok, tapi ilmu bagi Muhammadiyah adalah dalam rangka untuk pengabdian kepada umat dang bangsa,” ungkap Agung.
Oleh sebab itu, menuntaskan belajar bagi para kader IMM menjadi nilai penting dalam mencetak kader persyarikatan yang berkemajuan. Yang mana, melalui ilmu tersebut, para kader mampu membangun dan mewujudkan kesejahteraan umat dan bangsa.
“Untuk itu, semua bidang ilmu penting. Semua profesi penting. Semuanya silahkan ditekuni dan dipelajari dengan sebaik-baiknya. Namun keinginan untuk mendarmabaktikan baik itu melalui jalur negeri, permerintahan, swasta dan lai sebagainya, semuanya perlu kita masuki untuk mendorong Indonesia menjadi negara dengan masyarakat utama yang diridhoi Allah Swt,” ucapnya.
Mengusung tema Energi Kolektif untuk Negeri, Tanwir kali ini menjadi penanda satu tahun kepengurusan DPP IMM periode 2024-2026. Menurut Riyan, banyak hal terkait masalah internal hingga kebangsaan yang mesti dibicarakan dan terus di upgrade. “Organisasi besar jika tidak adaptif maka dia akan ditelan oleh kondisi zaman yang sangat cepat berubah, sangat dinamis,” tegasnya.
Dalam masa satu tahun kepemimpinannya ini, Riyan berharap, melalui IMM dapat lahir kebijakan-kebijakan yang mencerahkan, serta memperteguh visi dan misi gerakan mahasiswa di masa depan.
“Mari kita isi Tanwir ini dengan gagasan-gagasan yang konstruktif, gagasan-gagasan yang punya nilai, gagasan-gagasan yang kemudian mampu melahirkan daya juang serta gerak yang tentunya tidak hanya sekedar diksi atau narasi, tapi juga dapat memberikan manfaat, tidak hanya untuk IMM, juga untuk semesta,” ujar Riyan.
Ia pun mendorong IMM untuk mengambil tanggung jawab sosial, tanggung jawab intelektual, dan berupaya untuk terus adaptif terhadap segala macam perubahan zaman.
Energi Kolektif untuk Negeri memiliki makna, IMM harus bersama dengan yang lainnya. Bermitra dengan siapa saja dalam kerang kebaikan. “Kita harus melek realitas. Kita hidup di abad 21, abad dimana segalanya serba cepat dan tepat,” jelasnya.
Agung, dalam kesempatan tersebut menyampaikan apresiasi kepada IMM yang terus membuka diri serta maindset dengan menghadirkan tokoh-tokoh penting nasional. Hal ini tak lain untuk memberikan perspektif bagi pemikiran serta cita-cita masa depan Muhammadiyah.
“Saya kira tokoh-tokoh yang diundang adalah tokoh-tokoh yang kompeten, terlepas dari pro dan kontra, tapi semuanya adalah tokoh-tokoh hebat. Kita perlu beri apresiasi pada beliau-beliau ini,” ujar Agung.
Dalam pembukaan Tanwir IMM itu hadir diantara, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, Ketua DPD RI Sultan Bachtiar Najamudin, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, serta Penasehat Khusus Presiden Urusan Haji Muhadjir Effendy. (diko)
