Ketika Nafsu, Akal dan Hati Berembuk

Publish

13 November 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
31
Istimewa

Istimewa

Ketika Nafsu, Akal dan Hati Berembuk

Oleh: Saiev Dzaky El Kemal, S.H.,M.E ,Wakil Direktur PPM K.H Mas Mansur MBS Wanasari Brebes/Sekretaris PCM Kersana Brebes

Proses terbentuknya suatu perbuatan ataupun perkataan manusia itu setidaknya melibatkan 3 unsur dan peran penting dalam diri manusia, 3 hal itu layaknya para pemangku kebijakan yang tanda tangannya dan persetujuannya sangat berpengaruh terhadap perilaku manusia dewasa, baik dalam perkataan maupun perbuatan. 3 hal utama itu adalah, Nafsu, Akal dan Hati manuisa. Ketiganya merupakan penentu kebijakan manusia dalam mengambil keputusan untuk melakukan sesuatu atau meninggalkan sesuatu. Ketiganya penting, namun ada satu yang utama berdasarkan sabda  nabi Muhammad ﷺ : 

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

yang artinya, “ketahuilah pada setiap tubuh ada segumpal darah yang apabila baik maka baiklah tubuh tersebut dan apabila rusak maka rusaklah tubuh tersebut. Ketahuilah, ia adalah hati" (H.R Bukhori nomor 50). 

Bisa dikatakan bahwa hati adalah komisaris utama ataupun ketua pengurus yang tanda tangannya dimintai paling akhir dan sangat menentukan langkah apa yang akan dilakukan berikutnya. Apapun perbuatannya pasti akan melalui tahapan ini. Pertama, dia akan datang kepada nafsu. Nafsu dalam Al quran dan Al hadits seringkali datang dengan 2 makna yaitu , nafsu bermakna jiwa yang merupakan keseluruhan diri manusia (jasad & ruh), hal ini seperti yang diterangkan  oleh Al Raghib al Asfahani dalam Mufradat Al Quran. Makna kedua adalah nafsu sebagai pusat keinginan atau dorongan terhadap sesuatu.

 Makna kedua inilah yang dimaksud pada pembahasan kali ini, atau juga lebih dekat dengan makna syahwat. Ketika mendatangi nafsu untuk dimintai persetujuan maka nafsu akan menimbangnya, bahan pertimbangan nafsu adalah tentang sesuatu yang nyaman atau tidak nyaman, senang atau tidak senang, ada kenikmatan atau kesengsaraan yang akan diperoleh, nafsu akan cenderung ACC (Accapted) jika hal tersebut berbau kenikmatan dan akan keberatan jika berbau kesengsaraan dan kelelahan. Latar belakang nafsu adalah menyukai kenikmatan dan mendorong untuk memperoleh kesenangan dengan caranya sendiri. Allah ﷻ berfirman dalam Q.S Ali Imron ayat 14 :

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَاۤءِ وَالْبَنِيْنَ وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْاَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۗوَاللّٰهُ عِنْدَهٗ حُسْنُ الْمَاٰبِ

Artinya : 

“Dijadikan indah bagi manusia kecintaan pada aneka kesenangan yang berupa perempuan, anak-anak, harta benda yang bertimbun tak terhingga berupa emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik”

Secara alamiah potensi ini adalah sebuah Rahmat dari Allah agar manusia menggunakan nalurinya untuk bertahan hidup, menjadi suka makanan dan minuman sehingga ia bekerja dan bertahan hidup dengan hal itu, begitu pula menyukai lawan jenis yang akhirnya mengharuskan untuk menikah dan melanjutkan keberlangsungan peradaban manusia dengan mempersiapkan keturunan setelahnya. Namun demikian, selain sebagai Rahmat dari Allah nafsu juga menjadi sebuah ujian bagi orang beriman, karena tidak semua cara unik nafsu untuk mendapatkan kesenangan itu diperbolehkan dalam agama, sehingga ada hal-hal yang terlarang untuk dilakukan meskipun menurut nafsu itu adalah hal yang menyenangkan, disinilah letak ujiannya. Dan nafsu akan sering beradu argumen dan bertentangan dengan hati. Nafsu manusia hanya bisa dikendalikan namun tidak bisa dipadamkan, ia laksana api yang memberi manfaat apa bila terukur dan teratur, namun apabila sudah menjadi besar akan sangat sulit dikendalikan dan akhirnya menjadi liar. Bahan bakar nafsu itu adalah dengan cara terus memenuhi semua keinginannya, semakin dituruti maka akan semkain sulit dikendalikan. Maka, kemampuan merasa cukup itu sangat penting sebagai fungsi pengendali nafsu.

