Begadang Melemahkan Otak dan Tidur Sehat Menurut Islam

Publish

19 November 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
125
Sumber Foto Freepik

Sumber Foto Freepik

Begadang Melemahkan Otak dan Tidur Sehat Menurut Islam

Oleh: Tutut Indria Permana, M.Pd., Mahasiswa Doktoral Pendidikan Biologi UM & Dosen Pendidikan Biologi UMM

Di banyak kampus, begadang sudah dianggap budaya. Mahasiswa terbiasa mengerjakan tugas hingga larut malam, dosen menuntaskan artikel di jam sepi, dan para akademisi menjadikan kopi sebagai penyelamat abadi. Kita sering merasa bangga karena “produktif di malam hari”, padahal sesungguhnya kita sedang menyabotase kemampuan otak sendiri.

Neurosains menemukan bahwa begadang bukan sekadar membuat tubuh lelah. Ia merusak mekanisme kerja otak pada tingkat paling mendasar—mengganggu memori, melemahkan perhatian, dan akhirnya menurunkan kualitas belajar serta ketajaman berpikir. Dalam jangka panjang, kebiasaan ini bahkan dapat mengubah struktur jaringan otak.

Fenomena ini semakin relevan ketika kita membahas pendidikan. Bagaimana mungkin mahasiswa diharapkan memahami konsep yang kompleks jika otaknya sendiri tidak berada dalam kondisi siap menerima informasi?

Neurosains Memberikan Bukti Kuat

1. Memori Kerja Menurun: Otak Tidak Lagi Mampu Menahan Informasi

Memori kerja (Working memory/WM)—kemampuan otak menahan informasi dalam durasi sangat pendek—adalah fondasi dari hampir semua aktivitas akademik: membaca, menalar, mengerjakan tugas, hingga memahami konsep baru. Sayangnya, ini juga salah satu fungsi kognitif yang paling cepat tumbang ketika seseorang kurang tidur.

Pada kondisi terjaga yang panjang, area otak seperti lobus prefrontal dan parietal tidak mampu mempertahankan aktivitas optimalnya. Akibatnya, mahasiswa yang mencoba belajar sambil menahan kantuk sebenarnya sedang memaksa sistem yang sudah “kehabisan baterai”. Mereka membaca, tetapi tidak menangkap. Mendengar penjelasan, tetapi tidak memproses. Kondisi ini ibarat berusaha menimba air dari sumur kering—tidak peduli seberapa keras usaha dilakukan, hasilnya tetap minim.

2. Kemampuan Verbal dan Akademik Turun Drastis

Pada siswa sekolah dasar, remaja, bahkan mahasiswa, rasa kantuk kronis memiliki efek domino yang serius. Keterampilan berbasis bahasa—seperti memahami bacaan, menginterpretasi kalimat, atau mengolah informasi verbal—turun signifikan ketika jam tidur tidak terpenuhi.

Tidak mengherankan bila anak yang kurang tidur tampak kesulitan mengikuti pelajaran, tidak fokus saat membaca, atau lambat merespons instruksi guru. Yang menarik, kemampuan non-verbal seperti keterampilan visuospasial sering kali tetap stabil. Ini memberi satu pelajaran penting: kurang tidur bukan sekadar masalah energi, melainkan masalah kualitas kerja jaringan otak yang mendukung fungsi akademik inti.

3. Fungsi Eksekutif Terganggu: Mirip Kondisi Orang Mabuk

Fungsi eksekutif adalah sistem “pengatur lalu lintas” di otak: ia menentukan kapan kita harus berhenti, kapan fokus, kapan mengalihkan perhatian, dan kapan menahan impuls. Kurang tidur mengganggu sistem pengendalian diri dan pengambilan keputusan. Tugas-tugas yang menuntut konsentrasi tinggi menjadi berantakan. Dalam banyak eksperimen, performa orang yang begadang setara dengan seseorang yang mencapai batas legal keracunan alkohol—lambat, kurang akurat, dan mudah salah mengambil keputusan. Dengan kata lain, kurang tidur membuat otak “bocor”, membiarkan informasi yang seharusnya tidak penting ikut mengganggu proses berpikir. Bukan gambaran ideal untuk mahasiswa, pendidik, atau siapa pun yang butuh berpikir jernih.

