BANTUL, Suara Muhammadiyah - Tim PKM Sastra Inggris UNY mengadakan workshop pembuatan konten dakwah digital sebagai salah satu rangkaian kegiatan PKM Penugasan yang berkolaborasi dengan MBS Pleret sebagai mitra, pada hari Jumat (08/03/2024).
Kegiatan workshop ini dilaksanakan di Kampus Unit 2 Dahromo MBS Pleret. Dengan mengusung tema “Pengembangan Konten Dakwah Digital di Media Sosial”, tim PKM menyampaikan materi terkait konten dakwah yang semakin berkembang di media sosial.
Sesi pertama membahas tentang pentingnya dakwah yang mengikuti perkembangan zaman sehingga pesan-pesan dakwah dapat lebih mudah diterima, terutama oleh kalangan anak muda. “Kalau dulu dakwah itu yang penting lucu”, begitulah menurut Dr. Rachmat Nurcahyo, pemateri pada sesi pertama ketika menyampaikan pengantar yang berhasil membuat santriwan dan santriwati tertawa.
Menurut Dr. Rachmat, pada zaman yang didukung dengan teknologi super canggih seperti saat ini, tentu cara-cara berdakwah menjadi lebih beragam. Berdakwah tidak terbatas di tempat ibadah saja, tetapi bisa pula memanfaatkan sosial media yang digunakan sehari-hari.
Dakwah adalah branding dan media sosial menyimpan seluruh postingan yang menggambarkan kebaikan maupun keburukan seseorang. Melalui postingan dakwah di akun sosial media, seseorang akan memiliki branding yang berkesan baik.
Oleh karena itu, Dr. Rachmat sangat mendukung para santriwan dan santriwati yang memilih untuk berdakwah melalui media digital agar nantinya, dakwah tersebut tidak lekang oleh masa dan tetap tersimpan untuk jangka waktu yang lama.
Sesi pengenalan dakwah digital berlangsung dengan ceria dan penuh tawa.
Materi disampaikan dengan diselingi beberapa cerita lucu yang membuat para santriwan dan santriwati tidak merasa jenuh bahkan terus bersemangat. Dengan beberapa guyonan yang terselip di setiap penjelasan, inti materi yang terlihat berat itu berhasil disampaikan dengan gaya yang ringan dan humoris.
Pada saat ditanya, “Facebook dunia maya apa dunia nyata?”, para santriwan dan santriwati, pun kompak menjawab “Dunia maya, Pak.”, yang kemudian direspon dengan senyum oleh pemateri. “Sekarang ini banyak hal blurred.” Dr. Rachmat melanjutkan, “Sangat sulit membedakan yang mana dunia nyata, mana dunia maya.”
Dengan guyonan yang khas, dicontohkan “Kalau menghina ustadz atau ustadzah di Facebook, yang dateng ustadz atau ustadzah yang nyata apa yang maya di Facebook? Misalnya saya menghina pemerintah saja yang dateng polisi beneran, nyata.” Sontak semua audiens tertawa, tidak hanya santriwan dan santriwati saja, tetapi juga para pimpinan MBS Pleret, ustadz(ah), musyrif(ah), dan juga Prof. Erna Andriyanti ketua PkM dan Dr. Titik Sudatinah pun ikut tergelitik dengan candaan Dr. Rachmat.
Pada akhir sesi, diberikan tips dalam menyampaikan dakwah. Selain ringan dan lucu, Dr. Rachmat menekankan poin terakhir yang kerap terlupakan ketika berdakwah, yaitu tidak menggurui atau preaching. “Semakin disuruh, sering kali kita semakin tidak mau melakukan kan?”, tanyanya. Dakwah sebaiknya dilakukan tanpa membuat audiens merasa terpaksa karena “disuruh”.
Sebaliknya, pesan dakwah akan lebih mudah sampai kepada para pendengar ketika penyampaiannya tersirat atau tidak langsung. Hal ini karena perubahan ke arah yang lebih baik biasanya datang dari keinginan kuat yang muncul dari pribadi masing-masing. “Suruhan” dari orang lain cenderung kurang efektif untuk hijrah dalam jangka waktu panjang.
Sesi pertama ditutup dengan riuh tepuk tangan dari santriwan dan santriwati serta hadirin yang lainnya. Melalui sesi penyampaian oleh Dr. Rachmat Nurcahyo, tim PKM UNY berharap materi dakwah digital tersebut dapat menjadi pemantik bagi para santriwan dan santriwati agar terus bersemangat melanjutkan perjuangan dakwah terutama melalui media digital yang berbasis sosial media.
Sesi berikutnya lebih praktis, di mana peserta akan berlatih untuk membuat konten dakwah dengan pemandu Qonita Labibah Rahmah dibantu Aretha Nurahma Poernomo, keduanya mahasiswa program studi Sastra Inggris UNY, anggota tim PKM.