Bertemu Mubaligh, Ketua PWM Jatim Ingatkan 5 Skill Komunikasi Dakwah

Publish

3 December 2023

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
570
Foto Istimewa

Foto Istimewa

MALANG, Suara Muhammadiyah - Para mubligh Muhammadiyah didorong untuk tidak hanya piawai berbicara di atas mimbar, namun juga mampu menuangkan gagasan melalui tulisan yang memikat. Hal itu diyakini akan memberi manfaat lebih untuk menguatkan dakwah Muhammadiyah yang makin kompleks.

Pentingnya kemampuan itu ditegaskan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Dr. dr. Sukadiono MM dalam Creative Writing Workshop for Mubaligh Muhammadiyah (CWFMM) yang digelar di Kapal Hotel Garden, Malang, Sabtu (2/12/2023). Kegiatan ini diikuti oleh 55 mubaligh dari perwakilan wilayah se-Jatim.

"Kita tentu paham jika dakwah harus dengan baik. Karena ini butuh kemampuan untuk mengkomunikasikannya," tutur dia.

Dia lalu mengutip Alquran surat An Nahl ayat 125 yang artinya, "Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk." 

Suko, begitu dia karib disapa, mengingatkan jika ada lima skill yang bisa dipertajam dalam komunikasi dakwah. 

Pertama, speaking skill atau kemampuan berbicara. Biasanya para mubaligh sudah memiliki kecerdasan verbal. Mereka bisa berbicara lancar dan luas di hadapan publik untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah.  

"Namun kecerdasan verbal saja belum cukup. Makanya butuh skill yang kedua, yaitu listening skill, kemampuan mendengar," tegasnya.  

Menurut Suko, para mubaligh perlu membedakan antara to hear (mendengar) dan to listen (untuk mendengarkan). Sepintas kelihatan sama, tapi maknanya berbeda.

"Kalau to hear, gampangannya 'masuk telinga kiri keluar telinga kanan'. Sama sekali tak berbekas. Ini yang kini sungguh saya rasakan terhadap para pemimpin hanya hanya bisa mendengar tanpa bisa meresapi persoalan masyarakat," jabar dia.

Sebaliknya, imbuh Suko, to listen bisa dimaknai mendengarkan dan diresapi. Mampir nang njero ati (berbekas di dalam hati).

"Namun itu juga belum cukup. Mubaligh juga perlu dibekali skill yang ketiga, observation skill, yakni kemampuan mengobservasi permasalahan yang dihadapi seseorang maupun komunitas," papar dia.

Dia lalu mengilustrasikan jika terjadi suatu bencana. Kita tidak bisa hanya menganjurkan untuk bersabar, tapi perlu melihat konteks apa yang dibutuhkan para korban bencana. Kebutuhan makanan, pakaian obat-obatan, dan sebagainya.

Yang keempat yang juga tak kalaj penting adalah writing skill alias kemampuan menulis. Karena kemampuan menuangkan gagasan ini, sangat penting bagi para mubaligh.

Suko mengakui bahwa belakangan ini dia prihatin dengan wajah media sosial, terutama di grup perpesanan WhatsApp. Di medium satu ini, perdebatan urusan Pemilihan Presiden (Pilpres) begitu gencar. 

"Bendino (tiap hari) bahasanne Pilpes. Saling menjelek-jelekkan calon satu dengan calon lainnya. Tidak ada pesan moral yang kemudian bisa menjadi rujukan. Ini yang perlu saya ingatkan," tegas Suko.

"Menulis pun nggak usah panjang-panjang. Cukup beberapa paragraf namun memiliki makna mendalam, sehingga orang mau membaca berulang-ulang. Kesempatan ini harus dimanfaatkan para mubaligh," imbuh dia.  

Ditambah lagi menurut Suko, kemampuan menulis ini sangat berkaitan erat dengan reading skill atau kemampuan membaca. Dengan membaca, wawasan menjadi luas dan literasi pasti menjadi baik. 

"Jadinya menulisnya pun menjadi gampang. Makanya, saya mencanangkan Muhammadiyah bisa membanyak perpustakaan yang bisa diakses secara mudah," pungkas Suko.

Dalam kegiatannya, para mubaligh setidaknya harus bisa meningkatkan kualitas nya dengan kemampuan menulis (writing skill) . Tidak hanya berdakwah di masjid, lisan ke lisan, namun juga harus bisa berdakwah melalui tulisan.

Adapun di hari keduanya, para mubaligh dalam kegiatannya mempraktikkan menulis lead dengan pendekatan naratif yang unik dan menyentuh, praktik menulis body text, praktik menulis editing akhir menjadi sebuah tulisan utuh.

Di akhir kegiatan ini, ada beberapa penghargaan dan penyerahan hadiah kepada para peserta.

Salah satunya adalah, peserta dari Majelis Tabligh PDM Kab Mojokerto yang meraih penghargaan Peserta Mubaligh Paling Muda, dengan usianya yang masih 21 tahun.

Dimana dia, juga menjabat sebagai Sekretaris Majelis Tabligh PDM Kab Mojokerto. Yang pada tahun 2022 lalu meraih Juara 1 Da'i Muda Tingkat Nasional di Bandung, Jawa Barat.

Tidak hanya itu, Iqbal juga Mubaligh aktif yang dakwahnya sudah memiliki kajian rutinan di salah satu Masjid di Surabaya. Dan antuasiasme para jama'ah yang banyak karena yang tausiyah tergolong masih muda, sehingga bisa memberikan motivasi kepada anak-anaknya.

Dan terakhir ia tausiyah yakni di Kajian Ahad Pagi Masjid Darussalam, Kebonsari, Tuban, Jawa Timur. 

Dimana dalam kajiannya mendapatkan apresiasi dari para jama'ah. Karena baru kali ini mengundang ustadz muda di kajian ahad pagi, sehingga ada ghiroh dakwah tersendiri untuk memotivasi para jama'ah. (riz)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah (Lazizmu) Universitas Muhammad....

Suara Muhammadiyah

22 February 2024

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Piala turnamen sepakbola Piala Milad Universitas Muhammadiyah ....

Suara Muhammadiyah

27 February 2024

Berita

BANTUL, Suara Muhammadiyah - MBS MUHIBA telah menyelenggarakan kegiatan Festival Seni Bhineka Tungga....

Suara Muhammadiyah

28 October 2024

Berita

PURWOREJO, Suara Muhammadiyah - Lembaga Pengembangan Pesantren Pimpinan Daerah Muhammadiyah (LP2M PD....

Suara Muhammadiyah

23 October 2024

Berita

SURABAYA, Suara Muhammadiyah - Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah fondasi penting dalam pe....

Suara Muhammadiyah

24 October 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah