KUDUS, Suara Muhammadiyah - Pengajian Majelis Tabligh Muhammadiyah di gelar Di Gedung Jam'iyyah Hujjaj Kudus (JHK) pada Ahad pagi (28/9) diisi oleh ratusan Jamaah. Pada Tausiyah ini menghadirkan Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, KH Fathurrahman Kamal, dengan mengangkat tema "Mendalam Seputar Cahaya Dalam Diri Seorang Muslim dan Pentingnya Membersihkan Hati".
Dalam ceramahnya, Fathur mengingatkan kembali makna shalat sebagai mi'raj bagi orang beriman. Ia menekankan bahwa shalat yang khusyuk sejatinya mampu mengangkat manusia dari dimensi jasad menuju dimensi cahaya. “Bayangkan jika masjid dipenuhi jamaah yang jasadnya bersih, hati bersih, dan sujudnya hanya kepada Allah. Energi positif akan terkumpul di sana,” ujarnya.
Menurutnya, doa Rasulullah agar Allah menjadikan cahaya di hati, penglihatan, pendengaran, hingga seluruh anggota tubuh, mengandung makna transformasi spiritual. Orang yang hidupnya bersinar, tidak mungkin menggunakan tangannya untuk maksiat, lisannya untuk menyakiti, atau matanya untuk melihat yang haram. “Begitu takbir dikumandangkan, kita bertransformasi menjadi makhluk cahaya, meski hanya sedikit kecil,” tambahnya.
Ia menegaskan, cahaya seorang muslim akan meredup bila lisannya digunakan untuk mengumbar keburukan atau hatinya dipenuhi iri dan dengki. "Satu kata buruk bisa memancarkan cahaya. Orang yang bercahaya adalah mereka yang jantungnya jernih. Sebaliknya, orang yang gemar bermaksiat meski tampan atau cantik, auranya kusam," katanya.
Fathur juga menyinggung contoh para ulama pendiri Muhammadiyah dan tokoh bangsa yang wajahnya tampak teduh karena keikhlasan perjuangan mereka. “Cahaya bukanlah soal penampilan fisik, melainkan buah dari hati yang ikhlas, bersih, dan jauh dari pengkhianatan terhadap umat,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia mengingatkan bahwa hati manusia ibarat kain putih yang mudah ternoda. Setiap maksiat akan meninggalkan titik hitam, yang bila dibiarkan dapat menutup seluruh hati hingga tak mampu membedakan yang baik dan buruk. “Bahasa hati bisa menjadi keras, bagaikan hati setan dalam jasad manusia,” tuturnya.
Untuk membersihkan hati, ia menekankan pentingnya kehadiran masjid. Menurutnya, Masjid adalah tempat berkumpulnya orang-orang saleh, tempat hati dicuci dari rasa dendam, iri, dan kebencian. Ia berteman dengan kisah sahabat yang dijamin Rasulullah sebagai ahli surga hanya karena tidak pernah menyimpan dengki kepada sesama muslim. “Inilah amal sederhana tapi sulit: menjaga hati tetap bersih,” ucapnya.
Fathur juga menekankan bahwa kekuatan cahaya dalam diri seseorang ditentukan oleh asupan yang halal. Daging yang tumbuh dari sesuatu yang haram, menurut Nabi, lebih berhak disentuh api neraka. "Hidup tanpa cahaya membuat manusia mudah terjebak dalam korupsi, tipu daya, dan suap. Setan pun kebingungan di negeri yang manusianya sudah mengambil alih tugas setan," ujarnya disambut tawa jamaah.
Di akhir tausyiah, ia menegaskan bahwa cahaya adalah penuntun arah hidup seorang muslim. Cahaya itu hanya bisa dijaga dengan shalat, wudhu, makanan halal, dan hati yang bersih dari hasad maupun balas dendam. “Besok, di akhirat, setiap orang akan dikenali dari cahaya wajahnya. Maka, mari kita merawat cahaya itu dengan membersihkan hati dan menempelkannya pada masjid,” tutupnya. (Indra/Nurvi)