Kedua, setelah meminta pertimbangan nafsu, maka kita akan meminta pertimbangan kepada akal sebagai salah satu pemegang kebijakan. Ketika datang kepada akal dia akan memberikan sebuah kebijakan setelah melakukan pertimbangan dengan latar belakang dan sudut pandangan yang berbeda dengan nafsu. Akal akan  mempertimbangkan sesuatu berdasarakan untung rugi, sesuatu yang bersifat materi, transaksional,konsekuensi jika-maka, hukum kausalitas, jika aku lakukan ini apa yang akan aku peroleh dari perbuatan tersebut. Itulah akal, namun hal ini bisa berjalan dengan baik apabila akal itu sehat dan cerdas. Jika nafsu dan hati akan sering berbeda pendapat maka peran akal sebagai penengah amatlah besar, fifty-fifty, bisa condong kepada pendapat nafsu bisa juga condong kepada pendapat hati. Sekali lagi yang mempengaruhi pengambilan keputusan akal adalah seberapa sehat dia dan seberapa cerdas dia. 

Dalam  islam, 5 hal yang utama untuk dijaga dan menjadi muara dari semua peraturan syariat atau yang disebut dengan maqashidu as-syari’ah itu salah satunya adalah dalam rangka menjaga dan melindungi akal agar tidak rusak dan bisa berpikir jernih. Hal-hal yang dapat merusak akal pastilah akan dilarang dan hal-hal yang membuat akal menjadi tajam dan cerdas pastilah dianjurkan, menuntut ilmu contohnya, menurut hemat saya, itulah mengapa ayat Al Quran yang pertama kali diturunkan itu adalah tentang anjuran mengisi refrensi akal dengan referesi terbaik yaitu adalah wahyu, petunjuk wahyu itu dapat mengarahkan akal untuk mengambil keputusan berikutnya, disisi lain isi wahyu tidaklah pernah bertentangan dengan isi hati nurani manusia.

Keputusan yang paling krusial adalah tentang keputusan mau beriman kepada Allah ﷻ atau tidak.  Oleh karenanya sikap akal dalam memberikan keputusan akan sangat bergantung pada referensi apa yang mendominasinya. Jika referensinya baik maka akan baik keputusannya, begitupun sebaliknya jika referensinya keliru maka akan keliru pula hasilnya. Ini yang disebut dalam hadits tentang bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, kemudian bisa menjadi menyimpang karena ajaran/referensi apa yang diberikan orangtuanya. Oleh karenanya inilah esensi dari pentingnya belajar dan menuntu ilmu dalam islam. Selain itu juga, akal perlu dijaga agar tetap  sehat dan bisa berpikir jernih, maka segala hal yang melemahkan akal harus dijauhi, hal-hal yang bersifat adiktif dan candu, jenis makanan yang dikonsumsi dipastikan halal dan thoyyib, pola hidup pun harus sehat. Semua itu akan sangat berpengaruh pada objektivitas akal dalam menjalankan tugasnya dan memutuskan sebuah perkataan atau perbuatan untuk dilakukan.

