Agus Taufiqurrahman Tegaskan Berkurban sebagai Ruang Menyatukan Keimanan dan Kemanusiaan

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
221
dr H Agus Taufiqurrahman, SpS., MKes

dr H Agus Taufiqurrahman, SpS., MKes

JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Agus Taufiqurrahman mengatakan, peristiwa akbar di bulan Zulhijjah yang mengerucut pada Ibadah Haji, Idul Adha, dan penyembelihan hewan kurban tidak bisa dilepaskan dari peristiwa zaman Nabi Ibrahim dan Ismail. Dengan perintah Kurban diterima Nabi Ibrahim tersebut di Qs Ash-Shooffaat ayat 102.

“Dalam Idul Adha ini kita meneladani pengalaman dan pengamalan keluarga Ibrahim yang penuh dengan cobaan, pengorbanan, ketabahan, kesabaran dan keikhlasan,” katanya saat Khutbah Idul Adha 1446 H, Jumat (6/6) di Bendungan Hilir Raya, Bendhil, Jakarta Pusat.

Ibrahim, kata Agus, amat merindukan hadirnya anak sebagi keturunanya. Dan setelah anak itu diberikan oleh Allah, diujilah Ibrahim. Tetapi, dengan lapisan keimanan tinggi, Nabi Ibrahim mampu menjalankan ujian dari Allah, yakni menyembelih anak terkasihnya (Ismail), yang kemudian digantikan dengan seekor hewan domba.

“Ibrahim lulus dari ujian Allah yang berat itu. Ibrahim Nabi yang dikasihi Allah karena keimanan yang sangat kuat dan ketakwaan yang sangat tinggi. Beliau meyakini bahwa apapun yang diperintahkan Allah sebagai suatu kebaikan yang harus ditunaikan tanpa ada penolakan,” bebernya.

Persitiwa bersejarah dan melegenda ini, menjadi titik temu penyeruan untuk melaksanakan ibadah kurban. Bagi umat Islam yang berkecukupan, hendaknya menunaikan seruan tersebut. “Rasulullah menekankan kepada umatnya yang mampu untuk menyembelih binatang qurban,” ujarnya.

Menurut Agus, ibadah kurban memiliki dua dimensi. Pertama, ibadah secara vertikal, Semata-mata berbakti kepada Allah dan hanya mengharapkan keridhaan Allah SwT. Bahwa hanya iklhas karena Allah kurban itu dilakukan.

“Kurban juga sebagai perwujudan tauhid, mencintai Allah diatas cinta kepada yang lain, melebihi cintanya kepada keluarga dan harta benda yang ia miliki. Melebihi cintanya kepada jabatan dan seluruh fasilitas yang didapatkan selama ini,” jelasnya.

Kedua, ibadah yang bersifat horizontal, yakni menyantuni para dhua'afa melalui pembagian daging qurban tanpa membeda-bedakan agama, suku dan golongan. Kurban merupakan Wujud nyata dari upaya orang yang mampu untuk membantu kesejahteraan sesama.

“Seseorang tidak boleh hanya memikirkan dirinya sendiri. Tetapi dalam hidup ini ada peran kehidupan yang kita lakukan untuk orang dan untuk menolong orang. Semangat rela berqurban seperti inilah yang seharunya selalu ada disetiap ank negri ini,” tegasnya.

Agus berpesan, semangat berkurban mesti terpatri di dalam denyut nadi kehidupan sehari-hari. Pada saat bersamaan, umat Islam mesti mengembangkan solidaritas sosial yang memupuk persaudaraan dan kebersamaan yang tulus.

“Seorang Mukmim harus memberi kebaikan bagi sesama dan lingkungannya. Membangun kebersamaan secara ikhlas dan bermanfaat. Sebagai wujud berqurban bagi kepentingan sesama, setiap mukmin harus menghindarkan diri dari segala bentuk egoisme seperti bertindak semaunya sendiri dan berbuat yang merugikan pihak lain,” tandasnya. (Cris)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Tim Tari Saman SAFIMTA Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universit....

Suara Muhammadiyah

31 January 2025

Berita

MALANG, Suara Muhammadiyah - Ramadan bukan hanya momentum peningkatan spiritual, tetapi juga sebagai....

Suara Muhammadiyah

8 March 2024

Berita

Tim Dosen UMS Berikan Pendampingan Laporan Keuangan SURAKARTA, Suara Muhammadiyah - Tim dosen dari ....

Suara Muhammadiyah

20 August 2024

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Sebagai upaya menghidupkan bulan Ramadhan, Suara Muhammadiyah....

Suara Muhammadiyah

7 March 2025

Berita

BANDUNG, Suara Muhammadiyah - Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Barat bersiap menggelar ....

Suara Muhammadiyah

21 February 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah