METRO, Suara Muhammadiyah - Majelis Pendidikan Dasar, Menengah, dan Pendidikan Non Formal Pimpinan Pusat Muhammadiyah (Dikdasmen PNF PP Muhammadiyah) menyelenggarakan Pendidikan Khusus Kepala Sekolah/Madrasah (Diksuspala) Region 1 di Metro, Lampung pada Kamis-Ahad (25-28/4/2024). Kegiatan ini diikuti oleh 219 kepala sekolah/madrasah Muhammadiyah dari Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jambi, dan Kepulauan Bangka Belitung.
Pembukaan dihadiri oleh Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti, Ketua Majelis Dikdasmen PNF PP Muhammadiyah Didik Suhardi, Ketua Tim Diksuspala dan Penjamin Mutu Nasional Sekolah/Madrasah Muhammadiyah Pahri, Sekretaris PWM Lampung Ma'ruf Abidin, dan Ketua PDM Kota Metro Kustono. Tuan rumah dari kegiatan ini adalah SMP Muhammadiyah Ahmad Dahlan (MuAD) yang baru berusia 9 tahun tapi telah memiliki kemajuan yang sangat pesat.
Pahri dalam sambutannya menyampaikan bahwa peserta Diksuspala Region I Tahun 2024 ini sesuai target. "(Agenda dihadiri) 219 peserta dari Sumbagsel. Sesuai dengan target dari Ketua Majelis Dikdasmen PNF," kata Pahri.
Selanjutnya, Didik Suhardi menggarisbawahi pentingnya transformasi mindset agar mengelola sekolah/madrasah Muhammadiyah tidak hanya berdasarkan pada keikhlasan. "Mengelola satuan pendidikan Muhammadiyah tidak cukup dengan ikhlas tapi harus dilakukan dengan profesional," ujar Didik dalam sambutannya.
Kemudian Didik juga mengaitkan Diksuspala dengan semangat pembelajaran holistik-integratif yang telah dibawa oleh Kiai Ahmad Dahlan. "Kiai Ahmad Dahlan yang sudah punya konsep pendidikan holistik integratif, (tetapi) selama ini belum bisa kita laksanakan secara utuh dan konsisten. Pertama, (karena) komitmen kurang. Kedua, bisa jadi (kualitas) SDM kurang," tukas Didik.
Melengkapi Pembukaan, Abdul Mu'ti memberikan ceramah yang menjelaskan sejarah pendidikan Muhammadiyah. "Muhammadiyah itu trademarknya adalah pendidikan. Sebelum Kiai Dahlan mendirikan Muhammadiyah, beliau mengembangkan pendidikan di rumahnya. Itu yang berkembang dari menjadi Qismul Arqa, yang sekarang menjadi Mu'allimin dan Mu'allimaat Muhammadiyah. Pendidikan Muhammadiyah menurut referensi sudah ada sejak 1911," tutur Mu'ti.
Pendidikan ala Muhammadiyah, menurut Mu'ti, memiliki semangat kemajuan yang luar biasa. "(Kata Kiai Dahlan) Jadilah kiai yang berkemajuan, punya visi jauh ke depan. Menguasai berbagai disiplin ilmu di luar disiplin agama. Sekolah Muhammadiyah masa awal melakukan pembaruan dari situ, dengan mengombinasikan ilmu agama dan ilmu umum di sekolah," lanjut Mu'ti.
Mu'ti pun menyebutkan bagaimana karakter "kiai yang berkemajuan" menurut Kiai Dahlan yang menjadi semangat pendidikan Muhammadiyah. "Guru-guru sekolah/madrasah Muhammadiyah harus dapat menjelaskan Al-Quran dari berbagai disiplin ilmu. Bukan hanya menjelaskan Al-Quran berdasarkan tafsir-tafsir klasik," jelas Mu'ti.
Diksuspala rencananya akan digelar sebanyak 25 region di seluruh Indonesia. Kegiatan ini menergetkan seluruh kepala sekolah/madrasah se-Indonesia mengikuti Diksuspala. Fasilitator pun datang dari beragam unsur, yaitu Majelis Dikdasmen PNF PP Muhammadiyah, kepala sekolah/madrasah Muhammadiyah purna yang berprestasi, dan kepala sekolah/madrasah Muhammadiyah aktif yang berprestasi.
Harapannya, Diksuspala dapat meningkatkan kualitas sekolah/madrasah Muhammadiyah. Selain itu diharapkan pula pertambahan secara kuantitas di mana peserta didik sekolah/madrasah Muhammadiyah se-Indonesia yang saat ini berjumlah satu juta peserta didik dapat meningkat setidaknya 50% dalam satu tahun ke depan. (Nabhan)