BANTUL, Suara Muhammadiyah – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr H Haedar Nashir, MSi menghadiri kegiatan Peletakan Batu Pertama Pembangunan Masjid Al-Mushannif. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada Ahad (12/11) di Tabligh Institute Muhammadiyah Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
Dalam sambutannya, Haedar mengatakan pendiri Muhammadiyah, Kiai Haji Ahmad Dahlan memiliki kemampuan mengintegrasikan, mentransformasikan, dan memproyeksikan dua dimensi, yakni agama dan dunia. Keduanya melekat kuat dalam al-harakah al-islamiyah (pergerakan Islam) yang membawa misi dakwah dan tajdid (pembaharuan). Yakni lewat amaliah nyata yang sangat strategis di kehidupan umat, masyarakat, dan bangsa.
Hal ini termanifestasikan dalam pengajarannya lewat Qs al-Maun dan al-‘Ashr yang berulang kali diajarkan kepada muridnya. Di sini menunjukkan betapa relevansinya ajaran agama bukan hanya dihafalkan, tetapi diamalkan secara langsung dalam bingkai kehidupan dunia.
“Itu yang agak abai dibelakang hari oleh para pimpinan Muhammadiyah. Seakan-akan di amal usaha jalan sendiri, padahal spirit dasarnya agama dan dunia yang ternyata fondasinya kita punya,” katanya.
Haedar mengingatkan, dakwah dan amal usaha, akan terus mengintegrasikan antara agama dan dunia. Lalu kemudian, dari situ lahirlah peradaban, yakni peradaban yang dibangun dengan nilai-nilai keislaman sehingga tampil masyarakat khayra ummah (masyarakat terbaik).
Oleh karenanya, keberadaan masjid ini sangat penting. Ia memandang masjid sebagai tempat berdakwah menyemai nilai-nilai ajaran Islam. Pada saat bersamaan, lewat masjid, dakwah harus terus digeliatkan sebagai misi menebar Islam rahmatan lil-‘alamin.
“Saya makin kuat keyakinan bahwa sekali kita terus menggerak jalan dakwah dan jalan tajdid untuk membangun umat, untuk menebar Islam rahmatan lil-‘alamin, maka jalan itu makin banyak dan terbuka. Tapi memang, harus ada totalitas dan keyakinan kita bahwa Insyaallah ketika susah, sulit, Allah mempermudah jalan. Tapi memang perlu kesabaran dan ikhtiar yang terus-menerus,” ujarnya.
Haedar menilai semua yang dilakukan oleh Muhammadiyah hari ini menjadi wujud dari melanjutkan jejak langkah Kiai Haji Ahmad Dahlan. Dakwah di ejawantahkan sedemikian rupa berikut melalui usaha-usaha kemasyarakatan atau amal usaha. Betapapun sulit dan penuh kegetiran, harus ada pancaran keyakinan dan optimisme hal tersebut bisa ditunaikan.
“Kita meneruskan jejak langkah Kiai Dahlan memang tulus, bersungguh-sungguh, selalu bermunajat kepada Allah bahwa setiap ada kesulitan pasti ada kemudahan. Maka kami percaya bahwa semua yang kita ‘azamkan, Insyallah akan dimudahkan,” tegasnya.
Lebih lanjut, Haedar mengingatkan dengan adanya masjid itu, semestinyalah dirancang program berkelanjutan. Bukan saja hanya berfokus pada bangunan fisiknya, tetapi lebih relevan harus ada program masjid yang mengarah kepada mengimplementasikan dakwah yang berkemajuan. Yakni dakwah yang dapat melahirkan mubaligh muda dan memiliki kecendekiaan luar biasa di berbagai aspek.
“Jangan lupa programnya. Memikirkan bagaimana program kita ke depan. Bahkan ke depan, pembinaan untuk melahirkan mubaligh-mubaligh muda, itu harus diperbanyak. Siapkanlah generasi baru para mubaligh kita yang memang kuat di berbagai aspek. Kalau tidak kita siapkan, mereka tidak menjadi (mubaligh),” tandasnya. (Cris)