Ketiga,hati. ini adalah tahapan penentu yang paling utama, benteng pertahanan terakhir, pemimpin sidang paripurna yang ditunggu keputusan dan kebijakannya setelah mendengar pendapat dan pandangan dari dua pihak sebelumnya (nafsu dan akal),  maka benarlah hadits nabi ﷺ yang menyebutkan bahwa hati adalah penentu, hati bak seorang raja, hati adalah pemimpin, jika baik pemimpinnya maka akan baik pula prajuritnya, jika hati rusak maka akan rusak juga nasib seluruh anggotanya.

Anggota tubuh yang lain tidaklah melakukan sebuah perbuatan jika tidak diperintah oleh hati, jika keinginan nafsu dan akal manusia berkesesuaian dengan hati maka perbuatan itu akan sangat ringan dan mudah untuk dikerjakan bahkan bangga dan ada sebuah ketenangan dalam mengerjakannya, tanpa adanya paksaan sehingga menjadi sangat  maksimal dalam pelaksanaannya, inilah proses terjadinya istiqomah dalam sebuah amalan, kondisi ideal inilah yang biasa disebut dengan nafsun muthma’innah (Jiwa yang tenang). Adapun apabila salah satunya tidak sejalan dengan hati nurani maka ia hanya butuh pembiasaan dan akhirnya terbiasa setelah dipaksa. Apabila nafsu dan akal keduanya tidak sepemikiran dengan hati nurani maka yang terjadi adalah gejolak hati yang begitu dahsyat atau yang disebut dengan nafsu lawwaamah. Namun apabila hati juga telah terkontaminasi oleh racun-racun pemikiran dan kesenangan dunia, maka bersekongkol untuk selalu melakukan keburukan dan itulah yang disebut dengan nafsun ‘ammaratun bissu’.

Firman Allah ﷻ dalam surat Asy - Syams tentang 2 potensi besar (kebaikan & keburukan) yang Allah ilhamkan kepada diri setiap insan hendaknya bisa disikapi dengan bijak, bukan malah justru menyalahkan keadaan dan mempertanyakan kenapa Allah lakukan itu. Allah tegaskan apabila Allah ingin semua isi dunia ini beriman kepada Nya maka itu sangatlah mudah bagi Allah, namun yang diinginkan tidaklah demikian agar itu semua menjadi ujian untuk mensortir siapa yang lulus ujian dan akan diberi penghargaan, dan siapa yang gagal akan mendapatkan hukuman. Kesepakatan inilah yang disebutkan dalam surat Al Ahzab ayat 72 ketika Allahﷻ menwarkan pada gunung, langit dan bumi untuk mengemban Amanah ini kemudian mereka menolaknya, namun ketika diberikan kepada manusia kemudian manusia menerimanya.

اِنَّا عَرَضْنَا الْاَمَانَةَ عَلَى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَالْجِبَالِ فَاَبَيْنَ اَنْ يَّحْمِلْنَهَا وَاَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْاِنْسَانُۗ اِنَّهٗ كَانَ ظَلُوْمًا جَهُوْلًاۙ

Artinya :

“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya. Lalu, dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya ia (manusia) sangat zalim lagi sangat bodoh.”


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Babi, Alkohol, dan Akal Sehat (Bagian 2) Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universita....

Suara Muhammadiyah

29 October 2025

Wawasan

Menelaah Visi dan Misi Kehidupan Umat Manusia Oleh: Rumini Zulfikar (Gus Zul), Penasehat PRM Troket....

Suara Muhammadiyah

1 November 2025

Wawasan

Efisiensi Anggaran dari Biaya Kelakuan Oleh: Ahsan Jamet Hamidi, Ketua Ranting Muhammadiyah Legoso,....

Suara Muhammadiyah

28 February 2025

Wawasan

Oleh: Suko Wahyudi Sejak awal keberadaannya dalam sejarah umat manusia, agama tidak hanya sekedar s....

Suara Muhammadiyah

27 May 2025

Wawasan

"Mencari Simpati Hati dan Suara Pemilih" Oleh: Rumini Zulfikar Pemilu Tahun 2024 saat ini memasuk....

Suara Muhammadiyah

1 December 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah