SURABAYA, Suara Muhammadiyah - Pimpinan Daerah 'Aisyiyah (PDA) kota Surabaya periode 2022-2027 menggelar Baitul Arqam Pimpinan bertema “Implementasi Kepemimpinan Profetik”, diikuti 103 pimpinan dan anggota di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, Sabtu-Ahad (20-21/1/2024).
Ketua Pelaksana Baitul Arqam Kasiati SPd SD menjelaskan, sebagai upaya rekruitmen kader, dilakukanlah upaya perkaderan secara kontinyu dan berkesinambungan dalam sistem Baitul Arqam.
"Baitul Arqam diikuti seluruh jajaran Majelis Pembinaan Kader di semua tingkatan. Baitul Arqam merupakan kegiatan perkaderan utama, dimana konsep tersebut merupakan upaya strategis untuk menjawab problema perkaderan baik kualitas maupun kuantitas kader, mencetak kader ‘Aisyiyah yang mempunyai karakter diatas," terangnya.
Terkait Baitul Arqam, masih Kasiati, upaya yang tidak kalah penting adalah menyiapkan Trainer atau Instruktur yang mampu mengelola perkaderan Baitul Arqam dengan baik.
"Karenanya Majelis Pembinaan Kader Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Surabaya merasa perlu mengadakan Baitul Arqam pimpinan di tingkat daerah, sebagai upaya untuk mencetak trainer-trainer yang akan siap melanjutkan sistem perkaderan ‘Aisyiyah," tuturnya.
Lanjut Kasiati, untuk materi dibagi menjadi beberapa kelompok
Pertama, kelompok dasar, yakni memahami Ideologi Muhammadiyah, memahami nilai-nilai berorganisasi (Thoharotul Qulub), serta Visi Misi Aisyiyah.
Kedua, kelompok khusus perkaderan yakni, muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, PHIWM (kehidupan dalam berorganisasi), revitalisasi Ideologi Muhammadiyah, konsolidasi Bidang MKCH, landasan ideal, visi dan misi ‘Aisyiyah risalah Perempuan Islam Berkemajuan, refleksi pergerakan ‘Aisyiyah.
Ketiga, kelompok penunjang yakni, keteladanan Pimpinan Muhammadiyah/ ‘Aisyiyah ditinjau dari kepemimpinan perempuan dalam Islam yang berkemajuan, panduan Ibadah Praktis, tadabbur Alam (Teori dan Praktek), serta muhasabah (Refleksi pergerakan ‘Aisyiyah).
"Tujuan dilaksanakannya Baitul Arqam Pimpinan adalah untuk mewujudkan dan meningkatkan kualitas pimpinan yang memiliki integritas, komitmen, militansi, ghirrah, solidaritas/ukhuwah, daya juang, wawasan dan profesionalitas berbasis ideologi Gerakan yang menjiwai seluruh perilaku seorang pimpinan," imbuhnya.
Sementara itu, Ketua PDA Surabaya Hj Alifah Hikmawati SThI menambahkan bahwasanya ada tantangan berat bagi ‘Aisyiyah di abad ke dua ini. Antara lain militansi kader yang bukan hanya berfungsi sebagai motor penggerak organisasi saja, akan tetapi sebagai fasilitator masyarakat dan bangsa.
“Upaya perkaderan tersebut bukan hanya sebatas dalam ritual kegiatan perkaderan yang terstruktur dalam pola-pola yang baku, akan tetapi dibutuhkan internalisasi jiwa kepemimpinan transformative yang akan mencetak pemimpin organisasi dan masyarakat yang pionir dan menggerakkan," terangnya.
"Fungsi dan posisi kader dalam suatu organisasi, termasuk di Persyarikatan, menjadi sangat penting. Karena kader dapat dikatakan sebagai inti pergerakan organisasi. Di samping itu, kader juga merupakan syarat penting bagi berlangsungnya regenerasi kepemimpinan," imbuhnya.
Bagi sebuah organisasi, lanjut Alifah, regenerasi kepemimpinan yang sehat karena ditopang oleh keberadaan kader-kader yang militan. Selain akan menjadikan organisasi bergerak dinamis, juga formasi kepemimpinannya akan segar dan enerjik. Keberadaan kader bagi Muhammadiyah dengan kualifikasi dan kompetensinya seolah memanifestasikan sosok ciptaan Allah yang terbaik.
“Baitul Arqam merupakan kegiatan perkaderan utama, dimana konsep tersebut merupakan upaya strategis untuk menjawab problema perkaderan baik kualitas maupun kuantitas kader, mencetak kader ‘Aisyiyah yang mempunyai karakter diatas,” tandasnya. (Yuda)