BANTUL, Suara Muhammadiyah - Hadir sebagai solusi adalah yang Muhammadiyah lakukan sejak dulu hingga sekarang. Hal ini terejawentahkan melalui salah satu program Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam penanggulangan dan pengolahan sampah di Provinsi DIY.
Pada Ahad, 29 Desember 2024, dua hari sebelum tahun 2024 berakhir, MPM PP Muhammadiyah melaunching Rumah Produksi Pengolahan Sampah Mardiko. Peresmian ini dihadiri oleh Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat PP Muhammadiyah Nurul Yamin, Ketua Komunitas MARDIKO Maryono, dan perwakilan dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul Rudi Suharto.
Menurut Nurul Yamin, penghujung tahun 2024 menjadi momentum yang sangat penting bagi MARDIKO. Pasalnya saat pertama kali dideklarasikan pada tanggal 20 April 2016, komonitas pemulung TPST Piyungan dampingan MPM PP Muhammadiyah itu sampai detik ini terus bertransformasi. Bertransformasi dari perhimpunan pemulung menjadi komunitas pengolah sampah.
Hal ini dibuktikan dengan kemampuan adaptasi yang tinggi dari komunitas MARDIKO dalam menyikapi perubahan-perubahan yang terjadi di luar perkiraan. Seiring dengan program penutupan TPST Piyungan menjadi bahan diskusi sebagai langkah antisipatif bagi hilangnya mata pencaharian masyarakat setempat.
Setidaknya ada tiga spirit yang ingin ditunjukkan dari nama Makaryo Adi Katon (MARDIKO). Pertama, spirit akan etos kerja yang tinggi. Kedua, memiliki spirit kerja yang unggul. Dan ketiga, mempunyai spirit kerja yang membekas serta berdampak kepada lingkungan dan masyarakat secara luas.
“Hadirnya rumah produksi pengolahan sampah ini tak lain menjadi kelanjutan dari etos kerja yang unggul dan memberikan manfaat dari Mardiko kepada masyarakat dan lingkungan,” tegasnya.
Di sampng itu MPM PP Muhammadiyah tak sendirian, bersama Universitas Muhammadiyah Surakarta, Universitas Ahmad Dahlan, dan Universitas Aisyiyah Yogyakarta, berkomitmen meminimalisir dampak dari pembakaran sampah yang merugikan lingkungan.
Sehingga dalam hal pengolahan sampah, ada dua hal yang sebetulnya perlu diubah citranya. Pertama, sampah selalu identik dengan bau tak sedap. Untuk itu MPM bersama beberapa akademisi dari Purguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah sedang berupaya memciptakan enzim yang dapat menghilangkan bau tersebut. Kedua, efek dari pembakaran sampah yang menghasilkan asap tak sehat.
Dalam hal ini MPM mengupayakan secara maksimal agar dampak pembakaran sampah tidak mencemari lingkungan. Maka inseneratornya perlu dimodifikasi sedemikian mungkin agar asap yang dihasilkan dari pembakaran sampah tidak berbahaya bagi lingkungan dan masyarakat sekitar.
“Sehingga inseneratornya kita modifikasi ada blower air. Sehingga sebelum partikel-partikel ke atas itu sudah tersaring di air, asap yang keluar adalah asap yang sudah kita upayakan tersaring dengan maksimal,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut Nurul Yamin berharap Rumah Produksi Pengolahan Sampah MARDIKO dapat menjadi rumah percontohan. Sebagai rumah edukasi dan belajar bersama bagi siapa pun untuk mencari solusi dari persoalan-persoalan yang sedang dihadapi masyarakat berkaitan dengan sampah.
Kedepan ia pun modorong agar rumah produksi tersebut dapat berfungsi secara maksimal. Terintegritas dengan berbagai sarana penunjang.
“Nanti limbahnya akan kita coba bikin menjadi paving atau yang lain. Ini yang sedang kita upayakan. Kemudian di sebelah utara dari rumah produksi ini ada peternakan magot dan kompos, karena ini akan kita kolaborasikan dengan peternakan ayam dan perikanan. Menjadi satu kesatuan dari proses pengolahan sampah oleh MARDIKO,” tegasnya.
Ketua MARDIKO, Maryono mengatakan bahwa dirinya sangat bersyukur karena MARDIKO dapat terus eksis hingga sekarang. Dan dalam perkembangannya, MARDIKO terus bertransformasi seperti yang kita lihat saat ini, menjadi Rumah Produksi Pengolahan Sampah yang dilengkapi dengan berbagai sarana prasarana, mulai dari dump truk berkapasitas 6 ton, alat bantu pemilah sampah berkapasitas 4 ton, rumah khusus pengomposan dan budidaya maggot, dan alat pembakaran insenerator berkapasitas 3 ton.
Maryono menambahkan, kedepannya MARDIKO berkomitmen jemput bola dalam pengelolaan sampah. Ia pun menegaskan bahwa komonitas yang ia pimpin siap untuk menjemput sampah di beberapa titik yang ditentukan, mulai dari sampah rumah tangga, sampah hotel, kos-kosan, dan lain sebagainya.
"Sore, malam, atau pagi kami siap. Dan kami akan dengan senang hati menerima berbagai masukan terkait pengelolaan sampah yang dilakukan oleh MARDIKO. Dengan tim yang berkomitmen, kami memastikan sampah anda tidak terbuang sia-sia, tetapi diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat," ujarnya.
Selain itu MARDIKO juga sangat terbuka untuk siapa saja yang ingin melakukan penelitian atau edukasi kepada masyarakat terkait pengelolaan sampah. MARDIKO siap menerima tamu dari kalangan akademisi, intansi, atau kelompok masyarakat sipil yang ingin tahu tentang pengolahan sampah yang terintegrasi dengan berbagai hal.
"Dengan diresmikannya rumah produksi ini, sampah akan selesai di rumah produksi," ujarnya.
Rudi Suharto, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul mengungkapkan, mewakili Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul, ia mengaku sangat senang dengan mulai beroperasionalnya Rumah Produksi Pengelolaan Sampah Mardiko. Menurutnya ini menjadi sesuatu yang perlu disinergikan dengan berbagai pihak.
“Kami berharap kegiatan ini bisa berjalan dengan baik, dan bapak-ibu mendapat solusi dari ditutupnya TPST Piyungan,” ujarnya. (diko)