Apa yang Terjadi di Dalam Otak Saat Kita Begadang?

Penurunan fungsi kognitif hanyalah permukaan dari masalah. Yang lebih mengkhawatirkan adalah apa yang terjadi di balik layar—di dalam jaringan saraf dan mekanisme elektrofisiologis otak.

1. Sinaps Menjadi “Tersumbat”

Setiap hari, otak memperkuat ribuan koneksi sinaptik baru. Ini bagus, tetapi hanya sampai titik tertentu. Jika kita terus memaksa diri tidak tidur, sinaps mencapai kondisi “penuh”—disebut saturasi sinaptik. Saat tidur, sinaps yang tidak penting “dirapikan” agar kapasitas belajar kembali longgar.  Ketika begadang, proses ini tidak terjadi, sehingga sinaps menjadi penuh, jenuh, dan kehilangan fleksibilitasnya.

Keadaan ini membuat otak tidak mampu membuat penguatan baru. Jadi ketika mahasiswa bergadang untuk belajar, hal yang sebenarnya terjadi adalah: otak sedang berada pada kapasitas maksimalnya dan tidak lagi mampu membuka ruang bagi informasi baru. Seperti spons yang terlalu basah, ia tidak bisa lagi menyerap apa pun. 

2. Gas dan Rem Otak Tidak Seimbang

Saat kurang tidur, otak tidak sekadar lelah. Ia justru terlalu aktif dalam cara yang salah. Sistem neurotransmiter kehilangan keseimbangan: Glutamat—sang “gas”—meningkat, sementara GABA—rem alami otak—melemah. Bayangkan sebuah mobil yang pedal gasnya tersangkut, sementara remnya aus. Akibatnya, otak terlalu aktif tetapi tidak efisien—berlari tanpa arah. Kondisi ini membuat pikiran sulit fokus, mudah terdistraksi, dan cepat kelelahan. Energi habis, tetapi tugas tetap terbengkalai.

3. Mekanisme Pembelajaran Otak Rusak

Neuroplastisitas adalah kemampuan otak membentuk koneksi baru. Namun saat kurang tidur, seluruh proses ini runtuh. Gelombang LTP (Long-Term Potentiation/LTP-like plasticity)—mekanisme biologis di balik pembentukan memori jangka panjang—tidak mampu bekerja.  Sebaliknya, mekanisme penurunan sinaps (Long-Term Depression/LTD-like plasticity) ikut terganggu dan berubah menjadi reaksi yang justru memicu eksitasi tambahan. Hasilnya? Otak tidak lagi mampu menanam memori baru maupun merapikan koneksi lama. Inilah sebabnya materi yang dipelajari saat begadang jarang menempel lama.

4. Jaringan Perhatian dan Fokus Tidak Sinkron

Pada kondisi normal, jaringan perhatian dan memori bekerja selaras. Deprivasi tidur menghancurkan harmoni ini. Jaringan Default Mode Network (DMN)—yang aktif saat otak melamun—tetap menyala bahkan ketika kita mencoba fokus. Sementara jaringan Dorsal Attention Network (DAN) gagal mengalihkan perhatian ke tugas penting. Saat begadang, DMN sering aktif pada waktu yang salah—itulah momen ketika seseorang tampak “kosong”, melamun, tatapan jauh, dan tidak mampu berkonsentrasi. Tubuhnya ada di kelas, tapi pikirannya di tempat lain.

5. Gelombang Theta Meningkat: Tanda Tekanan Otak

Pemeriksaan Elektroensefalografi (EEG) menunjukkan lonjakan gelombang Theta (4–7 Hz) ketika seseorang kekurangan tidur. Ini pertanda bahwa otak berada dalam mode darurat. Semakin sering begadang, semakin sering otak berada dalam tekanan kronis ini. Ini bukan sekadar “ngantuk”, tetapi reaksi fisiologis karena sistem saraf tidak mampu mempertahankan kewaspadaan.

