PONOROGO, Suara Muhammadiyah - Dalam rangka refleksi Milad Muhammadiyah ke-113, Universitas Muhammadiyah Ponorogo (UMPO) kembali menggelar Pengajian Ahad Pagi Al-Manar yang berlangsung di halaman Masjid Al-Manar, pada Ahad (23/11/2025).
Pengajian menghadirkan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Prof. Dr. Dadang Kahmad, M.Si., Rektor UMPO - Rido Kurnianto, sivitas akademika UMPO, Ketua BPTKDI - Dr. Sri Susanti, dan para tokoh Muhammadiyah di Ponorogo.
Dalam kajiannya, ia mengajak seluruh jamaah untuk mensyukuri anugerah terbesar dari Allah sekaligus menjaga komitmen perjuangan Muhammadiyah dalam memakmurkan umat dan bangsa.
Di hadapan Rektor UMPO beserta jajaran pimpinan, sivitas akademika, dan seluruh jamaah, Dadang menyampaikan bahwa nikmat Allah begitu banyak dan tidak terhitung. Namun, ada tiga nikmat utama yang patut senantiasa disyukuri oleh setiap muslim. Pertama, nikmat kehidupan.
“Kesempatan hidup ini adalah karunia tertinggi dari Allah. Kita lahir tanpa dimintai persetujuan. Dan kematian pun datang tanpa pemberitahuan. Maka manfaatkanlah sisa umur ini sebaik-baiknya,” ujarnya.
Nikmat kedua adalah nikmat Islam. Ia menegaskan, keimanan merupakan tiket keselamatan di dunia dan akhirat.
“Wala tamutunna illa wa antum muslimun. Jangan mati kecuali dalam keadaan Islam. Inilah kunci yang harus kita jaga hingga akhir hayat,” tambahnya.
Nikmat ketiga, Dadang menyebutkan, kesempatan berjuang melalui organisasi Muhammadiyah. Ia menceritakan perjalanan aktivismenya yang dimulai dari tingkat ranting hingga kini telah 15 tahun menjadi Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
“Organisasi ini telah berusia 113 tahun. Jarang ada organisasi Islam yang hidup sepanjang ini. Muhammadiyah makin tua justru makin kuat,” ungkapnya.
Menurut Dadang, ada tiga faktor utama yang menjadikan Muhammadiyah terus bertahan dan memberi manfaat sebagai gerakan Islam di Indonesia.
Pertama, kebermanfaatannya kepada masyarakat. Selama lebih dari satu abad, Muhammadiyah mendirikan dan mengembangkan ribuan amal usaha mulai dari sekolah, rumah sakit, hingga perguruan tinggi.
“Yang bermanfaat akan terus Allah pelihara,” katanya.
Kedua, kualitas sumber daya manusia Muhammadiyah yang menjunjung karakter ibad dalam Al-Qur’an, yakni: iman yang kuat, sabar, jujur, taat aturan, dermawan, dan gemar beristighfar.
“Karakter inilah yang membuat gerakan kita kuat. Di mana pun saya bertemu orang Muhammadiyah, cirinya sama,” tutur Dadang.
Ketiga, eksistensi Muhammadiyah tetap diperlukan karena kemungkaran masih banyak dijumpai di tengah masyarakat. Mulai dari kemusyrikan, korupsi, hingga penyimpangan moral lainnya. Tantangan ini, menurutnya, menjadikan amar ma’ruf nahi munkar sebagai tugas dakwah yang tidak boleh berhenti.
Dadang menegaskan, bahwa kemungkaran yang semakin beragam dan kompleks, seperti kemusyrikan dan perzinahan yang terus mengancam moral masyarakat, seharusnya tetap menjadi alasan untuk Muhammadiyah tetap tangguh, menghadapi tantangan zaman. Ia mencontohkan bahwa Yogyakarta, meski menjadi pusat gerakan Muhammadiyah, juga menghadapi derasnya arus perilaku yang menyimpang.
“Setiap manusia akan bertanggung jawab atas perbuatannya, lakum diinukum waliyadin,” tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Dadang juga menyampaikan apresiasi kepada UMPO atas kontribusinya dalam pendidikan bangsa. Menurutnya, amal usaha merupakan wujud nyata dakwah Muhammadiyah.
“Universitas ini tidak akan besar tanpa kedermawanan. Terima kasih kepada seluruh pihak yang terus berkontribusi,” ucapnya.
Menutup tausiyah, Dadang mengajak seluruh jamaah memperkuat syukur dan komitmen dakwah.
“Bersyukurlah kita hidup sebagai muslim dan menjadi bagian dari Muhammadiyah. Semoga Allah meneguhkan langkah kita hingga mengantarkan umat menuju jannatun na’im,” tutupnya.
(Vivi)


