YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Gejolak kekerasan di lingkungan sekolah sebagai hal mendesak yang perlu dicegah dan ditangani dengan tepat. Peristiwa ini kian masif meningkat dalam beberapa waktu terakhir.
"Maka, kekerasan menjadi hal yang urgent, yang mendesak untuk dicegah dan ditangani dengan tepat. Artinya, perlu ada pengaturan dan strategi apabila kekerasan ada di sekolah, khususnya," papar Shara di forum Pelajar Bicara Kemanusiaan Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah di SM Tower Malioboro Yogyakarta, Sabtu (6/12).
Shara menjelaskan, Puspeka secara khusus menangani kekerasan yang terjadi di sekolah atau satuan pendidikan formal karena berada di bawah naungan Kemendikdasmen.
"Kami di Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, konteks yang diatur adalah yang terkait kekerasan yang terjadi di sekolah atau satuan pendidikan. Ada beberapa kebijakan prioritas yang menjadi strategi pencegahan maupun penanganan kekerasan di satuan pendidikan," jelasnya.
Shara juga menjelaskan, program-program Puspeka diturunkan dari asta cita atau visi-misi dari Presiden dan Wakil Presiden Indonesia. "Dari sini turunlah program-program yang digabungkan dengan kajian-kajian kemudian kasus ataupun fenomena yang terjadi di lapangan," tuturnya.
Di samping itu, Puspeka juga mengampu tiga isu yaitu penguatan pendidikan karakter melalui pembiasaan di satuan pendidikan, budaya sekolah aman dan nyaman, dan terakhir inklusivitas dan kebhinekaan.
"Secara garis besar ada tiga isu yang diampu Pusat Penguatan Karakter, yaitu terkait penguatan pendidikan karakter melalui pembiasaan di satuan pendidikan," terangnya.
Termasuk, Tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat masuk ke dalam program tersebut. Kata Shara, mencakup bangun pagi, beribadah, olahraga, makan sehat dan bergizi, gemar belajar, bermasyarakat, serta tidur cepat. Menurutnya, pembiasaan tujuh kebiasaan ini akan menciptakan peradaban yang positif.
"Tujuh kebiasaan ini kalau dilakukan akan membangun peradaban. Karena dari pembiasaan akan menjadi kebiasaan, kemudian menjadi kepribadian-kepribadian positif, lalu menjadi peradaban. Kebiasaan bukan hanya kebiasaan, sebab sesuatu yang besar dimulai dari hal kecil," katanya.
Konsistensi merupakan kunci dalam pembangunan peradaban ini, ungkap Shara. "Apabila tujuh kebiasaan ini dilakukan secara konsisten dan bersama-sama, maka akan merubah hal yang tadinya kecil, yang menurut kita kelihatannya kecil, menjadi hal yang besar. Hal-hal positif ini secara tidak langsung akan mengurangi, bahkan meminimalisir kekerasan tersebut," tukasnya. (hanan)


