YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Kesadaran menjaga kesehatan gigi dan mulut perlu ditanamkan sejak dini, tidak hanya pada anak-anak, tetapi juga di lingkungan keluarga. Hal tersebut disampaikan oleh drg. Iwan Dewanto, MM., Ph.D., dosen Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), dalam kegiatan Community Service UMY yang digelar di Indonesian Community Center KBRI Ankara, Turki. Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 25 anggota komunitas GELIN Indonesia Ankara, yang terdiri dari perempuan Indonesia yang menetap di Turki.
Drg. Iwan menegaskan bahwa kesehatan gigi anak merupakan bagian penting dari proses tumbuh kembang mereka. Menurutnya, gigi tidak hanya berfungsi untuk estetika, tetapi juga berperan besar dalam proses pengunyahan, berbicara, serta pembentukan struktur wajah.
“Banyak orang tua yang masih menganggap gigi susu tidak penting karena nantinya akan digantikan oleh gigi permanen. Padahal, kehilangan gigi susu terlalu dini dapat mengganggu susunan gigi geligi yang benar dan menyebabkan gangguan gigitan di kemudian hari,” jelasnya dalam wawancara daring, Rabu (29/10).
Lebih lanjut, drg. Iwan menjelaskan tentang maloklusi gigi, yaitu kondisi ketika susunan atau gigitan gigi tidak sejajar secara normal. Gangguan ini bisa disebabkan oleh bentuk rahang yang sempit, posisi benih gigi yang tidak ideal, atau kebiasaan buruk anak seperti mengisap jari, menopang dagu, dan menggigit benda keras.
Menurutnya, banyak orang tua yang kemudian memilih perawatan ortodonti (behel) untuk memperbaiki kondisi gigi anak, tanpa mengetahui bahwa praktik ortodonti ilegal justru marak di masyarakat.
“Perawatan ortodonti tidak selalu harus menggunakan behel. Semua tindakan harus berdasarkan diagnosis yang tepat dan dilakukan oleh dokter gigi berkompeten. Tindakan asal-asalan justru dapat menyebabkan kerusakan permanen pada struktur gigi dan jaringan mulut,” tegasnya.
Selain menyoroti pentingnya penanganan gigi anak secara tepat, drg. Iwan juga mengingatkan masyarakat agar mewaspadai kanker mulut, salah satu penyakit serius yang sering terlambat terdeteksi di Indonesia.
“Kanker mulut merupakan penyakit kompleks dan sulit ditangani jika sudah memasuki stadium lanjut. Karena itu, deteksi dini menjadi sangat penting agar pengobatan bisa dilakukan lebih cepat dan efektif,” paparnya.
Sebagai langkah pencegahan sederhana, drg. Iwan memperkenalkan metode SAMURI (Periksa Mulut Sendiri), sebuah cara praktis untuk memantau kesehatan rongga mulut di rumah. Pemeriksaan ini dilakukan dengan memperhatikan adanya perubahan warna, pembengkakan, luka, atau benjolan yang tidak biasa pada lidah, gusi, dan dinding rongga mulut.
“Pemeriksaan sederhana seperti SAMURI bisa menjadi kebiasaan sehat yang membantu deteksi dini. Semakin cepat ditemukan kelainan, semakin besar peluang untuk sembuh,” tutupnya. (NF)