6. Struktur Materi Putih (White Matter) Mulai Berubah

Struktur materi putih (white matter)—jalur komunikasi antarbagian otak—juga terdampak. Kualitas tidur yang buruk berkaitan dengan turunnya Fractional Anisotropy (FA) dan meningkatnya Mean Diffusivity (MD). Dua indikator ini menunjukkan kerusakan mikrostruktur materi putih (white matter) di otak. Perubahan kecil pada jaringan ini dapat menyebabkan kesulitan fokus, lambat merespons, dan mudah terdistraksi. Dalam jangka panjang, kualitas jalur saraf menurun. Ini bukan lagi sekadar masalah kinerja akademik, tetapi masalah kesehatan otak. Ini yang menjelaskan mengapa kebiasaan kurang tidur dalam jangka panjang dapat memengaruhi prestasi akademik dan kesehatan mental.

Islam Sejak Lama Mengingatkan Kita tentang Pentingnya Tidur

Yang menarik, apa yang hari ini dibuktikan neurosains sebenarnya telah menjadi perhatian Islam sejak awal.

1.     Al-Qur’an Menggambarkan Tidur sebagai Tanda Kekuasaan Allah

“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran dan kekuasaan)-Nya ialah tidurmu pada waktu malam dan siang serta usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran dan kekuasaan Allah) bagi kaum yang mendengarkan.” (QS. Ar-Rum: 23)

Ayat ini menyiratkan bahwa tidur adalah mekanisme penting yang ditetapkan Allah bagi manusia.

2.     Rasulullah SAW Melarang Begadang Tanpa Kebutuhan

Dalam banyak riwayat, Rasulullah tidak menyukai begadang yang tidak mendatangkan manfaat. Beliau tidur lebih awal dan bangun pada waktu yang diberkahi, bukan larut dalam aktivitas malam yang menggerus energi esok hari.

3.     Qailulah sebagai Sunnah dan Bukti Kebijaksanaan

Tidur siang singkat (qailulah) juga terbukti meningkatkan konsolidasi memori dan kemampuan fokus—sejalan dengan temuan neurosains modern.

Islam memandang tubuh sebagai amanah. Menjaganya bukan hanya perkara kesehatan, tetapi juga ibadah. Ketika kita memaksa diri begadang tanpa alasan syar’i, kita sedang merusak amanah itu.

Begadang sering dilihat sebagai simbol kerja keras. Padahal kenyataannya kebalikannya: begadang melemahkan otak, menurunkan kualitas berpikir, dan menghancurkan efektivitas belajar.

Dalam dunia pendidikan, pesan ini sangat penting. Tidak ada gunanya memaksakan diri menelan materi hingga dini hari ketika otak tidak berada dalam kondisi bisa memprosesnya. Tidur bukan musuh, bukan hambatan produktivitas—tidur adalah fondasi produktivitas itu sendiri. Bagi mahasiswa, dosen, guru, maupun peneliti, langkah pertama untuk meningkatkan kualitas belajar bukan dimulai dari menambah jam belajar, tetapi dari mengembalikan jam tidur yang hilang.

Dengan tidur yang cukup, otak kembali jernih. Dengan ritme hidup yang benar, kita mampu menjaga amanah tubuh sebagaimana ajaran Islam. Dan dengan otak yang sehat, proses belajar menjadi lebih ringan, lebih bermakna, dan lebih dekat pada tujuan ilmu itu sendiri.

 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Oleh: Bahrus Surur-Iyunk Agaknya kita yang telah menjalani Ramadhan beberapa hari ini harus menguku....

Suara Muhammadiyah

20 March 2024

Wawasan

Membayangkan Muhammadiyah Oleh: Saidun Derani Membayangkan adalah membentuk gambaran mental  ....

Suara Muhammadiyah

25 October 2025

Wawasan

Empirisme dalam Perspektif Islam Oleh: Kumara Adji Kusuma, Dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo ....

Suara Muhammadiyah

18 October 2025

Wawasan

Kuda Pacu Ramadhan dan Pailit Sapto Suhendro, S.Ag, M.Pd. Ketua PDM Pemalang Bulan Ramadhan tahun ....

Suara Muhammadiyah

28 March 2025

Wawasan

Demokrasi Virtual dan Krisis Kebijaksanaan Oleh: Suko Wahyudi, Pegiat Literasi Tinggal di Yogyakart....

Suara Muhammadiyah

4 October 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah