YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FH UMY) yang diwakili oleh tiga mahasiswa bernama Ayi Leoni Putri, Norradyah dan Inggrid Janainah Salsabillah berhasil didapuk menjadi juara pertama dalam kompetisi debat nasional pada Minggu (26/11) yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Semarang (UNNES).
Kompetisi tahunan yang bernama Kompetisi Debat Hukum Nasional (KDHN) ini menjadi penyelenggaraan yang kedua, dan UMY pun tidak hanya menjadi juara pertama namun Ayi Leoni Putri juga berhasil mendapatkan predikat Best Speaker. Kedua prestasi tersebut tidak lepas dari latar belakang ketiga mahasiswa yang sudah memiliki minat dalam debat, dan semakin diasah melalui komunitas debat di tingkat fakultas.
“Di fakultas, saya dan teman-teman mengikuti komunitas debat bernama Law School Debate Community. Karena memang di lingkungan komunitas ini sudah kompetitif, jadi saya pun merasa tertantang untuk selalu mengikuti berbagai lomba debat. Bahkan sebelum mengikuti KDHN saya dan teman-teman sudah diseleksi di tingkat komunitas karena pada awalnya ada tiga tim yang ingin mengikuti kompetisi ini. Hal tersebut juga yang menjadikan saya bersemangat karena termotivasi oleh teman-teman di komunitas,” jelas Ayi saat dihubungi pada Rabu (29/11).
Ayi juga menjelaskan bahwa KDHN memiliki beberapa tahapan proses sebelum bisa mencapai final, mulai dari babak penyisihan dan perempat final. “Lamanya proses yang dibutuhkan untuk menyelesaikan seluruh tahapan kompetisi ini sekitar tiga minggu. Teknis pelaksanaannya pun hybrid, yaitu babak penyisihan dan perempat final secara daring dan babak final yang terdiri dari empat tim secara luring di UNNES,” ujarnya.
KDHN pada tahun ini mengusung tema “Pembangunan Hukum Energi Berdasarkan Pancasila”, yang dimana bagi Ayi ini menjadi tantangan tersendiri karena pada awalnya ia belum terlalu familiar dengan isu hukum energi. Ini menjadikan Ayi dan timnya harus melakukan riset mendalam sebagai dasar acuan sehingga perlu menghabiskan banyak waktu, terlebih karena ia dan tim melakukan riset secara mandiri.
“Di babak final, proses debat dibagi menjadi beberapa mosi. Saya dan teman-teman mendapatkan sebagian mosi terkait, seperti kebijakan larangan ekspor mineral mentah di Indonesia, serta penggunaan sistem single regulator dan single bar untuk organisasi advokat,” imbuh Ayi.
Kendati sempat merasa kurang percaya diri melihat para peserta dari universitas lain, Ayi dan timnya dari FH UMY tetap dapat tampil dengan baik. Kesiapan dan ketenangan dirasa oleh Ayi sebagai kunci dari keberhasilan mereka.
“Saya rasa yang membuat kami lebih unggul daripada tim lain mungkin adalah metode penyampaian kami yang lebih proporsional, seperti intonasi dan artikulasi yang kami rasa jauh lebih tenang. Semua prestasi yang telah kami raih di kompetisi ini tidak lepas dari pertolongan Allah dan doa semua pihak yang mendukung kami,” tandasnya. (ID)