Oleh: Prof Dr Drs A Hilal Madjdi, MPd, Wakil Ketua PDM Kudus
Gegap gempita selamat dan syukur terlantunkan dalam milad ‘Aisyiyah yang ke 108. Suatu angka kehidupan yang tidak saja menunjukkan panjang usia, tapi juga kaya kinerja prestasi yang secara nyata dapat dilihat dan dinikmati dari Amal usaha yang didirikan, dikelola dan dikembangkan. Sekali lagi tahniah, semoga kesejahteraan ‘Aisyiyah di usia yang extra panjang ini juga menularkan kepada para aktivisnya.
Namun kesejahteraan tidak harus selalu diukur dari dimensi material. Sebab jika materialism yang melandasi konsep kesejahteraan, maka akan berputar- putar pada relativisme yang bahkan sangat subjektif. Karena itu para aktivis ‘Aisyiyah, sebagaimana juga para aktivis Muhammadiyah, hampir tidak pernah berpikir tentang apa yang akan mereka peroleh dalam aktivitas kemuhammadiyahan atau ke’Aisyiyahannya. Dari sinilah kemudian peta jalan pencerahan dengan manajemen berkemajuan dijalankan.
Kartinian dan Pendidikan Nasional
Yang menarik adalah, bahwa milad ‘Aisyiyah yang ke 108 ini beririsan dengan dua momen kebangsaan yang juga penting, yaitu hari Kartini dan hari Pendidikan Nasional. Irisan hari Kartini dengan ‘Aisyiyah terletak pada karakter dan "mainstream" perjuangan keduanya yang kurang lebih sama dan sebangun dengan beberapa inovasi dan dinamika manajemen pergerakan yang berbeda.
Namun ruh, semangat dan motivasi perjuangannya bisa dikatakan tidak ada perbedaan. Harkat dan martabat wanita adalah kemuliaan yang akan selalu dijaga dan ditumbuhkembangkan lebih fungsional oleh ‘Aisyiyah. Lebih fungsional bisa bermakna lebih memberi manfaat atau maslahat untuk ummat dengan tidak melihat latar belakang apapun dari ummat yang dilayani.
Dalam konteks melayani, milad ‘Aisyiyah 108 pada tahun 2025 ini juga qodarullah beririsan dengan hari Pendikan Nasional. Suatu momen kebangsaan yang selalu dimaknai secara khusus sebagai wahana introspeksi dan refleksi pendidik dan para penghela pendidikan untuk meningkatkan kinerja mulia mencerdaskan bangsa.
Meningkatkan Pengasuhan
Kaitan milad ‘Aisyiyah 108 dengan hari Pendikan Nasional negara tercinta ini bagaikan tulisan yang ditebalkan. Atau seperti suatu alur berpikir logis dengan metoda yang sangat sistematis dengan struktur yang kuat. Jadi, sangat jelas dan relevan.
Relevansi yang pertama dapat dilihat dari peran utama wanita bagi ummat manusia yang tidak hanya sebagai media pelestari dan penerus generasi, tapi juga sebagai pemelihara kehidupan serta pendidik peradaban manusia. Peran ini secara historis dilakukan oleh Kartini dan diteruskan oleh ‘Aisyiyah.
Yang ke dua, dalam dunia pendidikan, peradaban manusia dikenal sebagai sesuatu yang sangat penting dan vital, namun bersifat rentan terhadap degradasi atau bahkan kerusakan. Untuk menghadapi ini, sebagian besar ahli pendidikan sepakat dengan strategi pengasuhan, bukan pengajaran.
Strategi pengasuhan ini juga dirintis dan dikembangkan Kartini sesuai dengan jamannya. Maka, salah satu agenda penting pasca milad 108, dari sekian ribu agenda yang sudah dirancang, menurut penulis adalah meningkatkan kualitas pengasuhan atau "nurturing" ‘Aisyiyah dalam semua gerakannya. Pengasuhan dalam konteks irisan hari Kartini dan hari Pendidikan Nasional dimaknai sebagai mengasuh peradaban bangsa sebagai Ibu yang dibawahnya telapak kakinya terbentang surga sehingga kehidupan benar-benar penuh karunia.
Selamat Milad ‘Aisyiyah ke 108