Agus Taufiqurrahman Tegaskan Berkurban sebagai Ruang Menyatukan Keimanan dan Kemanusiaan

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
450
dr H Agus Taufiqurrahman, SpS., MKes

dr H Agus Taufiqurrahman, SpS., MKes

JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Agus Taufiqurrahman mengatakan, peristiwa akbar di bulan Zulhijjah yang mengerucut pada Ibadah Haji, Idul Adha, dan penyembelihan hewan kurban tidak bisa dilepaskan dari peristiwa zaman Nabi Ibrahim dan Ismail. Dengan perintah Kurban diterima Nabi Ibrahim tersebut di Qs Ash-Shooffaat ayat 102.

“Dalam Idul Adha ini kita meneladani pengalaman dan pengamalan keluarga Ibrahim yang penuh dengan cobaan, pengorbanan, ketabahan, kesabaran dan keikhlasan,” katanya saat Khutbah Idul Adha 1446 H, Jumat (6/6) di Bendungan Hilir Raya, Bendhil, Jakarta Pusat.

Ibrahim, kata Agus, amat merindukan hadirnya anak sebagi keturunanya. Dan setelah anak itu diberikan oleh Allah, diujilah Ibrahim. Tetapi, dengan lapisan keimanan tinggi, Nabi Ibrahim mampu menjalankan ujian dari Allah, yakni menyembelih anak terkasihnya (Ismail), yang kemudian digantikan dengan seekor hewan domba.

“Ibrahim lulus dari ujian Allah yang berat itu. Ibrahim Nabi yang dikasihi Allah karena keimanan yang sangat kuat dan ketakwaan yang sangat tinggi. Beliau meyakini bahwa apapun yang diperintahkan Allah sebagai suatu kebaikan yang harus ditunaikan tanpa ada penolakan,” bebernya.

Persitiwa bersejarah dan melegenda ini, menjadi titik temu penyeruan untuk melaksanakan ibadah kurban. Bagi umat Islam yang berkecukupan, hendaknya menunaikan seruan tersebut. “Rasulullah menekankan kepada umatnya yang mampu untuk menyembelih binatang qurban,” ujarnya.

Menurut Agus, ibadah kurban memiliki dua dimensi. Pertama, ibadah secara vertikal, Semata-mata berbakti kepada Allah dan hanya mengharapkan keridhaan Allah SwT. Bahwa hanya iklhas karena Allah kurban itu dilakukan.

“Kurban juga sebagai perwujudan tauhid, mencintai Allah diatas cinta kepada yang lain, melebihi cintanya kepada keluarga dan harta benda yang ia miliki. Melebihi cintanya kepada jabatan dan seluruh fasilitas yang didapatkan selama ini,” jelasnya.

Kedua, ibadah yang bersifat horizontal, yakni menyantuni para dhua'afa melalui pembagian daging qurban tanpa membeda-bedakan agama, suku dan golongan. Kurban merupakan Wujud nyata dari upaya orang yang mampu untuk membantu kesejahteraan sesama.

“Seseorang tidak boleh hanya memikirkan dirinya sendiri. Tetapi dalam hidup ini ada peran kehidupan yang kita lakukan untuk orang dan untuk menolong orang. Semangat rela berqurban seperti inilah yang seharunya selalu ada disetiap ank negri ini,” tegasnya.

Agus berpesan, semangat berkurban mesti terpatri di dalam denyut nadi kehidupan sehari-hari. Pada saat bersamaan, umat Islam mesti mengembangkan solidaritas sosial yang memupuk persaudaraan dan kebersamaan yang tulus.

“Seorang Mukmim harus memberi kebaikan bagi sesama dan lingkungannya. Membangun kebersamaan secara ikhlas dan bermanfaat. Sebagai wujud berqurban bagi kepentingan sesama, setiap mukmin harus menghindarkan diri dari segala bentuk egoisme seperti bertindak semaunya sendiri dan berbuat yang merugikan pihak lain,” tandasnya. (Cris)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

BANJARNEGARA, Suara Muhammadiyah – Komunitas Samosir (Sampah Terorganisir) di Desa Balun, Keca....

Suara Muhammadiyah

13 November 2024

Berita

BANDARLAMPUNG, Suara Muhammadiyah – Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Lampung Prof. Dr. H. S....

Suara Muhammadiyah

25 December 2023

Berita

SURAKARTA, Suara Muhammadiyah - 117 siswa dan 6 guru SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Sura....

Suara Muhammadiyah

30 May 2024

Berita

BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Dosen prodi Manajemen Universitas Muhamamdiyah (UM) Bandung Dr S....

Suara Muhammadiyah

20 August 2025

Berita

BANTUL, Suara Muhammadiyah - Bidang Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah....

Suara Muhammadiyah

12 November 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah