Berkemajuan Cerminan Persyarikatan

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
516
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr H Haedar Nashir, MSi. Foto: Cris

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr H Haedar Nashir, MSi. Foto: Cris

KLATEN, Suara Muhammadiyah - Perhelatan Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Surakarta, Jawa Tengah yang berlangsung pada tahun 2022 telah melahirkan keputusan penting bernama Risalah Islam Berkemajuan. Menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr H Haedar Nashir, MSi, penggunaan diksi berkemajuan dalam keputusan tersebut telah menjadi denyut nadi dari awal kelahiran pergerakan dakwah Persyarikatan Muhammadiyah.

"Substansi, jiwa, pemikiran dasarnya, dan cita-citanya (Risalah Islam Berkemajuan) sebenarnya sudah melekat dengan spirit, pikiran, dan cita-cita awal lahirnya Muhammadiyah," ujarnya saat Tabligh Akbar di Pondok Pesantren Modern Daarul Arqom Tulung Klaten, Jawa Tengah, Sabtu (31/8).

Haedar mengatakan, kata berkemajuan dengan turunan kata yaitu maju dan kemajuan memiliki arti sebagai bergerak ke depan. Menurutnya, kata ini melekat dengan sunnatullah manusia hatta kehidupan yang dihamparkan Allah di muka bumi.

"Gerak ke depan hadir di permukaan ingin lebih banyak dan mencapai sesuatu yang lebih baik. Sebenarnya itu hidup di dalam jiwa kita," tuturnya.

Tetapi dalam realita kehidupan, Haedar mengungkapkan banyak manusia melupakan sunnatullah tersebut. Walhasil menjalani hidup apa adanya. Hidupnya menjadi statis dan jumud. Tidak berkemajuan, tapi cenderung berkemunduran.

"Hidupnya tidak bergerak ke sana ke sini, bahkan geraknya mundur. Tapi kalau kita hidup jadi mundur dan berkemunduran, itu artinya tidak sejalan dengan sunnatullah," jelasnya.

Istilah berkemajuan terpotret dalam Al-Qur'an. Ditegaskan Haedar Al-Qur'an mengandung nilai-nilai utama ajaran Islam yang mengandung banyak pesan wahyu tentang ajaran kemajuan. Seperti wahyu pertama Qs Al-Alaq ayat 1-5 yang menjadi representasi kerasulan Nabi Muhammad Saw ialah perintah Iqra.

"Ajaran ini dalam sekali. Iqra di sini bukan sekadar iqra (literasi) membaca verbal. Tapi, juga membaca kehidupan (mengkaji) tafakur, tadabbur, tanadhar, tadzakur, dan segala makna yang menggunakan akal pikiran, ilmu, dan kemampuan kita. Itu sudah dilakukan sejak manusia pertama Nabi Adam As sampai Nabi Muhammad Saw," jelasnya.

Al-Qur'an memberikan spesifikasi ihwal iqra. Yakni Iqra dengan dan atas nama Allah. "Itulah Iqranya tauhid. Iqra yang bersifat profetik risalah kenabian," tuturnya. Tapi dalam perkembangannya, Haedar mengungkapkan banyak orang beriqra tetapi malah anti Tuhan (ateis), anti agama (agnostik).

"Di situlah perbedaan iqranya Islam. Ajaran Islam yang terakhir lahir dan memulai tonggak sejarah risalahnya lewat maklumat iqra bismirabbikalladzi khalaq dan seterusnya," ulasnya.

Haedar menambahkan, iqra menjadi menjadi lintas batas, lintas nilai, dan lintas fungsi. "Jadi ayat ini, merupakan kandungan dari satu nilai kehidupan yakni kemajuan. Karena ayat-ayat Al-Qur'an kaya perintah untuk kita maju. Jadi kalau ada umat Islam tidak ingin maju, itu tidak sejalan dengan Islam," tandasnya. (Cris)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Memasuki hari ketiga puasa Ramadhan 1445H, Masjid Islamic Center UA....

Suara Muhammadiyah

14 March 2024

Berita

PEKANBARU, Suara Muhammadiyah - Usai terlaksananya kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Universitas ....

Suara Muhammadiyah

27 October 2024

Berita

MAKASSAR, Suara Muhammadiyah – Prodi Magister Ilmu Administrasi Publik Program Pascasarjana Un....

Suara Muhammadiyah

23 May 2024

Berita

SOLO, Suara Muhammadiyah- Ribuan Jamaah Hadir Pada Tablig Akbar Hari Bermuhammadiyah bersama KH. Taf....

Suara Muhammadiyah

16 October 2023

Berita

BULUKUMBA, Suara Muhammadiyah - Universitas Muhammadiyah Bulukumba (UM Bulukumba), melalui Lembaga P....

Suara Muhammadiyah

23 September 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah