TERNATE, Suara Muhammadiyah - Di Kota Ternate, masyarakat bisa merasakan dampak langsung dari perubahan iklim. Mulai dari udara yang semakin panas, muka air laut yang terus naik, hingga hasil tangkapan ikan yang sudah tidak bisa mencukupi biaya sekolah anak.
Kondisi tersebut menjadi pemantik diskusi dalam acara Pengajian Rutin Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Ternate pada 30 Agustus 2025, dengan mengangkat tajuk 'Peran Muhammadiyah sebagai Pelopor Transisi Energi dan Perubahan Iklim'.
Acara yang diselenggarakan di Aula SMP Muhammadiyah 1 Ternate ini dihadiri oleh lebih dari 50 orang peserta dari berbagai majelis/ lembaga/ ortom Muhammadiyah Kota Ternate dan anggota Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Maluku Utara.
Muhammadiyah dan 'Aisyiyah hadir untuk membangun masyarakat yang berkemajuan. "Berkemajuan bukan sekedar berada di depan, tetapi berpikir jauh ke depan dan bertindak melampaui kebiasaan," ujar Hening Parlan, Direktur Program 1000 Cahaya.
Kota Ternate merupakan Kota di Provinsi Maluku Utara yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah. "Kita bisa mulai bagaimana sekolah-sekolah Muhammadiyah mulai menggunakan energi terbarukan, di mana Allah SWT memberi karunia energi matahari, laut, angin, yang melimpah, dan kita wajib mengelolanya," kata Hening.
Wakil Ketua Majelis Lingkungan Hidup (MLH) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah ini kemudian menceritakan contoh berbagai sekolah, masjid, pesantren, dan amal usaha Muhammadiyah - 'Aisyiyah yang sudah mulai melakukan inovasi dengan pemanfaatan energi terbarukan. Pemanfaatan ini dilakukan untuk mengefisiensi penggunaan sumber listrik.
"Investasi energi terbarukan memang membutuhkan modal awal, tetapi manfaatnya berlipat ganda dan berumur panjang," ungkapnya.
Dengan energi terbarukan, lanjut Hening, Muhammadiyah juga berpeluang untuk bisa membantu saudara-saudara yang belum memiliki akses listrik. Sehingga adzan bisa terdengar, anak-anak bisa belajar, dan aktivitas warga bisa berjalan.
Sementara itu, Sudarto M. Abukasim, Wakil Direktur Program 1000 Cahaya, menjelaskan efisiensi energi ini juga bertujuan mengurangi emisi karbon dari listrik berbasis energi fosil.
"Langkah pertama yang sangat berarti untuk melakukan efisiensi energi bisa dimulai dari kebiasaan kita sehari-hari. Seperti mematikan lampu, kipas angin, mematikan AC yang tidak terpakai," ungkap Sudarto.
Sudarto yang merupakan Wakil Sekretaris MLH PP Muhammadiyah ini menjelaskan bahwa program 1000 Cahaya ini menyasar ranting dan cabang Muhammadiyah, sekolah, pesantren, masjid, serta green hero.
"Melalui Green Hero, kami mendorong lahirnya penggerak lingkungan, terutama dari kalangan perempuan 'Aisyiyah, dengan tagline "Perempuan Menjaga Bumi'," paparnya.
Adapun isu yang menjadi perhatian dalam program 1000 cahaya ini yaitu efisiensi energi, konservasi air, pengelolaan sampah, dan penghijauan.
"Ke depan, kami akan menyusuri pulau-pulau yang belum teraliri listrik, untuk menjadikannya pulau tangguh energi," lanjutnya.
Menurut Sudarto, hal ini merupakan ikhtiar Muhammadiyah dalam transisi energi berkeadilan, berpihak pada kemaslahatan umat serta kelestarian bumi.
Lebih lanjut, Dr. Abdurrahman Haji Usman, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Ternate, menyampaikan apresiasi dan dukungan penuh atas inisiasi program 1000 Cahaya.
"Membangun kesadaran membutuhkan proses panjang dan bisa kita mulai dengan langkah sederhana yang bisa dijalankan dan berkelanjutan," ungkapnya.
"InsyaAllah di mana ada kemauan, di situ ada jalan," tutup Dr. Abdurrahman. (dinul/diko)