YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Siang itu, pada acara rapat bulanan, di ruang pertemuan lantai 4 Grha Suara Muhammadiyah, tersaji berbagai menu masakan. Terletak agak terpisah dari aula utama, jajaran Direksi dan karyawan menikmati santapan siang yang telah disiapkan. Dan tak lama setelah itu, acara inti bersama Direktur Utama Suara Muhammadiyah Deni Asy'ari, MA, Dt Marajo berlangsung penuh kehangatan dan kebersamaan (31/7).
Deni Asy’ari dalam sambutannya di hadapan seluruh karyawan selalu menekankan pada etos yang perlu dibangun dalam menggerakkan dan mengembangkan bisnis di Suara Muhammadiyah. Ia pun memulai dengan sebuah kisah tentang seorang bapak yang akan memasuki masa pensiun dari pekerjaannya. Pada momen tersebut, seorang bos (atasan) memberikannya tugas untuk membangun sebuah rumah. Tanpa berpikir panjang, bapak tersebut menyanggupi pemintaan bosnya.
Singkat cerita, bapak tersebut membangun rumah tanpa motivasi untuk menunjukkan kinerja terbaiknya di sisa akhir masa bekerjanya bersama si bos. Akhirnya, bangunan rumah pun selesai dibangun dengan kinerja ala kadarnya. Hasilnya tentu sudah bisa diteba; tidak maksimal. Bangunan fondasi kurang kokoh, cat lapisan tembok tidak menyatu dengan sempurna, ada beberapa atap yang bocor, dan lain sebagainya.
Tanpa diduga-duga, akhirnya si bos memberikan rumah tersebut kepada si bapak sebagai hadiah pensiunannya. Melihat kenyataan tersebut, sang bapak pun menyesal karena tidak maksimal menjalankan permintaan bosnya. Jika ia tahu bahwa rumah tersebut akan diberikan kepadanya, tentu si bapak akan mengerjakan pembangunan tersebut secara maksimal dan totalitas.
Dari kisah ini ada aspek moral yang dapat kita ambil. Pertama, dalam membangun keunggulan dan kualitas kerja harus didasarkan kepada semangat ikhlas. Ini yang paling utama. Si bapak mengerjakan rumah dengan asal-asalan dan kualitasnya rendah karena tidak ikhlas.
“Kedua, bahwa kita tidak tahu dari sekian banyak pekerjaaan yang dilakukan, kita tidak tahu dari pekerjaan mana Tuhan akan mengangkat derajat kita. Karena si bapak tadi tidak antusias dengan pekerjaannya, maka hasilnya seperti yang diceritakan tadi,” ujarnya.
Artinya, dari sekian banyak pekerjaan, tidak ada yang tahu dipekerjaan mana seseorang akan naik kelas. Oleh karenanya, dalam konteks pekerjaan hari ini, jangan sampai kita pilah-pilih pekerjaan.
“Saya pernah ceritakan di Milad SM Tower. Saya masuk ke Suara Muhammadiyah, pekerjaan saya adalah reporter. Tetapi rasa-sasanya Tuhan meng-up saya tidak lewat pekerjaan reporter, tapi lewat pekerjaan yang lain yang itu adalah kemitraan, kerja sama, pengiklanan. Jadi Tuhan mengubah jalan saya itu tidak melalui reporter, tetapi di iklan. Nah, inilah yang saya sebut bahwa dalam konteks kerja jangan pilah-pilih,” ujarnya.
Ketiga, berperasangka baik. Menurut Deni, setiap manusia perlu berperasangka baik kepada semua orang. Namun ia berpesan, jangan disangka bahwa semua orang itu baik. Hikmah ketiga dari cerita si bapak dan bosnya adalah, bahwa si bapak tidak berperasangka baik kepada bosnya. Jika ia berperasangka baik, tentu si bapak akan berkerja secara maksimal dan penuh dengan dedikasi.
“Maka dalam perusahaan ini pun, baik sesame staf atau karyawan, kemudian levelnya di manajer, kita bangun perasangka baik dan mengurangi berperasangka buruk. Lebih baik kita membicarakan kekurangan kita, membicarakan kelemahan kita, membicarakan apa yang perlu kita upgred, dibanding kita membicarakan orang lain,” pesannya. (diko)